CH11

462 78 25
                                    

Pembahasan materi pembelajaran Sejarah didepan sepertinya tidak cukup menarik untuk dua orang insan yang duduk dimeja paling belakang kelas itu.

Vanya dan Jay nampak sama jenuhnya dengan menjatuhkan kepala mereka dipermukaan meja yang datar. Yang menjadi perbedaan hanya lah Jay yang tertidur begitu pulas, sedangkan Vanya asik mencoret-coret mejanya.

Tok tok tok

Ketukan yang diiringi terbukannya pintu kelas mereka membuat guru sejarah didepan sana menghentikan aktivitasnya dan menoleh kearah pintu. Dan masuklah 3 orang pria yang tak penah Vanya lihat disekolah ini, dan 1 guru yang dia kenali sebagai guru bimbingan konseling disekolah ini.

Vanya menyikuti Jay yang masih tertidur pulas membuat pemuda itu berdecak dan begerak risih.

"Polisi bukan si!" Ucap Fikri yang duduk didepan Jay, mendengar hal itu Vanya langsung mencondongkan badannya kedepan untuk mendengarkan pembicaraannya lebih jelas.

"Karna kasus Danar nih pasti!" Sahut pemuda disamping Fikri.

"Lo tau?" Sahut Vanya, membuat dua pemuda itu langsung menoleh kearah Vanya.

"Gimana ga tau, orang gue disana pas dia digerebeknya. Sial emang hampir kena cambuk bapak gue kalo ikutan kebawa ke kantor polisi." Ujar pemuda bernama Badali itu.

"Kenapa?" Tanya Jay yang baru bisa membuka matanya yang merah itu dengan sempurna.

"Ada polisi datang, buset mata lo merah amat kaya make aja." Celetuk Fikri.

"Mana sini liat!" Tanpa aba-aba Vanya menggapai wajah Jay dan menariknya agar dia bisa melihat dengan jelas Mata Jay. Hal itu tanpa Vanya sadari membuat Jay menahan nafasnya sejenak.

Jay langsung menarik kepalanya menjauh dan pura-pura mengusap matanya tanpa berucap apapun.

"Selamat siang ade ade!" Akhirnya salah satu orang didepan sana bersuara setelah beberapa saat berdiskusi ringan dengan guru sejarah.

"Mohon maaf mengganggu pembelajarannya, kami dari kepolisian meminta izin untuk melakukan pemeriksaan terhadap ade-ade semua dari benda-benda yang kurang pantas dibawa kesekolah seperti sajam dan sejenisnya." Jelas polisi didepan sana.

Mendengar hal itu beberapa orang mulai berbicara satu sama lain. Begitu juga Vanya yang menoleh kearah Jay. "Emang boleh ya? apa ga melanggar kode etik?"

"Mana gue tau emang gue polisi?" Sahut Jay membuat Vanya berdecak sinis.

"Sebelumnya kami sudah memiliki izin dari orang-orang yang berwenang diatas kami, jadi mohon jangan disalah pahami, kegiatan kami juga bertujuan untuk membantu dan menjaga ade-ade agar selalu aman dan bersih."

Setelah menjelaskan panjang dan lebar. Akhirnya para siswa disana disuruh berdiri disamping tempat duduk masing-masing.

"Kami cewe juga diperiksa badan?"

"Tenang aja nanti ada polwan yang datang, kayanya masih dikelas sebelah." Sahut Pak Polisi atas kekhawatiran mereka.

Tidak lama datang 2 orang polwan kekelas mereka. "Permisi agar mudah diperiksanya, para cewe kesebalah kanan dan cowonya kesebelah kiri yaa."

Mereka semua menurut, sontak Vanya la gsung mendatangi Rora. "Ini karena kasus Danar ga sih?" Ujar Rora langsung ketika mereka sudah bersebelahan.

Vanya mengangguk. "Gue juga ngira gitu! Fikri sama Badali juga tau kasusnya si Danar."

"Hah kok bisa?"

"Kata Badali dia ada disana pas Danar ketangkep, tapi untungnya ga keseret."

"Bisa-bisanya." Rora tertawa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leviora: Slow UpdetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang