🧩 bā 🧩

70 14 0
                                    

Pagi hari pertama rumah tangga Yixing dan Dilraba diawali dengan persiapan mereka kembali ke rumah ibu. Melalui sedikit perdebatan sebelum akhirnya setuju, Dilraba kekeuh menutup mulutnya meski sang suami terus berusaha mengajaknya bicara.

Perempuan itu kesal. Bagaimana tidak, hari pertamanya sebagai istri seharusnya ia jalani untuk melayani sang suami, bukan malah mempersiapkan hati karena akan ditinggal pergi.

"Saya janji bakal sering hubungi kamu selama disana. Lagipula kalau rindu, kamu bisa telpon saya kapanpun kamu mau."

Dilraba melirik sekilas, masih tak mau bicara dan memilih memejamkan mata. Ketika dirasa bahwa mereka telah sampai di rumah ibu, perempuan itu segera turun meninggalkan sang suami tanpa ragu.

Yixing menghela napasnya. Memang salahnya karena memutuskan semua hal sendiri―bahkan terkesan memaksa― meski yang tengah ia coba lakukan demi kebaikan sang istri.

"Loh, Mas. Dila kenapa? Masuk rumah cemberut begitu." tegur ibu ketika melihat putra sulungnya masuk ke rumah dengan wajah lelah dan tangan penuh.

Yixing meringis. "Ngambek, Bu." diletakkannya barang bawaan ke lantai kemudian mengambil langkah mendekat pada ibu untuk memberi salam dan pelukan.

"Kamu belum bilang, ya?" mendapat gelengan, ibu mengurai peluk guna menatap wajah sang putra. "Kebiasaan."

"Terus, gimana? Gak bisa ditunda?"

Yixing menghembuskan napasnya, kemudian menggeleng. "I've been here since two months ago. Nanti Papa marah kalau cutinya ditambah."

"But, you don't take your time off here. Disini 'kan kamu tetap kerja."

Benar. Yixing tak benar-benar libur disini. Ia mengambil posisi sementara di kantor cabang yang ada di Jakarta,  bukannya serta merta melepaskan tanggungjawabnya.

Melihat putra sulungnya yang tampak putus asa, ibu ikut merasakan sakit kepala. Ayah dari anak-anaknya itu.. workaholic. Dan Yixing sebagai anak pertama dituntut untuk merasakan tanggungjawab yang sama sejak usia belia.

Maka, tak heran seiring bertambahnya usia, Yixing benar-benar tumbuh seperti keinginan ayahnya. Kerja, kerja, dan kerja. Lelaki itu tak akan berhenti sebelum tubuhnya menolak diajak bekerja sama dan berakhir terbaring di ranjang rumah sakit untuk dua minggu lamanya.

"Ya udah, nanti Ibu bantu ngomong sama Dila." tangan perempuan paruh baya itu terulur untuk mengusap bahu sang putra. "Kamu jaga diri disana. Jangan dipaksain kalo udah gak bisa, pikirin Dila!"

Kalau dulu Yixing diingatkan untuk menjaga kesehatan demi dirinya sendiri dan tak pernah dilaksanakan, maka sekarang ibu punya jurus andalan dengan menyebut nama Dila sebagai ancaman―ungkapan kekhawatiran.

Yixing tersenyum, "Iya, promise!"

Ibu mencibir, namun ikut tersenyum. Putranya kini jauh lebih manusiawi setelah bertemu Dilraba. Tak seperti anak laki-laki yang ia temui dua bulan lalu yang hanya akan menampakkan wajah di pagi dan malam hari saking sibuknya.

"Ayo!"

Ibu dan Yixing menoleh ketika suara Dilraba mengejutkan mereka.

"A-yo?" kedua alis Yixing bertaut.

"Pesawatnya berangkat satu jam lagi, 'kan? Jadi, ayo!"

Meski masih kesal, Dilraba mencoba mengerti. Suaminya itu punya kesibukan yang ia sendiri sulit pahami. Namun, seperti yang Yixing sampaikan tadi pagi, semua yang lelaki itu lakukan tentu demi kebaikan mereka dan bukannya bentuk keegoisan Yixing sendiri.

"Kalo gitu, kita pamit dulu, Bu." Dilraba meraih tangan ibu untuk disalami yang dibalas dengan pelukan. "Titip Mas Yixing, ya." bisik ibu sebelum mengurai pelukan.

Jika sebelumnya Dilraba melempar senyum ke arah ibu, maka ekspresi itu langsung berubah ketika ia menatap suaminya.

"Ayo, nanti macet."

Yixing tak menolak ketika lengannya ditarik sang istri untuk dibawa ke luar rumah melainkan ia mencoba menikmati sisa kebersamaan mereka sebelum nantinya harus berpisah.

Kemudian, selepas mengantar Yixing dan menanti pesawat yang ditumpangi suaminya lepas landas, Dilraba pulang membawa pesan yang sempat disampaikan sang suami untuk dirinya.

"Kamu selesaikan studi kamu disini selagi aku berusaha selesaikan urusan disana. Setelah itu, aku bakal bawa kamu pulang, ke rumah kita."

Apa ini?! :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa ini?! :)

Regard,
LOEY's Queen

Story of Us | Zhang Yixing [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang