Bagian 3

8.9K 863 0
                                    

IS HE OKAY?

---

“Dia mulai curiga,” bisik Heeseung pada ketiga temannya. Lelaki yang memiliki wajah tampan dengan rahang tegas itu langsung menatap tajam Sunghoon, seakan memberi isyarat lewat tatapan mata itu.

Sunghoon menghela napas panjang sesaat sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Ia mengangkat kedua bahunya lalu mengambil tas hitam dan mengaitkannya ke pundak. Dengan cepat Sunghoon bangkit dan berjalan keluar kelas diikuti Heeseung, Jay, dan Jake. Ah, jika kalian melihat langsung, ketiga orang ini sudah seperti pengawal Sunghoon yang selalu mengawasi lelaki itu.

Sampai di koridor lantai bawah, Sunghoon tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menolehkan pandangannya pada dua orang siswi yang tengah duduk di selasar. Salah seorang dari mereka memegang dengkulnya yang mengeluarkan darah.

Sunghoon mengerjap menatap tajam keduanya. Dan di detik selanjutnya, lelaki itu menunduk sambil memegang kepalanya yang terasa pening. Heeseung, Jake, dan Jay langsung menghampiri Sunghoon.

“Jalan terus. Jangan diperhatikan!” ucap Jay sambil merangkul Sunghoon.

“Belakang!” perintah Heeseung yang langsung diangguki oleh kedua temannya. Mereka semua berbalik badan untuk menuju halaman belakang sekolah sambil terus melindungi Sunghoon. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba mereka terhenti.

“Em ...  Apa yang terjadi dengan Sunghoon?”

Sunghoon yang merasa namanya dipanggil kembali mengangkat wajahnya guna melihat seorang lelaki manis yang kini menghadang langkahnya. Terlihat lelaki itu mengenyit bingung dan berkata, “Hidungmu ...”

Sunoo, lelaki manis tadi, langsung membuka tasnya dan memberikan sapu tangah berwarna hijau gelap lalu memberikannya ke Sunghoon yang kini hidungnya mengeluarkan cairan merah kecoklatan. “Ini, pakai saja.”

Sunghoon bergeming. Lelaki itu masih terus menatap tajam Sunoo tanpa berniat mengalihkan pandangannya.

“Terima kasih.” Bukan Sunghoon yang mengucapkan itu, melainkan Jake yang baru saja mengambil sapu tangan, lalu menutup hidung Sunghoon yang terus mengeluarkan cairan. “Kami duluan,” pamit Jake kemudian berlalu dari hadapan Sunghoon, diikuti ketiga temannya.

“Sunoo!” panggil Jungwon yang kini tengah berjalan mendekati Sunoo. “Aku menyuruhmu untuk menunggu di depan toilet, tetapi kau malah berada di sini. Dasar!”

Sunoo tersenyum lalu merangkul sahabatnya. “Maafkan aku. Jadi ke rumahmu ‘kan?”

“Jadilah. Yuk!”

⸙⸙⸙

Bodoh.

Iya, Sunoo bodoh karena tidur terlalu nyenyak di rumah Jungwon hingga membuatnya harus pulang larut malam seperti ini. Niat hati Sunoo ingin bermalam barang semalam di rumah Jungwon. Namun, hal itu ia urungkan lantaran besok masih sekolah dan Bibi Yuna yang tidur sendirian di rumah. Tentu saja dia tidak tega melihat satu-satunya orang yang peduli padanya harus ditinggal sendirian.

Malam ini jalanan nampak begitu sepi, hanya sekitar satu atau dua kendaraan yang berlalu-lalang. Bodoh, di jam setengah sebelas seperti ini, kebanyakan orang pasti tengah beristirahat di rumah mempersiapkan diri untuk hari esok.

Angin mulai bertiup kencang. Suara angin yang menyusup lewat pepohonan yang berjejer di pinggir jalan terdengar sangat jelas, membuat Sunoo merinding karenanya. Samar-samar, ia melihat segerombolan lelaki yang tengah berjalan ke arahnya. Suara tawa mereka yang menggema memenuhi jalanan yang sepi. Kala jarak mereka semakin dekat, Sunoo mulai mempercepat langkahnya dan menundukkan kepala.

Sial. Salah satu dari mereka menghadangnya, membuat Sunoo dengan terpaksa menghentikan langkahnya.

“Mau ke mana, Manis?”

Suara serak itu membuat Sunoo muak saat mendengarnya. Dilihatnya lima orang lelaki yang kini mulai mengitari tubuhnya.

“Malam-malam seperti ini tidak takut jalan sendirian?” ucap salah seorang lelaki berambut keriting. Nampak dari wajahnya, lelaki itu bukanlah warga Korea asli.

“Maaf, saya sama sekali tidak ada waktu untuk meladeni kalian.” Sunoo mulai melangkah. Namun, kembali terhenti saat tangan kekar lelaki yang berada di belakangnya menarik tangannya.

