"Lo apain Audi?"
Suasana diantara para anak muda itu semakin mengeruh ketika adu mulut Vanya dan Claudia berhenti, keheningan menyelimuti mereka karena diamnya kedua gadis yang sama-sama mengeluarkan aura kegelapan.
Beberapa saat setelah semuanya selesai makan, saat Kai membayar semua makanan. Claudia tidak kunjung kembali setelah mengatakan dirinya ingin ketoilet.
Hal itu membuat Kai segera menyusul sang gadisnya, kepergian dua sejoli itu membuat yang lain menunggu mereka disebuah tempat.
Dan sekarang Orion menatap Vanya dengan penuh selidik, dia menyangka pasti ada yang dilakukan sepupunya ini sehingga hal ini terjadi diantara mereka.
"Gue? ga ngapa-ngapain! cuma ngobrol salah?" Ucap Vanya dengan santainya gadis itu tidak menunjukan raut bersalah sama sekali. Walau ditatap dengan intens oleh beberapa pemuda yang duduk disekitarnya itu.
"Pendusta!" Celetukan itu dilemparkan oleh pemuda yang duduk paling jauh dari Vanya.
Sontak Vanya menatap tajam Jay yang juga menatapnya, pemuda itu mengatainya 'pendusta' dengan sangat mudah.
"Emang ada bukti kalo gue bohong?" Sahut Vanya dengan nada menantang.
"Ga ada!"
"Kalo gitu tutup mulut lo itu!" Sentak Vanya.
Jay menarik sudut bibirnya kebawah dan mengubah posisi duduknya menjadi menyandar. Dia akan menuruti ucapan gadis itu.
DRTT- DRTT-
Dering handphone salah satu dari mereka terdengar membuat mereka saling pandang, Orion bergerak merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan benda pipih disana. Sebelum mengangkat telpon itu, Orion sempat menatap kearah teman-temannya.
"Halo kenapa?"
Semuanya menatap penasaran apa yang pemuda itu dengar sehingga mimik wajahnya langsing berubah seketika. Orion bangkit dari duduknya, "Lo dimana?" Dia masih berbicara dengan orang ditelponnya.
Pemuda itu menjauhkan handphonenya dari telinganya.
"Kenapa?" Vanya bertanya karena penasaran.
"Claudia hilang!" Orion berucap tidak menoleh kearah Vanya, melainkan hanya menatap teman-temannya. Beberapa saat setelah Orion berucap demikian yang lain langsung berdiri dan pergi dari sana tanpa pikir panjang, kecuali Jay.
Vanya tertawa hambar, sepupunya itu mengabaikannya hanya untuk seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa dia. Tatapannya jatuh pada pemuda yang diam diposisi sama.
"Kenapa lo masih disini?"
"Suka-suka gue! ini tempat umum." Sahut Jay dengan wajah songongnya, membuat Vanya ingin sekali mencakar wajah itu.
Vanya memutar bola matanya malas. "Kenapa ga ikutan mereka? ga punya simpati sama Claudia?" Ujar Vanya pada Jay.
"Terserah gue kalo mau disini, kenapa ngurusin gue banget? suka lo sama gue?!"
Jay berhasil membuat Vanya kesal setengah mati. Gadis itu diam mati kutu harus membalas bagaimana lagi, dia hanya mendengus kesal dan membuang wajahnya kearah lain. Membuat Jay memasang wajah kemenangan.
"Lo apain Claudia sampai dia ngilang gitu?"
Pertanyaan yang Jay lontarkam membuat gadis didepannya itu langsung memasang wajah marah. "Bangs*t bisa berhenti bahas dia ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Leviora: Slow Updet
Random[JGN LUPA FOLLOW] when the villain becomes the main character Leviora merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang berarti 'pematik api', itulah nama yang tepat untuk seorang Lavanya Leviora Zerach. Gadis yang selalu menjadi kompor bagi Jeanne...