Chapter 30

5.2K 362 33
                                    

Setelah mengantar Shoyo kembali ke rumah.

Tobio langsung membawa mobilnya mengarah ke apartemen.

Dari pagi, sejujurnya ada yang salah dari dirinya.

Dimulai dari emosinya yang tak terkendali, dan juga pusing yang menyerangnya tiba-tiba.

Terkadang tubuhnya juga terasa panas saat mulai emosi.

Saat dalam perjalanan pulang, Tobio mengecek tanggal rutinnya.

Memang ternyata sudah tanggal jadwal untuknya.

Karena masih dalam perjalanan, ia mengarahkan mobil ke tempat ia berlangganan meminta obat penekan miliknya.

"Oh, Tobio ... ini jadwalmu ya."

Sapaan tersebut membuktikan mereka sudah saling mengenal.

Atsumu dan Tooru biasanya juga kesini jika mereka menginginkan suppresant.

Tapi mereka lebih suka menggunakan cara lain.

Tobio dengan tubuh yang mulai panas dan diselimuti oleh feromon duduk dan menunggu obatnya.

"Minum ini dan kembali ke tempatmu, feromonmu sangat kuat kau akan membuat Omega ataupun Alpha gila hanya karena feromonmu milikmu."

Tobio meminumnya.

Dan mengambil sisanya untuk waktu selanjutnya.

"Terimakasih,"

Keluar dan menuju mobil.

Tatapannya sangat tajam, namun pikirannya begitu kosong.

Ia mengendarai mobilnya kembali.

Dan kini berhenti, Tobio menyandarkan kepalanya ke setir mobil saat mobil itu terparkir.

Ia terengah tanpa sebab.

Di dalam mobil itu kini sudah dipenuhi oleh feromonnya sendiri.

Ia mengangkat kepalanya. Membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke sebuah rumah.

Ia menekan bel secara beruntun dan acak.

Sesekali juga menggedor pintu agar orang rumah dapat membuka pintunya dengan cepat.

Saat pintu terbuka, seseorang berdiri mengatainya, "Apa? Kenapa kau kembali lagi dan berisik? Lagipula bukankah kau punya kunci cadangan? Dan untuk apa kau malam-malam ...

Tubuhnya sudah tak sanggup.

Ia menahannya sedari tadi, alhasil justru menjatuhkan diri kepada orang yang ada di depannya.

Ia tau, bahwa orang yang di depannya tengah berbicara padanya.

Tapi tak satupun dapat ia dengar.

Ia kehilangan fungsi pendengaran seketika.

Dan hanya ingin melakukan apa yang tubuhnya inginkan.

Tobio menggapai wajah, mendekatkan bibirnya pada bibir Omega di depannya yang kini juga sudah lemas akibat feromon yang ia miliki.

Menciumi si Omega dengan agresif.

Dan, Omega itu memberontak, berteriak kepadanya.

Tapi, sungguh. Tobio tak dapat mengerti hal itu.

Ia hanya menatap tajam pada si Omega. Matanya seperti mata pemburu.

Kilatan dalam matanya pun menjelaskan, bahwa ia terbuai dalam nafsunya.

Tobio kembali menindih tubuh Shoyo, menahan kedua tangan Shoyo di atas kepala.

Tangan yang lain, mengusap pipi sang Omega, turun ke bibir, ibu jarinya membelai dengan lembut.

You'r my Omega [Kagehina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang