[10] | Blood of girl [IV]

217 40 1
                                    

Jujur saja, Gunwook rasanya ingin mengumpat karena keadaan mendesak kali ini. Namun, sayang sekali dirinya tak tahu cara untuk mengumpatkan kata-kata kasar seperti yang lain. Jadi, selama di dalam lift, Gunwook hanya bisa menggigit jarinya dan terlihat juga pupil matanya yang bergetar akibat panik, dan khawatir dengan bagaimana keadaan Keita bersama perempuan aneh itu di ruangan sana.

Sementara itu, Junhyeon mencoba menahan tubuh Matthew yang semakin lama melemas dan hampir saja kehilangan kesadaran nya. "Hyung, tahan sebentar rasa sakitnya, ya? Aku mohon," Ucapan Junhyeon, membuat Matthew tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

Pintu lift terbuka, dan mereka bertiga pun bergegas keluar menghampiri anak-anak yang lain sedang berada di kursi tunggu. Shanbin yang melihat pertama kali pun membelalakkan matanya, dan berlari menghampiri mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa Matthew bisa terluka seperti ini?!" Tanya Shanbin, menatap Matthew yang tak lama pingsan akibat darah yang keluar semakin banyak.

Lalu, Jiiwong yang di perintahkan oleh Shanbin pun mulai menghubungi petugas rumah sakit, dan membawa Matthew ke ruang UGD untuk perawatan darurat bersamanya.

Gunwook pun membuka suaranya, "K-keita-hyung, d-dia masih ada di sana! Tolong bantu dia.. Aku- Aku tidak bisa membantunya..." Jay yang melihatnya pun membantunya duduk, dan menenangkan diri lebih dulu.

Seunghwan dan Shanbin saling menatap dan mengangguk, "Jongwoo, dan Zhang hao akan ikut dengan kami. Jay, Junhyeon, Phanbin, tetap disini dan tenangkan Gunwook. Sepertinya, dia masih shock," semuanya mengangguk, setelah mendapat perintah dari Shanbin kembali. Berlari menggunakan tangga darurat menuju ke lantai atas, karena lift menuju kesana sedang di pakai oleh orang lain.

Sesampainya di depan ruangan, Seunghwan mencoba untuk mendobrak pintu tersebut. Namun, gagal meski di coba beberapa kali. "Terkunci dari dalam. Sialan," umpatnya, mengintip keadaan dalam ruangan lewat kaca kecil di pintu.

Terlihat Keita yang masih berusaha menghindar dari serangan perempuan itu, bersamaan dengan beberapa luka goresan berdarah di kedua tangannya.

Awalnya, Jongwoo ingin mencoba untuk memecahkan jendelanya atau merusak pintunya dengan cara yang terdengar brutal. Namun, Zhang Hao menghentikan nya, "Jangan aneh-aneh. Mereka berdua bisa terluka, bodoh." Lalu, mengambil sebuah jepitan hitam yang ia kenakan di rambutnya, dan mengakalinya dengan memasukkannya ke lubang kunci.

Setelah beberapa menit, pintu terbuka dan mereka pun bisa masuk ke dalam. Gadis itu menoleh dengan tatapan tajam, dan hendak melayangkan salah satu pisaunya. Namun, gerakan Jongwoo lebih cepat dan kemudian menahan tubuh gadis.

"Lepaskan! Kamu siapa berani-beraninya datang di tengah-tengah kesenangan ku?!" Lalu, gadis itu meringis ketika tangannya mulai di cengkram kuat oleh Jongwoo, "Lu kalau ga diam, bakalan gw bunuh di tempat. Mau? Atau, gw siksa dulu kayak korban-korban lu itu, hmm?" Ancamnya, tersenyum lebar dan meletakkan pisau kecil di depan leher sang gadis, dan sukses membuatnya terdiam sejenak

Lalu, Seunghwan mengangkat tubuh Keita di gendongan punggung, dan membawanya keluar dari ruangan untuk membawanya untuk di obati. Sementara, Shanbin mencoba menginvestigasi pelaku dan Zhang Hao mencari bukti yang ada di tkp. Sehingga, nantinya mereka bisa melaporkan pelaku pada polisi.

"Sebelumnya, saya mau tanya terhadap kamu. Kenapa kamu membunuh orang-orang tak bersalah seperti mereka? Bukannya, mereka tidak ada hubungannya denganmu apalagi temanmu?" Shanbin mengerutkan alisnya, ketika gadis itu tertawa kencang sampai gendang telinganya sedikit terasa pengang.

"Untuk apa diri seperti kalian tahu, hah? Aku tak jamin, jika kalian dapat mengetahui rencana kami," Ujarnya, tatapan remeh terbentuk pada raut wajahnya yang cantik.

Seketika, Shanbin mulai menunjukkan raut datarnya dengan kedua tangannya yang ia lipat, "Oh? Kamu meremehkan kami?" Lalu, berjalan dan berhenti tepat di depan gadis itu, "Aku tebak, jika kalian sedang melakukan ritual pemujaan terhadap iblis, kan? Menandai tiap korban dengan tato berlambangkan mawar hitam, sebelum kalian membunuhnya. Karena, rencana kalian itu adalah mengambil darah tiap gadis yang masih berumur muda. Kau menggunakannya untuk dirimu, atau mungkin saja sekomplotan mu yang gila itu agar tetap awet muda di umurmu yang bahkan sudah tak di katakan muda lagi. Begitukah, nyonya?" Gadis yang di kata nyonya pun mulai menunjukkan urat lehernya, dengan tatapan nya yang semakin tajam.

"Hei! Berani-beraninya kau mengataiku nyo-" Ucapannya terpotong, ketika Shanbin mengambil pisau terakhir di tangan gadis itu. "Apa? Bukankah itu adalah fakta adanya? Kau terinspirasi dari cerita Elizabeth Bathory, kan? Obsesi mu yang gila karena sejarah di zaman kerajaan Inggris yang kelam, membuat jati dirimu sendiri hilang dan termakan oleh ketamakan beserta rasa dengki mu terhadap orang lain." Di saat gadis itu memberontak kasar dan hendak menendang Shanbin dengan kakinya, Jongwoo sudah lebih dulu menusuk tangan gadis itu dengan pisaunya dan memukul lehernya agar dirinya pingsan.

Terlihat kejam, tapi itu belum seberapa bagi Jongwoo. "Yah, gw mau bunuh dia. Tapi, ada kalian disini. Kapan-kapan aja bunuhnya," Lalu, mengangkat gadis itu layaknya karung beras dan keluar ruangan layaknya tak terjadi apa-apa.

Sementara, Shanbin sedikit merinding dengan tingkahnya yang membuat bulu kuduk merinding. Tapi, baginya tak ada yang bisa membuatnya takut, kecuali kemarahan Zhang Hao.

---------------

Setelah kejadian tersebut, gadis tadi sudah di bawa oleh kepolisian dan di investigasi lebih dalam, beserta di berikan hukuman yang pantas setelah perbuatan yang ia lakukan terhadap gadis-gadis yang telah dirinya bunuh.

Diketahui, pelaku memiliki nama lengkap Yoon Harim. Berumur sekitar 30 tahunan, dan tinggal sendiri karena suaminya telah meninggalkannya sekitar 4 tahun lalu, akibat kecelakaan mobil. Dia telah terdakwa sebagai pelaku pembunuhan, yang melibatkan banyak orang di sebuah organisasi yang belum di ketahui namanya. Karena, Harim telah menutup mulutnya rapat-rapat dan memilih untuk hukuman mati daripada mengungkapkan sebuah informasi yang dirinya sembunyikan sejak lama.

Di waktu pemakamannya, Shanbin dan beberapa anggota lainnya juga turut hadir sebagai bentuk bela sungkawa terhadapnya. Meskipun, dirinya adalah seorang pelaku kejahatan, namun sisi kemanusiaan juga harus tetap ada dalam diri manusia sebagai perwujudan dalam kesetaraan dan keadilan semua pihak. Karena, sejatinya manusia itu tidak ada yang salah. Hanya saja, lingkungan dan juga pengaruh luar yang membuat mereka seperti itu.

Setelah meletakkan sebuket bunga berwarna hitam-putih, Shanbin dan Seunghwan pun membungkuk di ikuti anggota yang lainnya. Menatap batu bertuliskan nama 'Yoon Harim', lalu membisikkan sesuatu yang hanya bisa ia dengar.

"Semoga di kehidupanmu kali ini, Tuhan tetap bisa memaafkan perbuatanmu yang keji dan tidak berperikemanusiaan itu. Aku mengerti, jika kau mungkin saja memliki sesuatu yang tak bisa kau ungkapkan pada orang lain. Jadi, aku harap, kau tetap bisa bahagia di sana." Dan, kemudian pergi meninggalkan makam milik sang pelaku untuk menyusul teman-temannya yang sudah pergi lebih dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.

.
.

.
.

---------

Chapter : Blood Of Girl= Done

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter : Blood Of Girl
= Done.
Alur kali ini rada cepat. Karena, auth sudah mulai pusing dan mau ganti chapter.

The Detective Of Boys Planet | Boys PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang