3

424 37 3
                                    



100 TAHUN KEMUDIAN.........

"apa adik sudah lahir, panglima maksmana?" tanya seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun kepada panglima kerajaan.

"haha... kau sepertinya tidak sabar untuk melihat adik mu, sebentar lagi dia lahir kaizo, ibu mu sedang berjuang melahirkan adikmu sekarang."

oooaaaa....
oooaaaa.....

"apa itu tangisan adik ku, ayo mari kita masuk dan melihatnya." ucap kaizo yang sudah mendengar suara tangisan bayi di depan pintu kamar ibunya.

"iya, sabar ya, nanti sebentar lagi kita akan masuk, nanti kita nunggu perintah ya."

akan tetapi kaizo tida sabaran ingin melihat adiknya, sehingga ia menggunakan magic nya untuk membuka pintunya.

"kaizo...." panggil maksmana dengan keterkejutannya karena baru kali ini ia melanggar perintahnya, perintah gurunya. ya, maksmana menjadi guru bagi kaizo sekaligus menjadi seorang panglima kerajaan cahaya. 

"ibu.... aku ingin melihat adik." teriak kaizo sambil berlari menemui ibunya

"maaf yang mulia, aku gagal mencegahnya." ucap maksmana kepada raja cahaya bernama Ansel

"tida apa-apa maksmana, mungkin dia sudah tida sabar melihat adiknya."

"kalau begitu saya pamit yang mulia, saya akan berjaga-jaga lagi di depan, dan selamat atas kelahiran putra kedua yang mulia." ucap maksmana

"terima kasih panglima." ucap ansel.

kemudian maksmana pergi meninggalkan ruangan.

"wah... ibu dia lucu sekali, sangat kecil tangannya, bagimana kalau kaizo saja yang memberinya nama." ucap kaizo sambil memainkan tangan adiknya

"coba tanya ayah, kalau ibu si setuju-setuju saja." ucap ratu calla

"ayah, boleh yah..." ucap kaizo memohon

"baiklah, kamu akan menamainya siapa kai?."

"Fang, namanya Fang, bagaimana, ayah dan ibu setuju kan?."

"Fang." ucap ansel dan calla bersamaan

"nama yang bagus, ia kan suami ku."

"ya, kau benar istriku, kau sangat pandai memberinya nama." ucap ansel lalu kemudian ia mengusap-ngusap rambut kaizo.

sementara itu dalgio yang saat ini masih menyamar menjadi sesepuh sekaligus penulis sejarah mengetahui tanda-tanda anak yang berdarah manusia telah lahir, kemudian ia segera menuju ke kamar raja dan ratu, untuk menjalankan rencananya membunuh bayi itu, dia tidak akan pernah membiarkan bayi itu menghancurkan segala rencananya sebelum kekuatannya sempurna untuk menghancurkan kerajaan cahaya

"ada apa sesepuh sampai membawa anda kemari, dan kenapa dengan wajah sesepuh yang terlihat sangat panik?." tanya maksmana yang tiba-tiba saja abkar alias dalgio datang.

"panglima, aku ingin menyampaikan berita buruk, bahwasannya anak yang di lahirkan ratu calla itu akan menghancurkan kerajaan cahaya, bayi yang di lahirkannya berdarah manusia, aku tida ingin kejadian 100 tahun yang lalu terulang."

"Apa, baiklah kalau begitu sesepuh, masuklah." ucap maksmana, ia benar-benar merasa terkejut

"Raja, Ratu...." pangil dalgio

"ada apa sesepuh?." tanya ansel

"maafkan aku, aku harus menyampaikan kabar buruk ini yang mulia, ini semua demi kesejahteraan kerajaan cahaya."

"apa kabar buruknya?." tanya ansel penasaran

"putra kedua yang mulia berdarah manusia, aku mendapatkan pertanda akan itu yang mulia."

"APA......"

"mohon maaf sesepuh, sesepuh jangan asal bicara, mana buktinya kalau dia berdarah manusia." ucap calla tida terima

"baiklah ratu, kau akan membuktikannya." dalgio mengeluarkan sebuah suntikan kecil dengan sihirnya, kemudian mengambil darah fang, dan saat darah itu di ambil, terbukti fang berdarah merah seperti manusia.

"tida, itu tida mungkin, suami ku, kau tida kana mengorbankan nya kan. ucap calla memohon dengan tangisannya

" tidak istri ku, kau harus membunuhnya, demi kesejahteraan kerajaan kita."

"ayah, ayah jangan lakukan itu, aku tida mau kehilangan fang, lihat lah fang ayah  dia begitu lucu." ucap kaizo menggoda ayahnya, agar tida membunuh adiknya. kaizo saat ini tahu apa yang tengah di bicarakan, karena ia belajar mengenai sejarah, sejarah palsu yang di tulis oleh dalgio.

"tidak kai, baik diri mu atau ibu mu, tida ada yang bisa mencegah ayah, ayah akan membunuhnya." ucap ansel, kemudian ia mengambil fang yang berada di gendongan calla dengan paksa.

"kalau begitu, siapkan upacaranya sesepuh, sebelum gerhana bulan terjadi."

"baik yang mulia." ucap dalgio kemudian mengambil fang dari gendongan ansel dan membawanya.

"ayah...... ayah jahat...... hiks.... " teriak kaizo dengan tangisannya

"tenang kaizo." ucap maksmana, kemudian maksmana menggendong kaizo, dan kaizo menangis sejadi-jadinya dipangkuan maksmana, kemudian maksmana pergi meninggalkan ruangan, membiarkan suami istri itu berbicara.

"istri ku, aku harus mengorbankan nya, aku harap kau bisa mengerti, aku juga sangat terkejut, aku tida punya pilihan lain, aku juga sangat menyayanginya, sungguh istri ku, aku sangat menyayangi fang, apa boleh buat, meski kita melindunginya dia yang akan membunuh kita dan menghancurkan kerajaan ini."

sementara itu calla hanya menangis tanpa bersuara, betapa sakit hatinya, ia baru saja melahirkan, baru saja ia melihat dan mengendong nya, kini ia harus menerima kenyataan bahwa ia tidak akan pernah melihat anaknya lagi.

sementara itu dalgio tengah menyiapkan upacara pembunuhan fang, yang akan di saksikan oleh semua masyarakat kerajaan cahaya. ia sempat menitipkan fang kepada irlang, karena dia sendiri lah yang akan menyiapkan segalanya. setelah beberapa menit akhirnya dalgio sudah selesai, dan masyarakat sudah berkumpul, upacara akan segera di mulai.

"irlang, letakan bayinya di tempat ini." perintah dalgio

"baik kakek." ucap irlang kemudian meletakan fang di tempat yang sudah di sediakan.

"masyarakat semuanya, dengan berat hati, kita akan membunuh putra kedua raja kita, karena dia terlahir memiliki darah manusia, sebagaimana yang di tuliskan sejarah, dia harus di bunuh, kita harus mencegah kejadian 100 tahun yang lalu."

"terima kasih kepada raja kita, dengan besar hati, dan pastinya ini sangat berat baginya dan tentunya kita semua, semoga raja dan kerajaan ini selalu di dalam kesejahteraan." ucap dilgo dengan air mata yang mengalir.

"hidup yang mulia raja....." teriak salah satu rakyat

"hidup....."

"irlang aku serahkan kepadamu, kau saja yang membununya, kakek merasa sangat tidak sanggup." ucap dalgio dengan air mata palsu tentunya

"baik kakek, serahkan pada ku." ucap irlang, kemudian ia mengambil bilah pedang dan mengambil ancang-ancang untuk membunuhnya

jleb......

bilah pedang itu menusuk tepat di jantung fang. membuat sang raja memejamkan matanya, air matanya mengalir, tangannya terkepal kuat, menahan sakit di hatinya.

"FANG....... huwaaa....." teriak kaizo dari kejauhan, kemudian ia menangis sejadi-jadinya, dan maksmana semakin erat memeluk kaizo

"Fang......." teriak kaizo lagi, teriakannya terdengar begitu pilu




BERSAMBUNG.......

PENYIHIR DARI KERAJAAN CAHAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang