Part 31

48 5 0
                                    

Begitu mendapat pesan dari Bianca, Joano langsung memutuskan untuk pulang lebih awal, ia ingin bertemu dengan Luna dan menanyakan alasan mengapa gadis itu pergi lebih dulu tanpa memberitahunya. Namun, begitu sampai di depan rumah Luna, Joano mengurungkan niatnya awalnya. Ia berpikir jika gadis itu pasti kelelahan karena berada di tengah pesta cukup lama.

Joano sangat memahami Luna, karena itu ia memilih untuk meninggalkan pesan singkat,

Joano

Istirahat yang nyenyak, tas lo ada di gue

Begitulah bunyi pesan yang Joano kirimkan. Lelaki itu menghela nafas panjang kemudian menatap tas Luna yang ada di tangannya. Joano lantas melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

Keesokannya.

Sudah sekitar lima belas menit Joano menunggu Luna untuk pergi sekolah bersama, namun selama itu juga Luna tidak menampakkan dirinya.

Joano terus menatap rumah Luna yang sunyi senyap, biasanya memang seperti itu, jadi ini bukan pemandangan baru baginya. Biasanya sebelum jam menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, Luna baru akan keluar rumah dan mereka berangkat sekolah barsama Joano, namun hari ini gadis itu tak juga menampakkan batang hidungnya.

Joano merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Luna, tapi tiba-tiba ia baru ingat jika hari ini Luna ada piket mingguan, jadi gadis itu pasti berangkat lebih dulu.

Joano merutuki dirinya seketika, ia membuang waktu lima belas menitnya secara percuma. Kenapa ia tidak berangkat lebih pagi sekalian bersama Luna jika menunggu gadis itu di jam yang tanggung.

Semua sorot mata tertuju pada Joano begitu lelaki itu memasuki ruang kelas, mereka berbisik satu sama lain sambil sesekali menatap objek yang menjadi topik perbincangan.

"Congrats brother, akhirnya geng kita ada yang pecah telor juga." Tukas Alfian kemudian bersiul sambil memeluk Joano.

"Congrats brother, semoga gue bisa nyusul lo punya cewek baru." Tambah Mike ikut memeluk Joano.

"Cieeee, selamat ya, Jo." Dari bangkunya Bianca ikut memberi selamat.

Teman-teman sekelas yang lain ikut memberi selamat sambil bertepuk tangan.

Joano mengerutkan dahi, ia masih tidak mengerti dengan apa yang teman-temannya bicarakan. Tunggu, apa karena Bella menciumnya semalam? Astaga, Joano mengira tidak ada yang melihat mereka. Tidak mungkinkan Bella menyebarkan sendiri gosip mengenai dirinya, apalagi Joano menolaknya saat itu.

"Teman-teman, aku sama Joano nggak pacaran. Beneran deh." Dari tempat duduknya Bella berusaha mengklarifikasi bahwa keduanya masih berteman.

Sesuai dugaan, tidak mungkin Bella menyebarkan gosipnya sendiri.

"Udah nggak usah ngelak lagi. Ngapain backstreet, sih."

"Iya. Kalian bukan anak SD yang nggak boleh pacaran."

"Kalian nggak mungkin backstreet karena nggak dapet restu, kan?"

"Iya nih, santai aja kali kalau kalian mau pacaran."

Begitulah komentar teman-teman sekelas begitu Bella menyangkal gosip yang beredar mengenai dirinya.

Joano nampak acuh saat mendengar pernyataan Bella, lagi pula Bella sudah menyangkalnya, jadi untuk apa ia meyakinkan teman-teman sekelasnya lagi? Percaya atau tidak itu urusan mereka. Lagi pula saat ini bukan itu yang menjadi tujuan utamanya. Sebaliknya isi kepala Joano justru dipenuhi pertanyaan dimana keberadaan Luna karena ia tidak melihat penampakan gadis itu di kelas.

Baru saja Joano hendak melangkahkan kakinya menuju bangku Bianca untuk menanyakan dimana keberadaan Luna, tapi niatnya ia urungkan begitu seorang guru masuk ke dalam kelas.

"Ayo, duduk di tempat kalian. Pelajaran mau dimulai." Ucap Wali kelas 3-1. Ia kemudian meletakkan barang bawaannya ke meja guru.

Seluruh murid duduk di tempat masing-masing sambil membuka buku pelajaran yang sedang berlangsung.
Sementara itu, diam-diam Joano merogoh ponselnya dan mengetik pesan yang ditujukan pada Bianca.

Joano

Luna kemana? Dia nggak ngangkat telfon gue, chat gue juga nggak dibaca.

Bianca

Hah? Kok lo nanya gue, gue juga nggak tahu. Tadi gue mau nanya sama lo tapi anak2 bahas masalah lain jadi gue diem aja. Gue kira lo tahu dia dimana.

Joano

Jangan bercanda deh. Serius lo nggak tahu?

Bianca

Ngapain gue bercanda sih? Nggak lucu tahu nggak. Gue nggak chatan sama Luna lagi pas semalem dia mau pulang duluan. Dia kesiangan kali makanya nggak masuk sekalian. Lo nggak ke rumahnya dulu apa?

Joano

Gue cuma nunggu di depan, gue kira dia duluan. Soalnya kalo lagi piket kan dia berangkat duluan, jarang banget nungguin gue.

Bianca

Yaudah, nanti pas pulang lo ke rumahnya. Emang dia kemana sih? Paling juga tidur. Gue yakin sih dia kesiangan.

Joano

Masalahnya teleponnya nggak aktif.

Bianca

Lupa ngecharge kali. Luna kan gitu.

Seketika rasa cemas Joano berkurang begitu membaca pesan Bianca yang paling akhir. Iya, Luna sering kali lupa mengisi daya ponselnya makanya Joano kerap kesal begitu gadis itu susah untuk dihubungi, biasanya kalau sudah protes mengenai kelalaiannya, Luna hanya meringis tanpa dosa, tidak memikirkan bagaimana perasaan orang yang mengkhawatirkannya.

"Ini Luna kenapa ya kok nggak masuk?" Tanya wali kelas begitu menyadari ketidakhadiran Luna.

"Luna ada urusan keluarga, Bu. Tadi mau saya bikinin surat izin tapi saya kesiangan." Tukas Joano berbohong, tidak mungkin kan ia mengatakan kalau Luna tidak bisa dihubungi? Yang ada gadis itu akan mendapatkan masalah karenanya.

"Astaga, Joano. Habis pesta langsung kesiangan begitu."

Untunglah, wali kelas percaya dengan alasan Joano, jadi ia tidak perlu memberi alasan lain mengapa Luna tidak masuk sekolah.

"Maaf, Bu. Nanti saya bikinin surat ijinnya."

Satu buah pesan kembali masuk di notifikasi ponsel Joano. Lelaki itu sungguh berharap kalau pesan itu dari Luna, namun ia harus menelan kekecewaan karena bukan dari orang yang ia harapkan.

Bella

Jo, sumpah bukan aku yang nyebarin gosip kita jadian. Aku nggak tahu apa-apa kalau ada gosip kayak gitu. Semalam aja aku udah ngelakuin kesalahan sama kamu, jadi nggak mungkin kan kalau aku yang nyebarin gosip.

Joano

Iya, Bel. Gue percaya.

Joano kemudian menoleh pada Bella dan tersenyum tipis.

Sepulang sekolah Joano langsung menaruh skuternya ke garasi rumah dan melangkahkan kakinya ke rumah Luna. Joano beberapa kali memencet Bel tapi tak kunjung mendapat respon dari sang pemilik.

"Luna! Lo di dalem?! Buka pintunya dong! Luna!"

Hening, tidak ada sahutan sama sekali.

Sunda Manda [COMPLETED]Where stories live. Discover now