Chapter 26

3.6K 341 32
                                    

Tobio menyetir, mengantarkan Shoyo kembali ke rumah.

Natsu sendiri kini telah lelap di pangkuan sang kakak.

Sebelumnya, mungkin karena kepanikan yang dirasakan Shoyo ia tidak begitu merasa bahwa di antara mereka sebelumnya ada masalah.

Namun, kini sudah tenang. Dan atmosfer di dalam mobil terlalu canggung untuk mereka berdua.

Terlebih dengan Natsu yang tertidur, jadi tidak ada seorang pun yang dapat memecah kecanggungan itu.

Jauh dari dalam dirinya, Shoyo merasakan sesuatu yang tak dapat ia sebutkan.

Memang, di satu sisi ia begitu lega karena Natsu baik-baik saja.

Tapi, ada perasaan lain ketika Tobio masih datang untuknya.

Rasanya seperti ... dia tidak kemana-mana.

Senang?

Itu tidak jelas.

Shoyo dengan kecanggungannya menatap keluar jendela mobil. Rasanya berat memutar kepala baik ke depan apalagi ke sisi sebaliknya.

Ia tak sanggup menatap Tobio.

"Terimakasih sudah membantuku mencari Natsu."

Masih mengusahakan semampunya untuk berucap demikian. Walaupun cukup berat.

"Tidak, tapi aku minta maaf atas kelakuan Miwa."

Untuk satu hal itu ia tak tau harus bertanggapan apa.

Disatu sisi memang cukup kesal, tapi disisi lain ia tak sanggup marah.

Dibanding hal itu

"Aku juga ... minta maaf sudah menyita waktumu."

Masih dalam posisi yang sama, Shoyo melirik keluar jendela dan Tobio tetap fokus pada jalanan.

"Aku cukup senggang," balasnya singkat.

Senggang? Shoyo juga bersyukur atas kesenggangan Tobio, dengan hal itu ia dapat membantu.

Tapi, sejak kapan Tobio ini pulang? Apa pekerjaannya sudah selesai?

Walaupun bukan urusannya, tapi rasanya sangat ingin tau.

"A-Aku dengar kau keluar kota."

Saat itu, Tobio memutar kepalanya melirik Shoyo yang setia memalingkan mukanya.

"Ya, ada sesuatu yang harus diselesaikan disana."

Lalu, kembali hening.

Shoyo ragu untuk kembali bertanya. Jangan sampai kesannya seakan ia begitu ingin tau.

Saat itu tujuan juga sudah dekat.

Tobio langsung memarkir mobil, keluar lebih dulu untuk membuka pintu Shoyo.

Natsu masih di dekapan, dan Tobio berdiri menunggu Shoyo masuk.

Tapi di detik itu, "Apa kau ingin mampir?"

Tobio tersentak, tapi ia berpikir lagi mungkin hanya sekadar basa basi.

"Kau yakin?"

Shoyo sedikit menyembunyikan wajah dengan menunduk.

"Hn," angguknya.

Dirasa tidak masalah jika hanya sebentar.

Akhirnya Tobio masuk.

Tapi entah itu pilihan yang tepat atau tidak, saat di dalam rasa canggung sebelumnya justru semakin besar.

Shoyo menghidangkan kopi untuk mereka berdua dan kini duduk di sofa.

You'r my Omega [Kagehina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang