CH07

640 106 7
                                    

Sebuah mobil bmw 8 series melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan raya yang terlihat cukup padat karena jam orang-orang pulang sekolah dan kerja.

Didalam mobil itu terdapat seorang gadis yang duduk diam hanya memandang keluar jendela, sang supir yang merasakan aura anak majikannya yang tidak seperti biasanya hanya bisa melirik dari kaca mobil.

Dan memilih untuk tetap diam.

Vanya memang terlihat tidak berhasrat sejak masuk kedalam mobil, biasanya gadis itu akan mengucapkan berbagai macam cerita pada supirnya sekedar untuk berbagi cerita.

DRTTT- DRTTT-

Dering telpon yang berasal dari handphone yang terletak didalam tas Vanya terdengar membuat gadis itu mengalihkan pandanganya dan mengambil handphone itu.

Seseorang yang dia namai dengan 'Mami' tertera dilayar sebagai penelepon. Tanpa basa-basi Vanya langsung menggeser ikon berwarna hijau.

"Hallo sayang..." Suara maminya terdengar disebrang sana.

Vanya tersenyum tipis mendengar itu. "Hai mi..." Sahutnya.

"Gimana harinya? pasti cape yaa..."

Vanya hanya mendehem menyahuti pertanyaan maminya disebrang sana.

"Kenapa sayang? ada sesuatu?" Suara seseorang lebih berat dari suara sebelumnya membuat Vanya langsung tahu itu adalah suara Papinya.

Vanya diam cukup lama tidak ada suara terdengar dari mulut gadis itu. Karena penasaran apa yang terjadi supir melirik lagi-lagi melirik lewat kaca untuk melihat anak majikannya itu.

Dan dia dapati dibelakang sana Vanya dalam keheningan mengusap matanya dengan tisu, dan beberapa saat kemudian gadis itu menarik nafas panjang dalam keheningan seakan tidak ingin menunjukan rasa sedihnya.

"Vanya..." Panggil sang Mami.

Vanya meneguk air liurnya sendiri, menetralkan dirinya agar tidak ketahuan apa yang sebenarnya terjadi oleh Mami dan Papinya.

"Kapan pulang..." Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulut gadis itu.

"Maafin kita ya sayang, kita janji-!"

"Ga usah janji, Vanya cuma tanya kapan?" Potong Vanya, kini gadis itu benar-benar sudah kehilangan pertahanannya. Guliran air mata melintas dengan begitu mulut dipipinya.

"Kapan kalian pulang? sampai kapan Vanya sendiri disini?"

"Kamu sendirian? nanti mami suruh Seina sama Orion buat nemenin kamu ya... kamu mau liburan dulu ga?"

"Jangan nyuruh mereka mulu! mereka punya hidup mereka sendiri, punya temen sendiri! ga selamanya mereka harus nemenin aku itu mereka! Udahlah ga ada habisnya bahas ginian, ujung-ujungnya janji-janji yang ga pernah terjadinya kapan." Ucap Vanya dengan sudah sangat lelah.

"Minggu depan kami udah bisa pulang... ini bukan janji, beneran sayang... kita bakal pulang!"

"Beneran?"

"Iya... tapi maaf ga bisa minggu ini yaa..."

"Yaudah... maafin Vanya kasar tadi." Ucapnya

"Ga papa sayang..."

Tidak berlangsung lama setelah semuanya mereda telpon itu terputus bersamaan dengan sampainya Vanya didepan rumahnya. Dia langsung keluar dari melangkahkan kaki jenjangnya kedalam rumah.

Yang sangat sepi tidak dia temukan Seina dan Orion didalam sana. Mungkin mereka sedang diluar, atau memang jadwal menginap dirumah yang lain.

Dia pun melangkah menuju lift rumah, namun saat melewati ruang makan dia menemukan sosok tidak diundang duduk menyantap makanan disana.

Leviora: Slow UpdetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang