Rachel 1

22 7 2
                                    

Pagi yang cerah, sangat berbanding balik dengan suasana hati Rachel, bukan karena dia sedang mendapatkan tamu bulanannya, tapi karena hari ini adalah hari sekolah, hari di mana ia harus keluar dan menghadapi dunia, sendirian.

“Non, bekalnya sudah bibi siapkan, non mau makan di sekolah lagi, kan?”

Rachel menoleh, ia tersenyum pada Melati, art yang selama ini selalu menjaganya.

“Iya bi, Rachel makan di sekolah lagi.” Rachel menelisik seisi rumahnya, ia kemudian bertanya, “mama sudah berangkat kerja ya, bi?”

Melati mengangguk.

“Kalau begitu Rachel berangkat dulu, assalamualaikum bi!”

Rachel berlari keluar, tangannya melambai pada Melati, yang di sambut dengan senyuman dari Melati.

“Hati-hati, Non.”

Rachel tertawa kecil, Melati selalu mengatakan itu setiap ia berangkat sekolah. Sebaliknya, Rahayu, ibu Rachel justru tidak pernah mengucapkannya. Jangankan melepasnya sekolah, ibunya bahkan tidak pernah ada untuk sekedar menyapanya dan menanyakan kabarnya, ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa bahwa Rachel terus menunggu di rumah untuk segera menyapa dan bercerita pada ibunya itu.

Rachel berangkat ke sekolah dengan menggunakan bis, ia sampai di sekolah tepat pukul setengah tujuh. Rachel memasuki kelasnya dengan santai, sampai tiba-tiba seseorang menepuk bahunya dengan keras, membuat Rachel terlonjak.

“Ngagetin aja lo!” seru Rachel kesal.

Luna, teman sekelas sekaligus sahabat Rachel sejak kecil yang baru saja mengejutkan temannya itu hanya tertawa, ia sangat suka melihat wajah putih Rachel yang memerah setiap kali temannya kesal.

“Gue perlu asupan pagi biar makin semangat,” ucap Luna sembari tertawa.

“Asupan pagi apanya!” Rachel mencibir.

Rachel duduk di kursinya, diikuti oleh Luna yang memang duduk di sampingnya.

“Jadi, tugas dari bu Sarah udah lo kerjain belum?” tanya Luna.

“Kenapa? Lo mau nyontek?” Rachel bertanya balik.

Luna menyengir tanpa dosa. “Iya dong, memangnya apa lagi.”

Rachel memukul punggung Luna dengan keras. “Yang namanya tugas ya dikerjain sendiri, idiot!”

Luna tertawa. “Gue punya temen sepinter ini masa gak dimanfaatin, mubazir itu namanya.”

“Lah, dikira gue makanan,” lirih Rachel kesal.

“Udahlah, pokoknya gue mau nyontek,” ucap Luna sembari menjulurkan tangannya, meminta buku tugas Rachel.

Rachel mengambil bukunya dari tas, baru saja ia akan menyerahkannya pada Luna, tiba-tiba seseorang merebutnya, membuat Rachel langsung menoleh ke arah orang itu.

Rachel menghela nafas lelah, paginya secara resmi menjadi kacau dengan kehadiran gadis sombong bernama Vandra ini. Hari masih pagi, tapi Vandra dan kedua anteknya sudah gatal ingin mengganggu Rachel.

“Wah, rajin amat si cupu satu ini,” ucap Desi, salah satu teman Vandra.

Vandra tertawa. “Rajin doang, tapi guru taunya dia males.”

Rachel hanya bisa terdiam saat Vandra merobek buku tugasnya menjadi serpihan-serpihan kecil. Luna murka, tangannya dengan cepat menjambak rambut Vandra, perkelahian terjadi tepat di depan mata Rachel, tapi gadis berkacamata itu hanya diam, ia sudah bosan melihat pemandangan di depannya itu.

The Twin's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang