CH08

896 136 5
                                    

Besoknya semuanya sudah kembali seperti semula meja paling pojok belakang tjdak lagi menebar aura kegelapan karena dua orang itu. Mereka berdua sudah kembali berisik dan membuat orang-orang disekitar mereka terganggu, tetapi itu lebih baik dari pada seperti kemarin.

Meski sebenarnya menaruh kedua manusia itu berdekatan merupakan sebuah keselahan yang sangat fatal. Karena mulut mereka bak sebuah mesin jika bersama.

Sekarang dikelas itu hanya terdengar cuap-cuap guru Kimia yang menjelaskan tentang bilangan redoks yang membuat beberapa orang harus meminta beberapa contoh soal dulu agar mengerti.

Sedangkan dimeja paling pojok belakang yang terdapat dua orang berbeda gender itu asik mencatat dibuku catatan mereka, tidak ada wajah kesulitan diwajah keduanya.

Namun jelas berbeda ada yang santai karena paham, dan ada juga yang terlihat santai karena bemar-benar tidak paham dan malas untuk memahami. Walau begitu mereka berdua sama-sama mencatat.

Jay melirik kearah Vanya yang tengah rajin mencatat, itulah nampak baik duduk bersamanya.

Sebuah ide terlintas dibenaknya untuk gadis itu. "Kalo Ca Calsium, terus Cu apa rin?" Tanyanya walau sebenarnya dia sendiri sudah tahu jawabannya.

Vanya tertawa remeh mendengarnya dan perlahan menoleh kesumber suara, beberapa detik kemudian wajahnya jadi datar dan songong. "Lo ngetes gue? lo pikir gue bego?"

"Kan emang iya."

"Sialan!" Umpat Vanya mendengar sahutan Jay yang tanpa pikir panjang. "Kalo gue bego lo apaan? Tol*l?" lanjutnya.

Kini giliran Jay yang tertawa remeh pada gadis itu. "Tinggal jawab elah, kalo ginikan makin yakin gue lo emang bego... gituan aja ga tau! lo udah kelas 12 kelessss!"

Vanya kembali menatap kearah papan tulis, dan menyorot banyak unsur senyawa disana salah satunya yang disebutkan Jay. "Cu ya?"

Gadis itu nampak diam sejenak. Keterdiaman Vanya merupakan kemenangan bagi Jay, pemuda itu mengambil air minumnya dan meminumnya.

"Cucilo bambang yudhayono."

"Prft!- byur uhuk! uhuk!"

Tak pernah terlintas dibenak Jay Vanya akan mengucapkan nama lengkap mantan presiden ke 6 Indonesia. Alhasil air yang sudah masuk kedalam mulut Jay menyembur keluar hingga pemuda itu terbatuk-batuk.

"Buset! air macur nari mane?" Pemuda yang duduk tepat didepan Jay, langsing bergerak tidak nyaman ketika lehernya terasa basah. Dia menoleh kearah belakang.

"Sorry fik! sorry!" Ucap Jay setelah bisa menetralkan tenggorkannya. Wajah pemuda itu memerah, sedangkan gadis disebelahnya memasang wajah jijik atas apa yang baru saja dia lihat.

"Sibuk amat kalian ngapain sih?" Guru Kimia berucap sambil menggeleng kalem. Untungnya guru Kimia mereka tidak telalu killer karena masih cukup muda.

"Ini nih bu Jay nyembur anjay kena saya." Adu Fikri.

"Anjay! anjay! sopan sekali mulut kamu Fikri!" Sahut Guru Kimia yang menimbulkan kekehan singkat dari yang lain.

"Eh maaf bu kelepasaan."

"Kamu juga kenapa main-main sama air minum begitu Jayendra? menganggu teman belajar!" Tegur Guru Kimia namun masih dengan nada yang wajar, tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"Betul buk!" Sahut Vanya sok-sokan.

"Betul-betul! gara-gara Vanya bu." Adu Jay.

"Ngapain kamu Vanya?"

Leviora: Slow UpdetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang