🧩 yī 🧩

283 28 7
                                    

Malam itu masih pukul sembilan ketika Dilraba menapakkan kakinya di pelataran halte. Jalanan di sekitar halte terlihat sepi, mungkin karena hujan baru saja berhenti dan kondisi cuaca yang dingin menghentikan orang-orang untuk beraktivitas di luar rumah.

Memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar sebelum kembali ke rumah, Dilraba duduk bersandarkan tiang halte sambil memejamkan mata. Namun, itu tak berlangsung lama ketika ia merasakan kehadiran seseorang yang kini duduk di sisinya.

"Kok belum pulang?"

Dilraba menoleh, menatap orang tersebut dengan jari telunjuk menunjuk dirinya sendiri.

Lelaki itu mengangguk, "Iya."

Dilraba membuka mulutnya sambil mengangguk paham. "Nunggu taksi." celetuknya asal. Ia selalu ingat perkataan mamanya untuk tak berinteraksi dengan orang asing dan lelaki yang sedang bicara dengannya saat ini adalah orang asing, menurutnya.

"Saya anterin, mau?" tawar lelaki itu yang diberi tatapan bertanya oleh Dilraba.

"Sorry?"

"Iya, saya nawarin diri buat nganter kamu." lelaki itu membalas mantap tatapan ragu yang dilemparkan Dilraba untuknya.

Dilraba tersenyum kikuk. "Oh, gak usah. Gue 'kan udah bilang, gue lagi nunggu taksi." tangannya memberi gestur menolak.

"Sama saya aja." balas lelaki itu santai.

"Huh?"

Ini orang siapa, deh?! Dilraba mempertanyakan maksud dari kemunculan lelaki ini di hadapannya serta apa tujuannya menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

"Lo mau nyulik gue, ya?!" tak lagi berusaha menyembunyikan ketidaknyamanannya, Dilraba berakhir mengungkapkan isi kepalanya sedangkan yang dituding malah tertawa.

"Memangnya saya ada tampang penjahat?"

Dilraba diam. Matanya fokus memperhatikan lelaki yang kini berdiri menghadap ke arahnya, menelisik dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Tapi 'kan penjahat jaman sekarang macam-macam modelnya. Jangan cuma gara-gara lo pake jas dan sepatu licin bisa bikin lo keliatan kayak orang baik, ya!" seru Dilraba kekeuh.

"Haha, okay." lelaki itu memilih kembali duduk di sisi kosong bangku di sebelah Dila. "Orang kalo capek emang pikirannya suka kemana-mana, I knew it."

Diam sebentar, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kamu beneran gak mau pulang bareng saya?" kalimatnya seolah mengatakan bahwa ini tawaran terakhir darinya.

"Iya!" seru Dilraba yakin. "Lagian, kenapa sih daritadi ngotot banget mau nganterin?"

Lelaki itu mengangkat bahu. "Kemanusiaan?" ia tersenyum, "Ya udah kalo gitu, sampai ketemu lagi."

Ditinggalkan sendiri, Dilraba merasa sedikit menyesal menolak tawaran lelaki itu. Hari sudah malam dan ia ragu akan ada kendaraan umum yang lewat. Namun menerima tawaran orang asing dengan cuma-cuma pun berarti ia sedang mencoba menentang peringatan mamanya.

Memilih menghempaskan punggung pada sandaran bangku, Dilraba berseru. "Bodo amat, deh!"

🧩

Berhasil sampai di rumah satu jam kemudian benar-benar suatu keberuntungan bagi Dilraba. Nekat berjalan kaki karena tak kunjung menemukan kendaraan umum yang melintas, kaos yang dipakainya berhasil basah oleh keringat.

"Dila, lain kali lo perlu olahraga biar gak jompo dini!" gerutunya dengan napas terengah dan tangan menopang pagar rumah.

Selesai dengan urusan napasnya, Dilraba memfokuskan pandangan pada sebuah mobil yang terparkir di halaman. "Papa beli mobil baru?" monolognya.

Namun, kebingungannya berhasil terpecahkan ketika melihat seseorang yang asing―atau mungkin tidak― keluar dari rumahnya diantar oleh sang orangtua.

"LOH?!"

Dilraba berlari menghampiri ketiganya yang masih mengobrol dan belum menyadari keberadaannya.

"Kok lo disini?" tudingnya begitu sampai di hadapan mereka.

"Heh, gak sopan banget tangannya nunjuk orang gitu!" mama memukul pelan lengan sang putri yang dibalas ringisan.

"Hai, Dila. Apa saya bilang? Kita beneran ketemu lagi, 'kan." lelaki itu melambai ke arahnya lengkap dengan senyum dan lesung pipi yang melekat di wajahnya.

Let's meet the casts!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let's meet the casts!

Diratama Yixing Mahendra; bergelar "The Perfect One" saking perfeksionisnya dia kalo udah berurusan sama pekerjaan dan keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diratama Yixing Mahendra; bergelar "The Perfect One" saking perfeksionisnya dia kalo udah berurusan sama pekerjaan dan keluarga. Top banget pokoknya!

Dilraba Azkadyna; mahasiswa semester akhir yang berhasil dibikin shock karena kabar bahwa dirinya telah dipinang dan akan segera menjadi istri dari seseorang yang tak pernah ia temui sebelumnya―iya, begitulah menurutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dilraba Azkadyna; mahasiswa semester akhir yang berhasil dibikin shock karena kabar bahwa dirinya telah dipinang dan akan segera menjadi istri dari seseorang yang tak pernah ia temui sebelumnya―iya, begitulah menurutnya.
_____

Hola, I'm coming back, guys!!
Huh.. hah! Ini adalah book pertamaku setelah hiatus nulis selama hampir satu tahun, semoga suka, ya!

Regard,
LOEY's Queen

Story of Us | Zhang Yixing [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang