6

97 11 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

❤️ Reki tahu

Aku masih memeluk tubuh riki sangat erat. Aku sebenarnya tidak terlalu pusing cuma demam saja. Aku menginginkan riki beristirahat sehari saja dari aktivitas sibuknya. Riki terlalu memaksakan diri bekerja padahal kesehatannya terganggu. Aku merasa riki menyembunyikan banyak hal dariku.

"Eki tidurlah." Ucap Riki.

"Niisan!" Panggilku.

"Ada apa?" Tanya Riki.

"Maksud anak kembar saling terhubung apa?" Tanyaku.

"Seperti saat ini. Aku sakit kau juga merasakannya." Ucap Riki.

"Berarti apabila salah satu dari kita dalam bahaya maka satunya merasakan hal tersebut?" Tanyaku.

"Bisa jadi." Ucap Riki.

"Kurasa niisan lebih aman di luar rumah dibandingkan di rumah." Ucapku.

"Berarti niisan pergi ke luar negeri boleh dong?" Tanya Riki.

"Jangan sekarang tapinya." Ucapku.

"Yah tidak akan sekarang." Ucap Riki.

"Alasan konyol touchan membuat persaudaraan kita merenggang niisan." Ucapku.

"Niisan menghindari touchan karena tidak mau terjadi perkelahian antara aku dan touchan." Ucap Riki.

Aku memeluk tubuh riki sangat erat. Riki memiliki penyakit mengenai kekebalan tubuhnya, namun riki masih saja bekerja sangat keras.

Aku tidak suka saja saat penyakit riki kambuh. Riki kadang mengabaikan kesehatan dia yang menurun demi menghindari ayah kami.

"Hey eki lepaskan pelukanmu dong. Aku harus berangkat bekerja." Ucap Riki.

"Tidak boleh!" Rengekku.

"Jangan bertingkah seperti ini dong eki. Aku jadi tidak tega meninggalkanmu sendirian." Ucap Riki.

"Niisan jangan berangkat kerja!" Rengekku.

"Niisan tidak bekerja maka tamparan yang akan kudapatkan." Ucap Riki.

Aku melonggarkan pelukan dan menatap memohon agar riki tidak bekerja. Aku merasakan tubuh riki sangat panas dia kembali memaksakan dirinya bekerja. Aku takut kalau itu terus terjadi maka riki akan meninggal karena kelelahan.

"Niisan sakit tidak boleh bekerja." Lirihku.

"Ini sudah biasa. Jadi tidak masalah untukku." Ucap Riki.

Aku kembali memeluk tubuh riki sangat erat. Bahkan aku melingkarkan kedua kakiku di pinggang riki agar dia tidak pergi bekerja.

"KAU!" Marah seseorang.

Pelukanku dan riki terlepas secara paksa. Saat kulihat pelakunya ternyata dia ayah kami. Riki memegang bagian belakang kepalanya.

"Kau ingin membunuhku silahkan. Tapi jangan dihadapan adikku!" Tegas Riki.

"Niisan jangan pergi." Ucapku menggelengkan kepalaku tidak setuju akan ucapan riki.

Touchan mendekat kearah riki dia mencekik leher riki. Aku mendorong tubuh touchan akan melepaskan cekikan dia di leher riki. Aku menarik tangan riki keluar dari rumah. Aku tadi sempat melihat ada sedikit noda darah di telapak tangan kanan riki yang sebelumnya memegang belakang kepalanya.

Kami berdua berlari namun saat akan tiba di rumah sakit pegangan tanganku dan riki terlepas. Riki tersenyum padaku tak lama dia tak sadarkan diri.

"NIISAN!" Pekikku.

Aku menggendong tubuh riki dan masuk ke dalam rumah sakit. Di rumah sakit perawat membawa riki langsung masuk ruangan UGD dan aku hanya diam saja.

Tanganku gemetar aku ketakutan tidak mau kehilangan kakakku. Dia separuh jiwaku tidak boleh pergi kemanapun.

"Aku benci takdir ini. Aku hidup senang sementara kakakku hidup penuh penderitaan." Lirihku.

Aku menelpon kaachan agar ke rumah sakit. Kaachan dan ketiga adikku pergi berkunjung ke rumah nenek jadi tadi di rumah hanya aku berdua saja dengan riki ternyata touchan malah datang mengacaukan segalanya.

❤️ Ayahnya sendiri menginginkan kematian sang kakak

Kya Twins

~ 20 April 2023 ~


✔️ Kyan Reki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang