Part 17

78 4 0
                                    

"Kabarin apa? Kok gue nggak dikabarin?" Joano tiba-tiba muncul ditengah obrolan mereka, ia menarik kursi lalu duduk di samping Bianca.

"Dikabarin juga nggak bakal ikut." Ujar Luna langsung mengambil kesimpulan.

"Ya kalau ngabarinnya mau ngerampok, maling ayam tetangga, sih, emang gue nggak mau ikut."

Bianca tertawa geli mendengar perkataan Joano, sementara Luna terlihat sebal karena lelaki itu selalu menjadikan omongannya sebagai bahan bercandaan. Rasanya ia ingin sekali menutup mulut Joano menggunakan sambal yang ada di hadapannya.

Luna mendecak lidah. "Kurang-kurangin tu otak kriminal."

"Iya, bawel." Balas Joano sambil mencubit gemas kedua pipi Luna.

"Udah ih, berantem mulu lo berdua." Tutur Bianca berusaha menengahi.

Sementara itu Daniel hanya menatap datar, ia mendadak terasingkan begitu Joano hadir ditengah-tengah mereka.

"Dia dulu yang mulai." Luna berkata sebal sembari memegang kedua pipinya.

"Masa gitu doang ngerajuk, sih. Ah Luna nggak asik." Goda Joano tak mau menyerah.

"Lo tuh yang nggak asik, pagi, siang, sore gangguin hidup gue mulu." Protes Luna.

Joano terkekeh. "Udah jadi motto hidup gue soalnya."

Luna mengepal tangannya, ia siap melayangkan tonjokkan kepada Joano namun segera ditahan oleh Bianca.

"Udah sih lo berdua, berantemnya nggak kelar-kelar." Bianca menurunkan tangannya begitu emosi Luna mulai mereda. "Berasa kayak emak lo berdua gue, harus siap siaga misahin kalo lagi baku hantam."

"Mama." Joano balik menggoda Bianca jahil.

Kening Bianca berkerut. "Geli, gue."

Joano kembali terkekeh, senang rasanya ia bisa menjahili dua orang sekaligus.

Saat itu juga, ponsel Bianca menyala, sebuah pesan pendek masuk; dari Mama. Setelah membaca pesan yang dikirim oleh sang ibu, Bianca langsung tersenyum girang. "Makannya nanti pas pulang sekolah, yuk. Nyokap gue bilang dia telat jemput."

"Serius?" Tanya Luna antusias.

"Iya, ayok. Lo gimana, Niel?" Semua tatapan beralih ke Daniel yang sedang asik menyantap makanannya.

"Ok. Kuy." Jawab Daniel singkat.

"Mau kemana sih, gue ikut." Ucap Joano langsung memutuskan.

"Yakin? Mau makan seblak soalnya." Luna bertanya dengan penuh penekanan.

"Iyalah yakin. Makan seblak doang." Kata Joano enteng.

"Sepakat ya, nanti pulang sekolah." Ucap Bianca memastikan.

Sepulang sekolah, Joano, Luna, Daniel dan Bianca benar-benar mendatangi warung seblak yang lagi banyak dibicarakan orang-orang. Bukan hanya mereka berempat, Bella juga turut ikut karena ia ingin bergaul dengan teman sekelas lainnya, selain Joano, Mike dan Alfian.

Seperti yang terjadi pada orang lain yang belum terlalu akrab, Bella lebih sering mendekatkan diri pada Joano karena ia merasa lelaki itu adalah satu-satunya orang yang ia kenal lebih lama dari pada yang lainnya. Karena itu, Bella juga sengaja duduk di samping Joano karena ia merasa nyaman.

"Woi, kalian berdua! Bisa nggak tatapan matanya nggak usah sengit begitu. Ini cuma makan seblak, bukan tanding piala dunia, jadi nggak usah lebay." Teriak Bianca pada Joano dan Daniel yang saling beradu pandang, seolah berlomba tentang siapa yang mempunyai tatapan mata paling tajam.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now