Jam pelajaran telah berakhir 20 menit yang lalu.
Di halaman sekolah, cahaya matahari kian lama tertutup awan gelap, sambaran petir mulai terdengar di telinga seorang gadis yang duduk di halte bus untuk menunggu tunangannya lewat, yang tidak lain adalah Clara.
Perlahan Clara mendongak menatap langit, awan gelap menutupi sebagian kota setempat pertanda hujan deras akan mengguyur kota Jakarta, "Duh mau ujan lagi, mana si busnya? Kok lama banget." Ucap Clara dengan nada kesalnya sendiri menoleh kanan kirinya berharap bus segera datang.
Tak lama sebuah bus berhenti di hadapan Clara, sontak Clara bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki bus, di saat yang sama dari luar jendela bus, Deandra berada di sisi bus lalu menoleh ke arah jendela kaca, Clara yang akan mengambil alih duduk menghentikan gerakan ya seraya menatap luar jendela, kemudian dua pasang mata saling bertatap tapapan. Meskipun Clara tidak melihat wajah Dheandra secara penuh, namun ia sangat mengenali sepasang bola mata milik pemuda di hadapannya.
Clara kembali menatap ke depan dan memposisikan tubuhnya di atas kursi penumpang, di saat yang sama bus pun bergerak. Dheandra kembali fokus ke depan dan segera mendahului bus di sampingnya, Clara yang melihat kepergian Dheandra hanya menggelengkan kepala beberapa kali
Setelah 15 menit menempuh perjalanan kini bus berhenti untuk transit di saat yang sama, Clara berjalan keluar dari bus di ikuti beberapa penumpang lainnya.
Setelah menuruni bus Clara melanjutkan perjalanan ke rumahnya, tak membutuhkan waktu lama ia sudah sampai di halaman rumahnya yang bernuansa warna biru langit dan di hiasi oleh beberapa tanaman yang tersusun rapi. Tak hanya itu,sebuah taman kecil juga menambah keindahan di sebelah rumah berlantai 2 itu.
Calaa memasuki rumahnya, seorang pemuda juga tengah menuruni tangga yang menghubungkan ke lantai atas. Ia adalah kakak Clara yang bernama Alif Kaenaro Evan.
Keduanya saling bertatapan seraya berjalan ke arah yang berlawanan, senyum tipis Alif tampakan yang dapat Clara lihat,"Baru pulang?" Tanya Alif dengan nada datarnya sembari mengulurkan tangan
Clara yang melihat uluran tangan Alif perlahan juga mengulurkan tangannya untuk menyalami sang kakak,"Iya seperti yang terlihat," Balas Clara mendahului Alif memasuki kamar yang bertepatan di depan anak tangga.
Pemuda itu mengangguk pelan,"Buruan ganti baju, kaka tunggu di meja makan,' Ucap Alif dan berlalu pergi ke dapur.
Sesampainya Clara di dapur, ia melihat Sang kakak tengah menyiapkan makanan untuk dirinya dan Clara.. Alif berbalik badan, ditangannya sebuah piring ia pegang yang diatasnya berisikan 2 buah telur dadar, di meja juga terdapat beberapa makanan dan sayur sop. Clara yang sudah di kursi depan meja makan tersenyum simpul saat melihat kakaknya membawa telur dadar di tangannya.
"Makan dulu yang ada Ra, stok kulkas mau abis, belum blanja bulanan lagi soalnya, coba besok kakak ke pasar buat belanja," gumam Alif seraya mengambil alih duduk di kursi sebrang Clara.
Alif memang tidak pandai mengolah makanan, walaupun ia lelaki, namun ia sering melihat Ervina memasak sesekali memperhatikan., jika bundanya itu tidak disibukan oleh pekerjaannya dengan Evan, elain itu, Alif juga merupakan alumni dimana CLara bersekolah saat ini. Dan sekarang ia tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, di bidang perekonomian.
Clara yang mendengar perkataan sang kakak kembali tersenyum dan menganggukkan kepala,"Iya kak Alif, ngga papa kok Clara paham, makasih kak udah mau ngurus Clara selama Ayah Sama Bunda ke luar kota," Jawab Clara seraya mengambil piring dan sendok di tepi meja yang sebelumnya disiapkan, di ikuti yang sudah memposisikan diri di atas kursi.
***
Jakarta telah di guyur hujan, suasana jalanan cukup sepi, namun masih ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang

KAMU SEDANG MEMBACA
Clara
De TodoAlexander Dheandra Adhitama, seorang pemuda dingin yang menjabat sebagai ketua OSIS. Image nya yang tidak membiarkan siapapun tenang jika berurusan dengannya membuat pemuda ini disegani oleh murid lainnya. Clara Ervina Dhirga, gadis yang selalu akti...