🧩 shí èr 🧩

83 12 0
                                    

Sepulang mencari sarapan dan berpamitan dengan tetangga baru seusai puas mengobrol, Yixing membaringkan diri di sofa, menanti waktu yang tepat untuk menghubungi Dilraba agar tak mengganggu waktu istirahatnya.

Namun tanpa disangka, Dilraba lebih dahulu menghubunginya yang berhasil membuat dirinya terkejut dan bangun dari pembaringan.

"Oh, hai Dila!"

Yixing tersenyum canggung melihat wajah marah Dilraba memenuhi layar ponselnya.

"Wah, udah bisa dihubungin, ya? Kirain udah lupa kalo punya istri sama keluarga."

Yixing menegakkan posisi duduknya bersandarkan punggung sofa, sedangkan satu tangannya bergerak mengusap belakang tengkuknya guna menghilangkan canggung.

"Kenapa gak jawab? Gak punya argumen?"

Yixing mengerjapkan matanya, tak menyangka jika dirinya akan diomeli sebegininya meski ia sadar bahwa ini semua memang kesalahannya.

"Hai, Dila. Hehe.." panggilnya untuk yang kedua kali diiringi kekehan menyebalkan menurut DIlraba. "Kamu gak istirahat? Disana udah mau tengah malam, 'kan?" ucapnya setelah mengecek jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh pagi waktu New York.

Terdengar tawa sinis dari Dilraba sebelum menanggapi kalimat suaminya barusan, "Dan biarin lo terus menghilang tanpa kabar gini? Lo mau pernikahan kita berjalan kayak gini aja atau lo cuma anggap pernikahan ini sebagai status dan 'perwujudan menepati janji' kayak yang lo bilang di awal pertemuan?!"

"DILA?!" Yixing berseru kaget, tak menyangka bahwa tindakan impulsifnya tiga bulan belakangan akan disimpulkan seperti ini oleh Dilraba. Belum lagi melihat wajah sang istri yang kini menjauh dari layar dengan sesekali suara isakan terdengar.

Yixing menghela napasnya perlahan, menanti Dilraba tenang sebelum kembali melanjutkan obrolan.

"Dila, are you okay now?"

Masih tak memperoleh tanggapan, Yixing kembali menanti hingga akhirnya wajah Dilraba kembali muncul di layar meski kini tertutup selimut.

"Sorry udah marah-marah sama lo, kayaknya gue lagi capek, deh. Lain kali aja ngobrolnya, ya? Gue yakin lo juga butuh istirahat."

"NO!" Yixing berseru, "Don't try to hang up your call 'cause we need to talk right now."

Menatap Dilraba yang hanya diam di ujung sambungan, Yixing kembali bicara untuk menjelaskan keadaannya tiga bulan belakangan.

"First, apologize me for ignored you for three months and i promise you that i'll NEVER do that again in the future.."

"Saya punya alasan kenapa saya ngelakuin itu, bahkan ke ibu dan Zihao juga. So, please forgive me about that after i explain the reason.."

"Papa mau saya menggantikan posisi beliau di perusahaan dan untuk itu saya diminta untuk memegang beberapa projek yang bahkan i've never done that before, but i tried my best sebagai pembuktian bahwa saya pantas memegang posisi yang beliau berikan dan itu juga salah satu jalan yang saya tempuh untuk memperoleh restu beliau terhadap pernikahan kita.."

"Kamu mungkin sudah mendengar ini dari ibu atau Zihao 'bout Papa is a perfectionist one and a workaholic person as you can see in me and i really sorry for that.."

"Kemarin, sebelum pulang ke Indonesia buat menemui kamu dan keluarga, i have promise with papa that i could marry you if can make something big for our company and yeah, saya berusaha menepati janji saya segera setelah saya berhasil menikah dengan kamu—"

"—but you leave me."

Yixing tersentak. Pandangannya kini jatuh pada manik Dilraba yang kembali menitikkan air mata. "I'm sorry.. but, can you do me a favor, Dila?"

Story of Us | Zhang Yixing [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang