[9] | Blood of girl (III)

270 48 9
                                    

Sepulang sekolah, Shanbin dan yang lainnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit terkenal di kota Seoul dengan kendaraan pribadi milik Jay.

Berterima kasihlah padanya, karena suka rela meminjamkan mobilnya untuk pergi kesana. Untunglah, ukuran mobilnya cukup besar dan dapat menampung seluruh anggota Or1on di dalamnya.

"Jadi, kita mau cari bukti apa aja disana, Bin?" Pada awalnya, Keita ingin memanggil Shanbin. Namun, yang menoleh malah keduanya.

"Ah, maksudku yang Sung Hanbin. Maaf, Park Hanbin.. Hehe," ucapnya lagi, dengan menggaruk tengkuk leher nya yang tak gatal.

"Lain kali, kau bedakan panggilan ku dengan Shanbin." Setelahnya, Phanbin duduk di kursi nya kembali dengan raut wajah kesal.

Jongwoo merotasikan bola matanya, "Lain kali, kalau ngambek jangan di sebelah gw. Nyebelin tahu, ga? Rasanya, pengen gw pukul,"

"Ish, lu juga nyebelin ya, Hyung. Mana kayak psikop-" Ucapan PHanbin terhenti, ketika Jongwoo mengeluarkan silet dari dalam saku celananya.

"Lu ngomong sekali lagi, mulut lu gw robek pake silet yang gw bawa," Ancamnya, dan membuat lawan bicara di sebelahnya meneguk ludahnya takut.

"Oke, ampun." Ucap PHanbin singkat, lalu menggeleng dari ancaman Jongwoo.

"Jongwoo-hyung ngeri banget bawa senjata. Kita kan bukan mau bunuh-bunuhan," Bisik Junhyeon, selaku pemuda yang duduk di sebelah PHanbin.

"Siapa tahu punya jiwa psikopat tanpa sadar," Balas Keita, tak kalah pelan.

Sementara, penumpang yang berada di barisan tengah baru saja terdiam, lain hal nya di barisan belakang yang di antaranya sedang tidur. Siapa lagi kalau bukan Hao, Jiiwong, dan Gunwook. Mungkin saja, mereka masih lelah akibat jam pelajaran terakhir, yaitu matematika yang membuat mereka mengantuk.

Sementara, barisan depan yaitu Seunghwan, Shanbin, beserta Matthew tengah berfikir rencana yang akan di jalankan nantinya, dengan Jay sebagai yang mengemudikan mobil.

"Di barisan tengah, rusuh. Yang belakang, tenang banget kayak ga ada kehidupan," Ujar Jay, melihat keadaan bangku mobil dari kaca spion di atas kursi kemudi.

"Sementara, yang barisan depan lagi pada mikir," Matthew berucap, sembari meneguk jus apel yang ia bawa sebelumnya.

Seunghwan melihat catatan dari hasil evaluasi sebelumnya di ruangan klub, ia mencoba untuk memahami arti dari bunga mawar hitam yang menjadi salah satu bukti dari korban, dan bisa menghubungkannya pada si pelaku kejahatan.

Ia menemukan nya secara tak sengaja, ketika melihat foto dari salah satu korban yang masuk ke dalam koran harian, dan tak sengaja memperlihatkan sebuah cap di leher bagian kanannya yang dekat dengan bekas gorokan disana.

"Bin. Dalam psikologi warna, hitam artinya buruk atau kesialan, kan?" Shanbin yang ditanyai oleh Seunghwan pun mengangguk pelan, "Berarti, memang korban sudah di targetkan untuk mati."

Matthew mengerutkan dahinya, "Kok bisa?" Tanyanya. Seunghwan menjelaskan kembali, "Korban kita adalah gadis perempuan muda. Terlebih, wajah yang kita lihat dari mereka itu semuanya punya kecantikan nya tersendiri. Masih ingat tentang penjelasan Jiiwong? Kalau, ratu Elizabeth membunuh gadis perempuan muda dan di ambil darahnya untuk mempertahankan kecantikannya, yang terbilang abadi. Jadi, setiap orang yang di bunuh, mereka akan di beri tanda 'mawar hitam' sebagai tanda bahwa korban sudah di targetkan, dan di jadikan persembahan juga."

Sedikit di luar pemikiran manusia pada umumnya. Matthew sendiri hampir saja tidak percaya, karena Social function nya yang lebih mempercayai fakta nyata daripada teori liar. Namun, lain hal nya dengan Shanbin yang memang sedari awal merasakan ada kejanggalan, dan percaya dengan intuisi liarnya.

The Detective Of Boys Planet | Boys PlanetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang