2

139 14 0
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

❤️ Reki sangat

Riki tidak bersekolah dia bekerja sejak kecil. Ayahku tidak mau menyekolahkan riki sama sekali walaupun hanya sebatas sd saja. Aku terkadang kasihan terhadap nasib yang menimpa riki tapi riki tidak masalah akan hal tersebut.

Aku menggunakan skateboard untuk pergi ke sekolah. Jarak sekolah dari rumahku tidak terlalu jauh jadi aku memilih menggunakan skateboard saja. Di sekolah aku mengikuti pelajaran seperti biasanya. Selesai bersekolah aku kembali ke rumah dan berganti baju untuk melakukan pekerjaan paruh waktu.

Selesai bekerja paruh waktu aku duduk di tempat biasa aku berlatih skate. Aku berhenti sejenak bermain skateboard melihat sosok riki menonton dari kejauhan. Aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Niisan tidak pulang ke rumah?" Tanyaku.

"Pekerjaanku hari ini padat. Setelah ini aku akan pergi ke klub." Ucap Riki.

"Bukannya itu berlebihan ya niisan?" Tanyaku.

"Di rumah aku bosan." Ucap Riki.

"Kesehatanmu bagaimana?" Khawatirku.

"Lebih baik." Ucap Riki.

"Syukurlah." Ucapku lega.

"Ini jarang kambuh eki. Aku tidak mungkin selalu merepotkan dirimu bukan." Ucap Riki.

"Niisan tidak pernah merepotkan diriku." Ucapku.

"Tidak ada kegiatan s itu?" Tanya Riki.

"Belum ada lagi." Ucapku.

"Niisan pergi dulu. Jangan terlalu lelah." Ucap Riki.

"Niisan belikan ramen shio ya." Ucapku.

"Niisan tidak janji karena pasti kedai sudah pada tutup saat malam hari." Ucap Riki.

"Ya aku mengerti niisan." Ucapku.

Riki mencium puncak kepalaku dan pergi dari hadapanku. Riki itu sosok yang sangat sulit kutebak dan tidak ada yang tahu mengenai jalan pikiran riki.

"Touchan terlalu jahat." Lirihku.

Aku kembali berlatih skateboard dan sekitar jam tujuh malam berhenti berlatih. Aku menuju ke rumah setelah itu makan malam bersama-sama disana ada kehadiran touchan. Aku pamit ke kamar setelah makan malam selesai tapi touchan menahan pergelangan tanganku.

"Kita bisa berbicara sebentar reki." Ucap Touchan.

"Ya touchan." Ucapku.

Aku mengikuti langkah kaki touchan ke halaman belakang rumah. Touchan menyuruh duduk di sebelahnya dan aku mengikutinya saja.

"Kau jauhi anak itu." Ucap Touchan.

"Maksud touchan siapa?" Bingungku.

"Riki." Tekan Touchan.

"Kenapa aku harus menjauhi kakakku sendiri?" Tanyaku.

"Ck turuti ucapan ayahmu saja reki jangan membantah!" Kesal Touchan.

"Beritahu alasan logis agar aku mengerti!" Kesalku.

"Dia yang menyebabkan segala kesialan di keluarga ini." Ucap Touchan.

"Terserah touchan." Ucapku.

Aku masuk ke kamarku dan saat akan mengambil laptopku untuk menonton video skate aku terdiam sejenak. Aku menekan dadaku merasakan perasaan sakit hati karena terus saja touchan menyalahkan segala musibah di keluarga ini kepada riki.

Aku menyelusupkan kepalaku di lipatan tanganku dan diam saja tanpa suara. Entah berapa lama aku berada di posisi ini tapi aku malah merasakan ada yang mengelus rambutku.

"Dasar reki kebiasaan pasti tertidur dalam posisi seperti ini." Ucap Riki.

Aku mendongakkan kepalaku dan langsung memeluk tubuh riki. Riki kaget akan tindakanku tapi tak lama membalas pelukanku.

"Niisan!" Rengekku.

Riki malah menggendong tubuhku dan aku langsung memeluk leher riki sangat erat. Riki menidurkanku di kasur dan malah mengelus punggungku.

"Aku tidak suka touchan." Keluhku.

"Kenapa tidak suka touchan?" Tanya Riki.

"Masa touchan terus saja mengatakan aku harus menjauhi niisan sih!" Kesalku.

"Jauhin niisan saja kalau begitu." Ucap Riki.

"Aku sayang niisan tahu. Kita berbagi perasaan karena anak kembar. Niisan saat ini sedih karena aku mengatakan hal tersebut. Maafkan reki niisan aku janji tidak akan menuruti ucapan touchan." Ucapku.

"Turuti saja aku tidak masalah." Ucap Riki.

"Reki yang bermasalah tahu!" Kesalku.

"Reki kan emang selalu membuat masalah." Ucap Riki.

"Itu berbeda niisan!" Rengekku.

"Iya baiklah." Ucap Riki.

"Niisan aku laper. Bawa tidak ramen pesananku?" Tanyaku.

"Bukannya sudah makan malam ya?" Heran Riki.

"Tadi aku malas melihat wajah touchan jadi tidak menambah nasi." Aduku.

"Kita makan bersama-sama saja." Ucap Riki.

"Hm." Gumamku.

Riki melepaskan pelukannya dan mengambil plastik berisi ramen shio yang kupesan. Ramen sudah ada tempatnya jadi tinggal makan saja. Aku duduk di depan riki dan membuka mulutku. Riki tersenyum lalu meniup sebentar ramen dan menyuapiku. Aku bergantian menyuapi riki makan.

❤️ Sayang riki

Kya Twins

~ 30 Maret 2023 ~

✔️ Kyan Reki Twins (oc male reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang