CH03

1K 159 7
                                    

Dengan wajah suram Vanya memasuki kelasnya bersama Aurora, dibandingkan Vanya yang masih diselimuti aura gelap, Rora begitu santai. Dia dan Aurora satu kelas, sedangkan 3 lainya berada dikelas lain.

Semua pandangan tertuju pada mereka berdua, beberapa orang terdiam canggung menghentikan pembicaraan mereka setelah melihat kedatangannya.

Yah ketahuan abis ngomongin gue kan. Batin Vanya saat satu circle itu diam lalu saling tatap dengan canggung.

Tidak lama setelah keduanya duduk, guru datang dengan membawa buku paket yang tebal yang dia letakan diatas meja dengan keras. "Pehatian! perhatian! Hentikan obrolannya kita mulai pembelajaran."

"Kok ibu yang masuk, emang bu Kinan kemana bu?" Suara yang berasal dari sudut yang berlawanan dari Vanya duduk, membuat semua diam membisu.

Semua orang melirik dengan penasaran siapakah sosok yang berani bersuara saat bu Sumi mengambil alih kelas mereka. Dipojokan sana ada Theo yang tersenyum lebar kearah bu Sumi, sedangkan disebelahnya ada pemuda yang tertidur dengan nyenyak tidak terganggu sama sekali.

"Wah nyawa dia berapa bisa senyum segitu lebarnya disini." Ucap Aurora dengan pelan, ia menggeleng menatap Theo. Sedangkan Vanya hanya menoleh sekilas dan kembali fokus kearah cermin di depannya.

"Bu Kinan izin, memangnya kenapa kalau saya yang ganti. Kamu tidak suka Theo?" Bu Sumi membenarkan kacamatanya.

Theo tertawa ditengah keheningan kelasnya. Tawa pemuda itu memelan saat merasa tidak ada yang bisa ikut tertawa dalam tawanya. "Gak bu."

"Kalau begitu tutup mulutmu! dan yang lain pasang telinga kalian benar-benar." Ucap Bu Sumi kembali menatap buku tebal di depannya.

Bu sumi membuka mulutnya dan menjelaskan semua yang ada dibuku hanya dengan mulutnya, tanpa berniat berdiri dan menulis dipapan tulis. Jadi, keadaan kelas benar-benar suram karena kedatangan guru BK itu.

Bahkan untuk sekedar membenarkan posisi duduk sangat sulit bagi mereka, takut decitan yang keluar dari kursi yang mereka duduki menjadi alasan Bu Sumi berceramah.

"Haduh sakitan juga ya. Tamparan pacaranya Sagara." Ringis Vanya dengan pelan saat melihat masih ada noda mereka di pipinya.

"Sakitan Esther si, lo balas tiga kali anjir." Sahut Aurora, bukannya kesal Vanya malah tertawa. "Sapa suruh ngeselin. Lo pikir aja anjir, difoto itu yang narik Sagara, malah gue yang kena... lawak bener tu cewe."

Aurora menahan tawanya mendengar ucapan Vanya. Padahal tidak ada yang lucu, entah kenapa saat diri dilarang untuk tidak tertawa malah membuat inginan untuk tertawa naik padahal tidak ada yang lucu.

Celotehan bu sumi berhenti saat telinganya samar-samar mendengar ada yang sedang terkikik. Diamnya bu sumi membuat semuanya memasang wajah waspada satu sama lain.

"YANG TERTAWA BERDIRI!!"

Aurora dan Vanya tersentak mereka saling tatap dengan wajah yang memerah. "Lo berdiri anj*ng!" Dorong Vanya pada Aurora.

"Lo juga ketawa ya bangs*t!" Sahut Aurora

"SAYA BILANG BERDIRI!"

Sontak Vanya dan Aurora langsung berdiri dengan kepala menunduk. Bu sumi menatap kedua siswi yang sangat ia kenal, dia menggeleng tidak habis-habis tingkah kedua gadis bersama tiga temannya yang lain.

Leviora: Slow UpdetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang