7

80 10 2
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Riki pasrah

Aku terbangun di ruangan serba putih. Penyakit ini menyebalkan sekali imun tubuhku semakin melemah seiring berjalannya waktu.

"Riki kau telat meminum obat." Ucap Dokter.

"Penyakit ini tidak mungkin disembuhkan." Ucapku.

"Kau bilang akan berobat ke luar negeri tahun depan." Ucap Dokter.

"Tubuhku semakin melemah paman." Ucapku.

"Kau yakin akan menyerah?" Tanya Dokter.

"Lima tahun aku bertarung dengan penyakit ini." Ucapku.

"Selama itu kau tetap bertahan riki sampai sekarang. Setidaknya bertahanlah lebih lama dan kau pasti bisa sembuh." Ucap Dokter.

"Apabila aku sembuh apakah ayahku akan baik kepadaku?" Tanyaku.

Dokter terdiam akan ucapanku barusan. Aku bertahan selama ini demi keluargaku dan aku juga telah menabung cukup banyak untuk biaya pemakaman diriku sendiri.

"Niichan!" Pekik Reki.

"Pikirkan keputusanmu jangan gegabah." Ucap Dokter.

Aku diam saja dan sibuk mengelus rambut reki. Aku sebenarnya tidak mau menyerah namun seluruh tubuhku sakit apabila setiap hari bekerja. Aku ingin beristirahat dan hanya dengan cara kematian aku bisa beristirahat dengan tenang.

"Eki suatu hari nanti niichan akan berhenti bekerja dan beristirahat." Ucapku.

"Benarkah?!" Pekik Reki.

"Iya niichan tidak akan berbohong." Ucapku.

"Hehehe aku senang apabila niichan bisa beristirahat." Tawa Reki.

Aku memeluk tubuh reki sangat erat. Aku menahan air mataku untuk tidak turun. Aku tidak mau reki mengetahui rencanaku untuk beristirahat.

"Kepala niichan bagaimana?" Tanya Reki.

"Baik-baik saja." Ucapku.

"Penyakit lupus niichan?" Tanya Reki.

"Dokter kan mengatakan umur niichan akan panjang asal rutin meminum obat." Ucapku.

"Kuharap niichan segera sembuh." Ucap Reki.

Reki menenggelamkan kepalanya di dada bidangku. Reki tidak tahu apabila penyakitku semakin parah. Aku tidak tega mengatakan ini semua. Aku ingin saat kematianku nanti mereka tidak kerepotan mengenai apapun.

"Niichan saat berhenti bekerja nanti ajarkan aku belajar ya setiap hari." Ucap Reki.

"Ya." Ucapku.

"Sayang niichan!" Pekik Reki.

"Eki maaf berbohong padamu." Batinku.

"Niichan sedih?" Tanya Reki.

"Hanya sedikit sedih mengenai nasibku." Ucapku.

"Eki di masa depan akan memperlakukan adil semua anakku." Ucap Reki.

Aku mencium kening reki. Aku tidak tahu kapan kematianku akan menjemput. Penyakitku telah mengalami komplikasi jadi kemungkinan aku sembuh tidak ada.

"Touchan kemarin mengamuk niichan." Ucap Reki.

"Mengamuk kenapa?" Tanyaku.

"Katanya dia rugi." Ucap Reki.

"Eki lindungi semuanya." Ucapku.

"Kenapa niichan mengatakan hal itu?" Tanya Reki.

"Tidak apa-apa." Ucapku.

"Niichan tidak akan pergi kemanapun, kan?" Tanya Reki.

"Entahlah." Ucapku.

"Kalau niichan pergi boleh reki ikut?" Tanya Reki.

"Tidak boleh." Ucapku.

"Kenapa kan kita kembar?" Tanya Reki.

"Pilih jalan hidup masing-masing saja." Ucapku.

"Reki tidak mau menjadi pewaris karena itu membosankan." Ucap Reki.

"Lakukan hal yang kau sukai. Niichan yakin pasti kau bisa melakukannya." Ucapku.

"Niichan akan menikah duluan?" Tanya Reki.

"Reki saja." Ucapku.

Aku terdiam merasakan rasa sakit di dadaku. Aku membuka mataku saat ada elusan tangan. Aku tersenyum saat melihat wajah reki.

"Niichan kedinginan ya jari tangan dan kakinya memutih begitu?" Tanya Reki.

"Iya sedikit." Ucapku.

Reki turun dari ranjang dan keluar dari ruangan rawat. Tak lama dia kembali dengan membawa beberapa selimut. Aku tersenyum akan hal tersebut setelah selesai melakukan itu reki masuk ke dalam selimut lalu memelukku sangat erat.

🍁Akan hidupnya karena tidak tahan rasa sakit akibat penyakitnya

Kya Twins

~ 27 April 2023 ~

✔️ Kyan Reki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang