~ Happy reading ~
Hari ini kelas X Ipa3 bagian pelajaran olahraga. Ara dan ketiga temannya sudah berganti pakaian tadi dan sekarang mereka masih berada di dalam kelas menunggu guru menyuruh mereka kelapangan.Ara terdiam ditempatnya mengingat kembali percakapan dirinya dan ayahnya tempo hari.
Ara keluar kamar untuk mengambil barangnya yang tertinggal di dalam mobil. Langkahnya memelan saat melihat kamar ayahnya yang sedikit terbuka. Memutuskan untuk masuk ara kemudian mendekati kamar ayahnya. Sebelum sempat dia masuk terdengar suara ayahnya yang sepertinya sedang menelfon dengan seseorang.
"Iyaa, saya berangkat sekarang! Tolong urus semua yang diperlukan" Perintah darius kepada seseorang yang sedang menelfon dengannya.
Ara yang mendengar itu mengurungkan niatnya untuk masuk. Dia berjalan menjauhi kamar ayahnya dan pergi keruang keluarga. Ara duduk dan menunggu ayahnya keluar.
Ara pikir ayahnya mungkin akan tinggal lebih lama lagi, mengingat ayahnya yang selama liburan kemarin tidak pulang di tambah seminggu setelahnya. Bahkan ayahnya belum satu minggu dirumah dan sekarang ayahnya akan pergi lagi?
Ara melihat ayahnya yang berjalan mendekat kearah nya kemudian duduk didepannya. Ara sudah tau bahwa ayahnya pasti akan bilang bahwa dia harus pergi karna pekerjaan.
"Araa, ayah harus-"
"Pergi lagi?" Potong ara saat ayahnya mulai berbicara.
Darius tersenyum dan menganggukan kepalanya membenarkan ucapan ara, "maaf sayang, ayah gak bisa ninggalin kerjaan ayah."
Ara menganggukan kepalanya kemudian menatap ayahnya dengan tatapan sendu, "ayah gabisa ninggalin kerjaan, tapi bisa ninggalin aku sendirian?"
"Maafin ayah araa. Ayah benar benar harus pergi!" Ucap darius kemudian berdiri dan pergi menuju kamarnya.
"Ayah pikir, cuma ayah yang sedih karna bunda meninggal?" Langkah darius terhenti karna perkataan ara, dia membalikan tubuhnya dan melihat ara yang sudah berdiri.
"Aku juga sedih! Apalagi seteleh ayah sering pergi dengan urusan perkerjaan dan ninggalin aku sendiri dirumah sebesar ini. Ayah pikir aku gak kesepian?" Ara meluapkan semua yang dia tahan dan masih berusaha untuk tidak meneteskan air matanya.
"Araa. Ayah berusaha untuk tetap biasa saja saat dirumah tapi rasa bersalah ayah tidak pernah hilang." Jawab darius dengan suara bergetar.
"Semua yang terjadi bukan salah ayah. Bunda pergi bukan karna ayah! Bunda pergi karna memang sudah waktunya" Ucap Ara frustasi karna sampai saat ini ayahnya masih saja berpikir bahwa bundanya pergi karna dirinya.
Darius pergi setelah mendengar ucapan ara, menurutnya dia tetap salah karna jika waktu itu dia tidak menolak untuk mengantarkan syerina, pasti istrinya itu tidak akan mengalami kecelakaan dan akhirnya pergi meninggalkannya.
"Araa!!!"
"Hahh?" Jawab ara sedikit terkejut saat Ale memegang bahunya. Melihat kelasnya yang hampir kosong pasti anak-anak yang lain sudah pergi kelapangan.
"Lo gapapa? Daritadi ngelamun mulu." Tanya Ale
"Gapapa"
Ale mengaggukan kepalanya kemudian mengajak ara untuk kelapangan karna taya dan Aga sudah duluan tadi.
Setelah melakukan pemanasan dan arahan dari guru olahraga ara dan teman sekelasnya kemudian bersiap untuk melakukan praktek sesuai arahan tadi. Semua murid bergantian mendrible bola kemudian memasukannya kedalam ring, karna jadwal kelasnya saat ini adalah basket.
Setelah mendapat giliran ara berjalan menuju pinggir lapangan yang teduh kemudian duduk di bangku. Memperhatikan teman sekelasnya yang saat ini malah main lari larian di tengah lapangan, karna guru olahraga mereka sudah pergi etah kemana sejak selesai memberi arahan. Apa semua guru olahraga seperti itu?
Ara memejamkan mata saat angin menerpa wajahnya. Diam diam dia berbisik pada angin bahwa semuanya terasa berat. Semua hal yang memberatkannya, ia harap segera hilang terbawa angin.
"Nih minum!" Suara Aga membuat ara membuka matanya dan menerima botol minum.
"Ada masalah?" Tanya Aga lagi saat melihat Ara yang hanya diam saja.
Ara menggeleng kemudian meminum air yang diberika Aga.
Tatapan Aga kembali kedepan, "Kalo ada masalah cerita aja, gue sama yang lain siap dengerin kok."
Ara hanya tersenyum menanggapi ucapan Aga. Dia ingin sekali cerita, tapi seolah ada sesuatu dalam dirinya yang berusaha agar semuanya bisa dia tahan.
Ara memang bukan seorang yang gampang cerita. dia seorang silent treatment, yang dimana jika dia ada masalah atau sedang bermasalah dengan orang lain, dia akan menyelesaikannya dengan cara paling sunyi dan hanya dia yang tau.
"Ara!! Aga!! Ayo ganti baju". Teriak taya yang sudah berada di koridor.
Ara dan Aga kemudian berdiri dan menyusul taya untuk mengganti baju. Sebelum ke ruang ganti, Ara tadi pamit untuk ke toilet dulu.
Saat keluar toilet ara melihat sania di depan cermin, ara menghiraukan dan mencuci tangannya.
"Lo bener ga ada hubungan sama azka?"Tanya sania yang sudah berbalik badan menatap Ara dari samping.
Ara menghela nafas kasar, ia heran dengan sania yang bertanya hubungannya dengan azka yang sama sekali tidak penting.
"Gue ga ada hubungan apapun sama azka! Lo paham maksud gue?" Balas ara dengan sedikit nada kesal.
"Jangan bohong, gua liat lo kemaren bareng azka. Dia nganterin lo ke kelaskan?"
"Kalo emang iya kenapa? Denger ya sania! Bukan gue yang minta, tapi dia yang mau nganterin!!" Setelah mengatakan itu Ara keluar toilet menuju ruang ganti.
Sania hanya menatap kesal kepergian Ara. Tapi setidaknya dia lega karna Ara memang tidak ada hubungan dengan azka.
*****
Gabisa berkata kata. Pokonya jangan lupa vote ya ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Once again
Teen FictionSEBELUM DIBACA FOLLOW DULU YA!!! BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA!! This is my first story, jadi maaf kalau alurnya tidak sesuai atau masih berantakan. Mohon bantuannya 🙏 Bagaimana jadinya jika gadis tidak banyak omong dan cuek bertemu dengan laki-laki...