[7] | Blood of girl (I)

367 55 2
                                    

" Darah dari seorang gadis yang di korbankan. Bunga Dahlia hitam. Seorang ratu. Dan juga, agar dirinya bisa di puji oleh banyak orang. Demi mendapat hasrat, yang bahkan melebihi akal manusia normal. "
.
.

.
.

Blood of girl [1] - Arc 2
Start!
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari Minggu. Dimana, sekolah SMA Boys planet sedang libur. Di sisi lain, Shanbin tengah berjalan-jalan berjalan di sekitar kota untuk refreshing sejenak, dari rasa bosannya di rumah sembari berjalan menuju kedai kafe milik ibunya.

Memandang gedung kota yang menjulang tinggi, lalu memfokuskan pandangannya kearah langit yang saat ini sedang cerah dengan awan putihnya.

Di temani oleh anjing peliharaan nya yang bernama, Chase, sejenis anjing tipe Husky yang selalu menemaninya di rumah sebagai teman bermain Shanbin, dan juga sebagai anjing penjaga di rumah.

Benar. Shanbin suka dengan hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing. Karena, dia termasuk orang yang mencintai dan menyayangi hewan. Sedari dulu, ibunya mengajari untuk tidak boleh menyiksa dan berlaku kasar terhadap makhluk hidup. Karena, jika kita menyakiti dan menyiksanya, sama saja kita menghina dengan yang Tuhan ciptakan.

"Hmm, kota ramai seperti biasa walau masih jam 7. Aku harus segera ke kafe ibu untuk membantu nya menata ," Ucap Shanbin, dengan melihat jam tangan di lengan kirinya dan sedikit mempercepat langkah kakinya.

...

Sewaktu ia hendak masuk ke kedai kafe bersama anjingnya, secara tak sengaja Shanbin mendengar pembicaraan dari 2 pemuda yang ia kenali tengah duduk di depan tokonya dengan raut wajah serius.

Sepertinya, topik yang mereka bicarakan membuat Shanbin sedikit tertarik untuk mendengarnya. Lebih tepatnya, menguping.

"Kau tahu, gadis itu bahkan sudah kehilangan banyak darah sewaktu di otopsi di rumah sakit!" Salah satu remaja berusia seumuran Shanbin menjelaskan secara detail, tentang peristiwa yang ia dapat semalam.

Sepertinya, orang itu sempat mendengar kabar dari salah satu teman di sekolahnya yang memiliki hubungan spesial dengan korban.

"Tak ada bekas perkelahian seperti luka lebam. Tapi, ada luka seperti gorokan leher yang sepertinya di gunakan untuk mengambil darah nya." Lanjutnya, sembari menjelaskan letak luka yang ia maksud. Ada di bagian pas bawah dagu. "Dan, bau obat bius."

Teman dari pemuda itu pun bergidik ngeri, "Astaga, lu kok ga takut kayak gitu, sih? Gw merinding." Ucapnya, dengan kedua tangan di lehernya itu.

Seakan-akan, merasakan bagaimana rasa sakitnya ketika nafas mu tersengal-sengal akibat lehermu serasa hampir di putus.

"Gw juga merinding, asal lu tahu. Ga lihat mata gw yang hitam nih?" Tampak sekali, jika pemuda itu terlihat lelah dengan mata merahnya yang membuatnya beberapa kali menguap. "Mana itu beritanya deketan sama apartemen gw lagi. Double trouble,"

Sementara, kedua pemuda itu masih mengoceh, Shanbin sudah masuk lebih dulu karena ibunya sempat memanggilnya disana untuk meminta bantuannya membawa pesanan dari pemuda-pemuda yang ia temui sebelumnya di luar.

"Hanbin, tolong antarkan di meja pesanan nomor 12, ya?" Ibunya membawakan Shanbin sebuah nampan berisi dua cangkir cappucino, dengan beberapa makaron dan biskuit di atas piring.

Shanbin mengangguk setelah membawa anjing peliharaan nya di ruang bermainnya, lalu berjalan menuju pintu keluar. Setelah sampai, ia meletakkan pesanan tersebut di meja dengan sangat hati-hati. Terlebih, 2 cangkir kopi tadi yang rasanya masih panas sewaktu ia pegang.

The Detective Of Boys Planet | Boys PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang