1

308 22 6
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

🍁 Sifat reki dan riki

Aku diam tapi pikiranku bercabang kemana-mana. Aku sering mempertanyakan tentang kehidupanku saat ini tidak ada warna bagiku. Semangatku hanya keluargaku saja seseorang yang spesial sejauh ini belum ada.

"Niisan!" Pekik Reki.

Aku tersenyum melihat reki yang sudah berganti baju menjadi baju santai. Reki duduk di sampingku dan menaruh kepalanya di pundakku.

"Aku mau mengikuti lomba itu." Ucap Reki.

"Ikuti saja." Ucapku.

"Niisan ikut ya." Ucap Reki.

"Tidak bisa." Ucapku.

"Langa akan memberikan skateboard baru secara cuma-cuma apabila niisan ikut." Ucap Reki.

"Lakukan sendiri ok. Niisan memikirkan tujuan hidup dulu." Ucapku.

"Aku juga belum memikirkan tentang karirku di masa depan." Ucap Reki.

"Itu berbeda eki. Niisan merasa apabila touchan itu pilih kasih." Ucapku.

"Bukannya touchan baik terhadap kita semua ya?" Heran Reki.

"Tidak pemikiranmu salah besar eki. Aku tahu apabila diriku ini tidak bisa menjadi panutan untuk kalian semua." Ucapku.

"Niisan jadi panutanku kok. Touchan sibuk kerja dan jarang pulang ke rumah. Jadi aku sedikit canggung apabila berdekatan dengannya." Ucap Reki.

"Kalau ingin bermain skateboard sana. Niisan akan membantu kaachan dulu." Ucapku.

"Titip makanan kesukaanku ya." Ucap Reki.

"Belikan seperti biasa ya." Ucapku.

"Sudah habis?" Tanya Reki.

"Biasalah harus rutin." Ucapku.

"Aku mengerti. Niisan jaga semuanya ya." Ucap Reki.

"Iya eki." Ucapku.

Reki mencium pipi kananku dan pergi dari rumah menggunakan skateboard miliknya. Aku masuk ke dalam rumah untuk membantu kaachan memasak. Di dapur ada adik keduaku koyomi dan aku hanya mengelus rambutnya lalu membantu kaachan memasak.

Malam harinya tepat jam sepuluh aku terbangun dari tidurku. Aku keluar kamar merasakan tenggorokanku haus meminta minum. Saat aku membuka kulkas ada yang menahan pergelangan tanganku. Tatapan mata tajam terlihat jelas walaupun dapur tidak diterangi oleh lampu.

Tanganku ditarik menuju ke ruang tamu dan pipi kananku langsung ditampar cukup keras. Aku merasakan sudut bibirku berdarah. Aku menghela nafas kasar akan hal ini terbiasa mendapatkan perlakuan tidak adil dari ayahku sendiri.

"Seorang kakak itu harusnya menjadi panutan untuk adiknya bukan seperti dirimu yang tidak berguna!" Kesal Touchan.

"Sudah tahu aku tidak berguna. Kenapa tidak sejak kecil aku dibuang saja. Setiap touchan pulang pasti akan melampiaskan segala kelelahannya padaku tanpa tahu sebenarnya aku juga sakit." Ucapku.

"Anak sepertimu sakit jangan mengarang!" Kesal Touchan.

"Anak sulung memang bertanggung jawab mengangkat derajat orang tuanya tapi yang kutahu dalam pelajaran tentang pasal tidak ada undang-undang mengenai itu." Ucapku.

Pipi kiriku juga ditampar bahkan lebih keras. Aku hanya terkekeh mendapatkan kekerasan fisik lagi. Aku menendang tubuh touchan tidak peduli akan cap sebagai anak durhaka.

"Ini memang tempat tinggal seluruh anggota keluarga kyan. Aku tahu juga apabila ini rumah peninggalan kakek dari pihak kaachan." Ucapku.

"Kau!" Kesal Touchan.

"Besok kita bertarungnya aku malas ini malam hari. Nanti semua anggota keluarga bangun dan kau malah mengatakan aku penyebabnya seperti biasanya." Ucapku jengah.

Kekerasan fisik touchan dilakukan saat anggota keluarga tidak ada dan saat ketahuan dia malah menyalahkanku. Yah anggota keluargaku berpikir hanya sekedar sparring antara aku dan touchan.

Aku masuk ke kamarku beristirahat sejenak. Merasakan pipiku ditepuk beberapa kali aku sedikit meringis akan hal itu. Aku malah mendapatkan pelukan sangat erat.

"Gomen." Lirih Reki.

"Tidak apa-apa. Eki sekolah saja." Ucapku.

"Ini uang untuk niisan." Ucap Reki.

"Tidak perlu. Niisan akan pergi bekerja saja." Ucapku.

"Kenapa niisan tidak bersekolah sepertiku?" Tanya Reki.

"Uang touchan tidak ada untukku." Ucapku.

"Niisan kan sakit perlu berobat." Ucap Reki.

"Penyakit ringan." Ucapku.

"Eki libur sekolah saja." Ucap Reki.

"Tidak boleh kasihan touchan mencari uang untukmu." Ucapku.

"Setelah lulus sekolah aku akan membawa niisan pergi." Ucap Reki.

"Jaga keluarga kita saja." Ucapku.

"Niisan jangan pergi!" Rengek Reki.

"Takdir manusia sulit ditebak eki." Ucapku.

Reki memelukku sangat erat dan aku membalas pelukan reki. Reki bergumam tidak mau kehilangan diriku dan aku hanya terdiam saja akan ini semua.

🍁 Berbeda

Ky Twins

~ 23 Maret 2023 ~

(penampilan riki)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(penampilan riki)

nama : kyan riki
umur : 16 tahun
tinggi : 175 cm
ulang tahun : 08 agustus
like : tidur, memandang langit biru, melihat senyuman keluarganya dan memanjat pohon
dislike : siksaan dari ayahnya
sifat : baik, misterius, sulit ditebak dan sayang adik-adiknya

request dari Jam_detak

Book baru di awal puasa dan aku sebagai penulis mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa bagi semua reader yang menjalankannya

✔️ Kyan Reki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang