Ezrad baru saja bangun dari tidur nya, ia segera turun ke bawah untuk mengikuti sarapan bersama keluarga tercinta
Hanya ada keheningan dirumah itu tidak ada yang mulai pembicaraan
"Makan" izkar bersuara mengisyaratkan ezrad untuk makan Karna anak itu hanya memandang makanan nya
"Ada apa?" Tanya izran ia menatap sang adik dengan tatapan yang sulit diartikan, tak lama ezrad menetes kan air mata nya tanpa suara
Mereka semua hanya menatap ezrad, wajah yang penuh luka didalam nya sedang menangis sekarang mereka bingung harus bagaimana? Edgar hanya menatap acuh tak acuh namun melihat ezrad menangis ia merasa ada yang terbelah dihati nya tapi apa?
Ezrad yang sadar Karna menangis ia segera menghapus air mata nya itu, berusaha tetap tenang
Ezrad itu pendiam tetapi ezrad juga cengeng
"Kenapa kau menangis?" Izkar yang bersuara, ezrad hanya menggeleng kan kepalanya, lalu berusaha menghapus air mata nya
"Cepat makan ezrad kalau tidak ingin sakit" Edgar bersuara sekarang, ezrad malah enggan menatap makanannya itu ia malah mual, tapi Karna tak ingin dapat amarah dari sang ayah iya buru buru memakan nya dengan terpaksa
Hari ini adalah hari Minggu, ezrad sedang berada di taman masion ayah nya itu, ia hanya melamun sambil melihat kolam ikan yang, betapa indah nya ikan ikan itu bergerak sangat bebas meski didalam kolam
Bayangan masa lalu datang saat ezrad melamun, memory itu berputar putar di kepala ezrad seakan meminta untuk diingat kan kembali...
Flashback on
"Wahh Ayah bawa apa" teriak si kecil ezrad yang baru selesai mandi dan sedang menyambut ayah nya, tawa ceria itu selalu hadir dalam wajah nya
"Menyingkirlah ezrad kau mengganggu" ujar sang ayah dengan dingin, tak ada raut kebahagiaan didalam wajah ayah nya itu, ezrad meringis mendengar nya
'tak apa ezrad! Ayah pasti lelah' gumam ezrad
Edgar duduk di sofa ruang tamu, lalu meletakan barang nya di meja sofa, ezrad datang kembali dengan ceria ia penasaran apa isi nya
"Ayah ini apa?" Tanya ezrad dengan binar, tumben sekali ayah nya membawa bingkisan sepulang kerja
"Sepatu" alangkah bahagianya ezrad mendengar sang ayah membelikan diri nya sepatu, ezrad segera membuka bingkisan itu dan terlihat sepatu hitam mengkilap, ezrad berlompat lompat girang dengan sepatu di gendongan nya
Edgar hanya menatap anak bungsu nya itu, ia merasakan sesuatu dihati nya tapi ia berusaha abaikan
Tak lama izkar dan izran datang, saat itu ezrad berusia 7 tahun, izkar 14 dan izran 15, mereka semua tidak akur izkar dan izran bersikap dingin kepada ezrad
"Letakan ezrad itu bukan punya mu" ujar Edgar, ezrad terdiam seketika, ia meletakan sepatu hitam itu
"Izkar, izran ambil itu punya kalian" ujar Edgar lagi, izkar membuka sepatu yang masih berada dalam dus nya dan izran mengambil yang di meja sudah di buka oleh ezrad tadi
Ezrad menatap kedua kakak nya dengan tatapan sendu, ia juga ingin sepatu nya, kemudian ia berlari ke arah Edgar dan bertanya dimana sepatunya?
"Ayah punya ezrad mana?" Tanya ezrad dengan senyuman nya
"Saya hanya beli 2 untuk anak saya" jawab Edgar dingin, sekarang mata ezrad berkaca kaca, ia ingin menangis, ia berlari kekamar nya sambil menangis
'anak ayah cuman dua, ezrad cuman hama' batin nya
KAMU SEDANG MEMBACA
pain to be happy
Genç Kurgu[SEBELUM BACA SILAHKAN FOLLOW DULU >Ending<] Apa sebenarnya itu bahagia? Pertanyaan sederhana yang tak bisa semua orang menjawab Ini kisah Ezrad yang bercita cita sebagai seorang penulis, tulisan yang ia buat bukan hanya karangan semata tapi...