Bagian 1

13K 966 30
                                    

AWAL

---

"Kau tidak pergi ke kantin?"

Kim Sunoo bertanya pada Yang Jungwon, sahabatnya, yang tengah sibuk mencuri pandang pada empat lelaki yang kini duduk di bangku pojok paling belakang.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, membuat seluruh siswa berangsur pergi meninggalkan kelas menuju kantin sekolah. Kelas pun kini nampak sepi, hanya ada beberapa siswa di dalam kelas termasuk Sunoo dan kedua sahabatnya.

Jungwon tersenyum malu kemudian menoleh sekilas pada empat lelaki yang kini tengah menatap tajam ke arah mereka. "Hehe, ayok ke kantin!" ajak Jungwon sambil berlalu cepat keluar kelas. Hal itu tentu membuat Jungha memutar bola matanya malas lalu melangkahkan kakinya sejajar dengan Ni-ki.

Di ambang pintu, Sunoi menoleh sekilas pada empat orang lelaki yang masih menatap kearahnya. Di sana ada Park Sunghoon, Jay Park, Lee Heeseung, dan Jake Sim. Empat orang yang banyak digilai kaum wanita seantero sekolah. Bahkan banyak yang menjuluki mereka F4-nya SMA Belift. Ya, setenar itu mereka. Namun, malah aneh menurut Sunoo.

Iya, mereka semua aneh. Beberapa kali Sunoo memperhatikan kalau tubuh mereka akan langsung pucat jika terkena sinar matahari. Ah, Sunoo juga tidak pernah mendapati mereka menginjakkan kakinya di kantin. Padahal kantin termasuk surganya sekolah. Selain itu, mereka juga jarang berbaur dengan siswa lain, paling berbicara jika ada yang penting saja.

Apalagi dia, Park Sunghoon. Lelaki yang memiliki mata tajam bak elang namun mampu memikat siapa pun lewat tatapan mata itu. Dari keempat lelaki di sana, dialah yang memiliki penggemar paling banyak namun juga paling aneh menurut Sunoo.

Entahlah, dia seperti orang bisu.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Ni-Ki saat mereka sudah sampai di kantin.

Refleks Sunoo mengernyit. Dia terlalu asik dengan pikirannya sampai tak sadar jika mereka sudah sampai di kantin.

"Aku kimbab," jawab Jungwon cepat.

Ni-ki langsung beralih menatap Sunoo. "Kau?"

"Samakan saja," balas Sunoo yang langsung membuat Ni-ki mengangguk.

"Oke, makanannya kimbab, minumnya es jeruk saja, ya?" Ni-ki meminta persetujuan teman-temannya. Setelah kedua temannya mengangguk, Ni-ki langsung berjalan menuju ruko yang menjual kimbab sementara Sunoo dan Jungwon pergi mencari tempat duduk.

Membutuhkan waktu lima menit untuk mendapatkan pesanan tersebut. Mulai makan, ketiganya kini terdiam karena sibuk menyantap kimbab sampai akhirnya sebuah suara yang familiar menginterupsi mereka.

"Waduh, enak, tuh." Lelaki yang terkenal usil baru saja duduk tepat di hadapan Sunoo. Dia Hamada Asahi, lelaki dengan sejuta kebobrokannya apalagi jika disatukan dengan Park Jeongwoo yang sama gesreknya.

Sunoo berdecih malas lalu menoleh ke sisi kanan dan mendapati Haruto tengah meminum es jeruk miliknya. Sunoo refleks membelalakkan mata. Tangannya yang bebas langsung menepuk lengan Haruto dengan kasar.

"Haruto! Itu milikku."

"Aku hanya minta sedikit, Sunoo. Jangan terlalu pelit jadi orang," komentar Watanabe Haruto.

"Tapi kau tak bilang padaku." Sunoo tak mau kalah.

"Oke, kalau begitu. Sunoo, aku minta esmu!" ucap Haruto sambil meminum kembali es jeruk Sunoo.

"Dasar!"

Park Jeongwoo, lelaki yang sedari tadi memperhatikan teman-temannya lantas tertawa lalu menoleh ke arah Hamada Asahi yang tengah mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ponsel berwarna hitam legam dengan apel yang sudah tergigit di ujungnya.

Jeongwoo mengernyit. "Tumben kau diam saja. Biasanya kau yang paling heboh."

Asahi hanya berdecih, mengabaikan Jeongwoo yang kini menatapnya bingung. Apa iya Jeongwoo membuat kesalahan sampai Asahi marah seperti ini?

Sementara Sunoo, Jungwon, dan Ni-ki hanya mendengus malas mengetahui gelagat konyol Asahi.

"Idiotnya semakin terlihat si Jeongwoo." Ni-ki menoyor kepala Jeongwoo yang membuat si empunya kepala langsung mengaduh kesakitan. "Sudah berapa lama kau berteman dengan Asahi?"

Jeongwoo kesal. Dia lalu balas menoyor kepala Ni-ki keras. Sedetik kemudian dia menjauh saat Ni-ki sudah mengambil ancang-ancang untuk membalasnya. "Jangan dibalas! Aku tak sudi anakku miripmu."

"Tuan Park Jeongwoo yang terhormat, apa kau tak sadar temanmu tengah pamer ponsel baru?" Setelah mengucapkan hal itu, Jaehyuk kembali meminum es jeruknya.

Asahi menoleh ke arah Jaehyuk sambil tersenyum. "Emang kau saja sahabatku yang paling peka. Tidak seperti para cecunguk ini." Asahi menunjuk teman-temannya menggunakan dagunya yang lancip.

"Eh, hanya sahabat?" ledek Jungwon yang sukses membuat Jaehyuk berdecak kesal.

Iyalah, semua di antara mereka tahu bahwa Jaehyuk menyimpan perasaan lebih pada Asahi. Bahkan teman-temannya yang lain kerap kali membantu Jaehyuk memberikan kode pada Asahi. Namun, memang otak Asahi sudah kelewat miring, makanya kode dari teman-temannya tak kunjung ia mengerti.

Huh, poor Jaehyuk.

"Denger, bro. Sahabat aja, tak lebih." Haruto ikut meledek.

"Hei, ada apa dengan kalian?" Asahi menatap teman-temannya bingung.

"Demi alek, aku tahu kau bodoh. Tapi kau jangan terlalu sering menunjukannya. Emosi rasanya," ucap Jeongwoo sambil mengusap dada.

Asahi berdecak masa bodo, lalu kembali menatap teman-temannya. "Guys! Apa sepulang sekolah kita tak ada rencana untuk kumpul?" tanya Asahi.

"Terserah kalian. Kalau pun ada, Aku, Sunoo, dan Ni-ki tidak bisa ikut karena ada rencana," papar Jungwon.

"Mau apa?" tanya Asahi.

"Urusan kita." Asahi mengangguk mendengar jawaban Jungwon.

"Aku juga tidak bisa. Ada film yang harus ku tonton," sahut Jeongwoo.

Haruto refleks menolehkan pandangannya pada Jeongwoo. "Tumben sekali. Memangnya film apa?"

"Apa, ya. Filmnya sangat seru dan ... sedih. Jadi ceritanya, ada seorang anak yang tidak punya Ibu karena Ibunya sudah mati dibunuh beserta kembarannya yang lain. Dari kecil ia hanya diurus oleh Ayahnya. Ayahnya sayang sekali dengan Anaknya. Tapi suatu hari, Anaknya diculik. Ayahnya sedih dan terus berusaha mencari anaknya dengan dibantu seorang perempuan berkebutuhan khusus," cerita Jeongwoo.

"Aish, sepertinya aku baru dengar. Kasihan sekali Ayahnya. Dia tak punya siapa-siapa lagi selain Anaknya itu," komentar Sunoo.

Jeongwoo mengangguk setuju dengan komentar Sunoo. "Bayangkan saja satu-satunya orang yang dekat dengan kita menghilang. Pasti sedih."

"Terus, bagaimana kelanjutannya?" Asahi memajukan tubuhnya, bersiap untuk mendengar kelanjutan cerita Jeongwoo.

"Ayahnya terus mencari Anaknya. Dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata, Anaknya diculik oleh seorang pembunuh."

"Ih, kasihan ..." ucap Jungwon, "Apa judul filmnya? Aku ingin melihatnya."

Jeongwoo menghela napas panjang. "Kau yakin? Ceritanya sangat sedih."

Jungwon mengangguk.

"Finding Nemo."

Krik, krik ...

"Jeongwoo! Kurang ajar!" kesal Asahi. Bagaimana tidak kesal, mendengar cerita dari Jeongwoo tadi membuat kelopak mata Asahi sudah banjir dengan air mata yang siap meluncur kapan saja. Dan ternyata ... Aish, sungguh ending yang membagongkan.

Ni-ki yang tadi excited mendengar cerita Jeongwoo hanya memandang lelaki itu dengan wajah datar.

"Ayolah, berikan bogeman ke kepala Jeongwoo bareng-bareng!"

***

To be continued

[END] TRAPPED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang