20. selesai masanya

168 10 16
                                    

✓✓✓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✓✓✓

Azan magrib berkumandang sedangkan Afti masih duduk santai di sofa yang ada di dalam kamar. Pandangannya terus tertuju kepada pintu kamar mandi yang terdapat Zayyan di dalamnya.

"Kamu mau mandi?" tanya Zayyan keluar kamar mandi dengan tangan kanan menyugar rambutnya yang basah karena wudhu.

Afri mengangguk, ia berdiri mengambil handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Zayyan menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Seperti ada yang kurang, tapi apa? Entahlah, ia memilih segera bersiap ke masjid.

...

"Assalamualaikum warahmatullah," hal pertama yang mengambil atensinya adalah sajadah dan mukena putih di atas kasur.

"Loh mas udah pulang?" Afti yang Baru saja keluar kamar mandi langsung menghampiri Zayyan. "Kok udah pulang?"

"Nggak boleh?" Zayyan hendak mencium kening Afti. Tapi dengan cepat Afti menghindari.

"Boleh, tapi kan biasanya radak telat." jawab Afti, ia membentang sajadah dan mulai memakai mukena.

"Abi minta aku cepet pulang,"

"Kenapa?" Zayyan menggelengkan kepalanya tidak tahu. "Yaudah cepetan shalat."

Afri memulai kewajibannya. Zayyan duduk di kursi dan memperhatikan sang istri shalat dari sisi belakang.

"Kenapa? Kok senyum?" tanya Afti begitu melihat sang suami menatapnya dengan senyum.

Zayyan menggeleng. "Ayo," ajak Zayyan.

Keduanya keluar kamar dan menghampiri Hilya dan Zayd yang sudah duduk di meja makan.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumussalam,"

"Umi Dira ke asrama," pamit Dira yang baru saja datang.

"Sekarang? Nggak makan dulu?"

"Dira makan di asrama aja sama temen temen Abi." Dira mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Setelah itu menghampiri Zayyan dan Afti.

"Mbak boleh?" tanya Dira menatap Afti. Afti memasang wajah bingung.

"Aku pamit ke abang," Afti mengangguk paham. Apa haknya untuk melarang?

Melihat kakak iparnya mengangguk, Dira langsung mencium pipi Zayyan. "Makan, jangan nggak makan."

"Ya Allah aku selalu makan ya," jawab Dira tidak terima.

"Mang yak? Terus siapa yang selalu ngeluh perutnya sakit ke abang?"

Dira langsung menunjukkan deretan gigi depannya. "Hehehe, nggak tau siapa." Zayyan menatap adiknya dengan wajah datar.

KISAH untuk AFTINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang