Kekangan di zaman sekarang hanya akan berdampak buruk untuk pribadi seseorang~Zania Nura Aftina~
✓✓✓
03.30
Masih terlalu pagi untuk jalan jalan di luar rumah. Di bangku taman, Afti duduk dengan pandangan lurus kedepan. Bibirnya komat kamit melafalkan lembaran pertama juz 29 yang akan ia setorkan hari ini.
Sungguh khatam satu juz dalam 2 Minggu? Apa dia bisa?
Afti mengacak hijabnya frustasi begitu ia lupa ayat yang di hafal. "Sebel sebel sebelll......." Teriak Afti dalam tenang. "Gus aneh. Dikira gue punya otak flashdisk yang bisa menampung semuanya dengan mudah apa?"
Bibirnya mencebik dengan mata berkaca kaca siap menangis. Jika ia stress dengan setorannya kepada gus Zayyan, ini yang akan ia lakukan.
Apalagi kalau bukan menangis di pinggir jalan pagi pagi ketika langit masih sangat gelap. Dimana orang orang masih enak tertidur dan tidak ada hasrat untuk keluar rumah.
Kakinya ia angkat di bangku taman untuk memeluknya. Menenggelamkan wajahnya di tengah tengah lutut yang tertekuk.
Menangis sesenggukan, sendirian, dengan angin dingin menyapa.
Afti mengusap air matanya kasar. Menurunkan kakinya dan kembali membaca ayat Al Qur'an dari aplikasi Al Qur'an Indonesia di handphone nya.
"Hiks...bunda Reva rindu...mereka jahat." Afti menghentikan bacaannya begitu mendengar suara lain.
Matanya bergerak ke kanan dan kiri mencari asal suaranya. "Nggak mungkin kan taman jadi angker?" ujarnya bergidik ngeri.
Setelah beberapa menit mencari, akhirnya ia menemukan seorang gadis bertubuh kecil yang tengah menangis di ayunan taman.
"Gue harap bukan setan mati dengan nggak tenang. Kan nggak lucu kalau dia minta tolong ke gue buat bales dendam." monolognya dan berusaha memastikan bahwa yang dilihatnya bukanlah hantu.
Setelah yakin kaki gadis itu menyentuh tanah dan pakaian yang di gunakan bukanlah pakaian lusuh seperti hantu yang ia lihat di film film.
Ia menghampiri gadis imut itu. "Hai."
Gadis itu mendongak dan langsung menghapus air matanya. "Ha-hai." balas nya dengan sedikit sesenggukan.
"Kamu kenapa menangis?" tanya Afti duduk di ayunan sebelahnya.
Ia hanya menggeleng dan menundukkan kepalanya. "K-kakak kenapa ada di luar jam segini?"
"Harusnya aku yang tanya kamu, kenapa jam segini di luar? Kalau aku sih udah biasa, buat memantapkan hati sebelum berurusan sama gus galak itu." jawab Afti dengan nada kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH untuk AFTINA
VampiroZania Nura Aftina. Gadis hobi halu merangkai masa depan seperti cerita cerita fiksi yang ia baca di aplikasi baca novel gratis. Ia yang di pertemukan dengan teman teman satu frekuensi, sudah sering ia dan sahabat nya merangkai cerita masa depan yang...