“Lepas!” geram Sunoo sambil menyentak kasar tangan nakal lelaki itu.

“Kau ingin pergi kemana mana, sih, buru-buru sekali?” tanya lelaki bermata beler.

“Ayo, kita senang-senang dulu!”

Kurang ajar!

Sunoo geram. Dengan cepat ia mengangkat kakinya dan mulai menendang lelaki yang berdiri di hadapannya, membuat lelaki itu meringis sambil memegang daerah bawahnya. Tak ingin membuang waktu, Sunoo langsung melarikan diri dari sekumpulan lelaki yang mulai mengejarnya.

Sunoo berlari sekuat tenaga. Sesaat, dia menoleh ke belakang dan mendapati kelima lelaki tadi masih mengejarnya dan kini mulai mendekat. Ah, sialan.

Mulai menyebrang. Namun, seketika cahaya di samping Sunoo diikuti suara decitan menginterupsinya untuk menoleh. Refleks langkah Sunoo terhenti. Beruntungnya mobil berwarna hitam legam itu ikut berhenti sebelum menabrak Sunoo.

Sunoo memegang jantungnya yang berdetak kencang lalu menoleh ke belakang.

“Sial.” Sunoo merutuk kala jaraknya dengan lima lelaki tadi semakin mendekat. Kembali berlari. Namun, langkah Sunoo seketika terhenti saat salah seorang dari mereka memegang tangannnya kuat.

“Sudah puas larinya?” katanya.

Sunoo berteriak kencang saat merasakan kakinya tak lagi menyentuh tanah. Sekarang, tubuhnya sudah digotong kelima lelaki itu. Ia terus meronta sekuat tenaga. Namun, nihil. Tenaganya tidak ada apa-apa dibandingkan dengan lima lelaki itu. Mulai kehabisan akal, yang dilakukan Sunoo hanya menjerit. Berharap ada orang yang mendengarnya dan tergerak untuk menolong.

“Diam, manis!” ucap lelaki berlesung pipi sambil membungkam mulut Sunoo menggunakan tangan besarnya.

Brak.

Salah satu dari mereka terhempas begitu saja hingga menciptakan suara yang lumayan keras. Semua lelaki tadi menoleh termasuk Sunoo dan mendapati empat orang lelaki lain yang kini tengah berdiri sambil memperlihatkan tatapan tajam mereka. Sunoo terus menatap keempatnya dengan tatapan berharap. Dia mengenal para lelaki itu. Ya, mereka adalah Sunghoon, Heeseung, Jay, dan Jake.

Empat lelaki yang tadi sempat ingin menculik Sunoo saling berpandangan. Sedetik kemudian, mereka menjatuhkan tubuh Sunoo ke aspal jalan tanpa hati-hati, membuat si manis meringis kesakitan.

“Apa yang kalian inginkan, huh?” tanya lelaki berambut keriting.

“Harusnya kami yang bertanya
Mau apa kalian terhadap teman kami?” Nada suara Jake terdengar nyolot.

“Kalian sepolos itu, em?”

“Brengsek!”

Suara dingin Sunghoon membuat lelaki kerinting tadi langsung menoleh ke arahnya. Lelaki itu menampilkan senyum miringnya sambil berjalan mendekati Sunghoon, kemudian memegang kerah baju lelaki itu kasar. Tanpa banyak bicara, lelaki itu langsung melayangkan tinjunya hingga mengenai pipi mulus Sunghoon. Namun, hal itu sama sekali tak membuat seorang Sunghoon goyah atau merasa sakit sedikitpun.

Bugh.

Lagi, lelaki itu memberi bogeman mentahnya pada Sunghoon. Namun, Sunghoon tak bereaksi sedikit pun. Dia tetap diam sambil menampilkan senyum miringnya yang ... err, menyeramkan.

Bugh.

Ini ketiga kalinya lelaki itu meninju Sunghoon. “Brengsek!” kesalnya.

Oke, sudah cukup untuk bermain-main.

Sunghoon lantas mengarahkan tinjunya ke wajah songong lelaki itu hingga membuatnya terhuyung ke belakang.

“Sialan!” Lelaki keriting itu memegang sudut bibirnya yang terasa kebas. Ia membuang salivanya, lalu terkekeh saat melihat noda darah. “Setan.”

Ketiga teman lelaki keriting langsung maju dan menatap mata tajam lawan di hadapannya. Entah apa yang terjadi, kelima lelaki itu langsung berlari tergopoh-gopoh sampai tak menghiraukan mangsanya.

“Kau tidak apa?” tanya Jake sambil memeriksa kondisi Sunoo. Sunoo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, kemudian menatap lelaki yang kini sudah berbalik badan menjauhinya. Lelaki yang tadi sempat menerima beberapa pukulan dari lelaki brengsek yang hampir memperkosanya.

“Bagaimana Sunghoon, apa dia baik-baik saja?”

***

To be continue

[END] TRAPPED BY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang