07.

621 58 0
                                    

"Siapa anak itu?! Di mana Jaejong?!"

"Sudah kukatakan.. dia pergi.. tubuhnya lenyap.. jiwanya menghilang.. dia bahkan tidak meninggalkan jasad untuk kumakamkan.. Hanya anak ini yang dia tinggalkan.. Anaknya dengan seekor naga idiot yang telah menyakitinya.. dia memberikan mutiara rubahnya untuk mengembalikan nyawa anak ini.."

Hwarang berkata dengan bibir bergetar.

"Tidak mungkin.."

"Hmh. Silakan. Aku tidak akan repot-repot meyakinkanmu. Kekasihmu saja tidak kau dengarkan, apalagi aku yang bukan siapa-siapa."

Yunho menatap mutiara naga dalam genggamannya. Mutiara naga dapat menyimpan memori kehidupan selama bersemanyam dalam tubuh pemiliknya. Yunho meremat mutiara itu sambil membisikkan mantra untuk menyerapnya ke dalam tubuhnya sendiri. Seketika memori-memori kehidupan Jaejong berkelebatan satu per satu dalam pikirannya. Dia bisa melihat segala sesuatu yang Jaejong alami selama mutiara itu bersemayam dalam tubuh Jaejong. Dari sejak pertemuannya dengan Yunho di istana Naga, hari-hari yang dilaluinya, segala hal yang mereka lakukan bersama, malam-malam panasnya, semuanya..

Yunho mulai meneteskan air mata ketika melihat memori tentang seorang wanita.. satu-satunya wanita yang Jaejong temui sebelum Yunho memberikan bencana kepada Jaejong.. Wanita yang telah memicu kemarahan Yunho.. wanita itu ternyata... Yunho tidak bisa berhenti meneteskan air mata, dia menyesali semuanya sekarang.. Air mata Yunho semakin mengalir deras ketika melihat memori saat dia menyakiti Jaejong dalam perkelahian itu, kesulitan Jajeong mempertahankan bayi dalam perutnya di tengah kesedihan dan kekecewaannya kepada Yunho, upaya Jaejong melindungi dirinya dengan menempa senjata dari sisik naga yang ditemukannya, kemudian muncul Seungri..

"Aaaaaah... Aaaaaaah...Aaaaah!"

Yunho membelalakkan mata dan meraung terisak melihat ingatan Jaejong tentang Seungri yang menikamnya dari belakang, kemudian Jaejong yang berusaha melahirkan bayi dalam keadaan sekarat, membelah perutnya sendiri untuk menyelamatkan anak yang dikandungnya, menyerahkan sisa kekuatannya kepada bayi yang tidak bergerak itu, lalu lenyap menghilang menjadi asap..

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah ! Jaejong.. kembali.. Jaejong.. kembali.. Jaejong.. Aaaaaaaaah!"

"Kau bisa melihat ingatannya dari mutiara itu? Bagus. Sekarang kau percaya dengan semua yang kukatakan."

"Maafkan aku.. maafkan aku.. Jaejong.. maafkan aku.. aku bersalah.. maafkan aku.. Jaejong.."

Yunho berlutut di depan Hwarang dan putranya. Badannya bergetar, air matanya tidak dapat berhenti mengalir.

"Maafmu tidak dapat mengembalikan jiwanya.."

Sekarang Yunho mengerti kenapa tidak ada tabir pelindung, karena sang pembuatan tabir sudah tiada. Yunho ingin mengembalikan waktu. Mengembalikan semuanya. Tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk mempermainkan waktu. Yunho hanya bisa meratapi kebodohannya.. kenapa dia tidak menyelidiki lagi tentang wanita itu.. kenapa dia tidak mendengarkan Jaejong.. kenapa dia lebih mementingkan harga diri dibanding kerinduannya.. kenapa dia mengutus Seungri.. kenapa bisa dia mengkhianati kepercayaan yang Jaejong berikan kepadanya.. bulu rubah itu.. andai dia tidak memberikannya kepada Seungri, Jaejong tidak akan---

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!

Yunho menghancurkan lantai dengan kepalan tangannya. Melampiaskan semua kemarahan terhadap dirinya sendiri. Penyesalan membuat hatinya hancur. Begitu sakit hingga dadanya serasa terbakar. Yunho membeku untuk waktu yang lama, lalu berdiri dan melemparkan belati hitam itu kepada Hwarang.

"Bunuh aku.."

"..."

Hwarang terdiam cukup lama untuk memikirkan permintaan itu. Dia kemudian meletakkan bayi yang sudah tertidur lelap dalam dekapannya ke dalam tempat tidurnya. Dia menatap Yunho dan berjalan mendekatinya. Tanpa melepaskan pandangan sedikitpun dari Naga yang meratap itu, Hwarang mengibaskan tangannya di udara untuk mengangkat belati hitam yang tergeletak di antara mereka. Belati itu perlahan mendarat di telapak tangan Hwarang. Hwarang menggenggamnya erat sambil terus mendekat. Dia berhenti tepat di hadapan Naga itu, mengeluarkan cakarnya, lalu mencengkram pundak Naga itu meskipun dia tahu jika cakarnya tidak akan melukai Naga itu sedikitpun.

Dumb Dragon and His Little FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang