Anthima bagian 1

3 0 0
                                    

Masa lalu terus menghantuiku sampai aku lupa bagaimana caranya bermimpi. Sampai cahaya ilahi mulai datang mengikutiku, diriku masih terjebak namun juga terbebas.

Kota terbakar, asap membumbung tinggi, api menjalar bagaikan air mengalir, teriakan terdengar dimana-mana, anak-anak kehilangan orang tuanya, para prajurit tergeletak berlumuran darah, para wanita dibawa paksa, dan yang tersisa dibantai habis. Ya, tidak salah lagi, inilah masa kegelapan, dimana penjarahan, perbudakan, pembunuhan menular dengan cepat bagaikan penyakit.

"Aron! Aronn!!!"

"Lari!... Aron! Jawablah payah!"

Laki-laki dengan tanduk iblis hitam itu hanya terdiam, melihat pemandangan yang mengerikan ini. Tangannya yang berlumuran darah hanya bisa terdiam, tak bergerak sedikit pun. 

"Aron! Bawa anakku! Larilah!"

Wanita itu berjalan sempoyongan dengan kepala berlumuran darah sambil membawa bayi di pelukannya. Lelaki yang dipanggil Aron itu seketika tersadar, berlari menghampiri wanita sekarat itu. Dia sempat memeluknya, mencoba membawanya, tapi wanita itu meronta menolak.

"Bawalah, bawalah anakku. Jaga dia."

"Bianca..."

Perlahan tangan Aron mengelus pipi wanita itu, matanya seketika bergerak cepat, mengambil bayi dari tangan Bianca menuju ke pelukannya. Pedang besar tepat menyayat tubuh Bianca menjadi dua, dari balik tubuh yang terbelah itu, muncul sosok yang begitu mengerikan. Napasnya menghembus kuat, lidahnya berdansa haus akan darah, tangannya masih belum cukup bermandikan mayat, mata merahnya berbinar tepat mengarah ke Aron.

"Aron! Aron!"

"Hoi!Jawab aku... sialan!(Bianca, tunggulah aku)," berdiri di atas gunung sambil menatap kota yang terbakar.

"Huakkk!"

Aron terpental jatuh, mulutnya memuntahkan darah. Iblis beringas itu berjalan pelan sambil tertawa terbahak-bahak. 

"Dimana dia? Jawab aku lemah!"

Tangan iblis itu tepat menggenggam kepala Aron, mengangkatnya ke atas tepat di depan matanya. Aron hanya bisa meringis kesakitan tak berdaya, tangannya memegang erat bayi yang di amanahkan untuknya. Mata iblis itu berputar sekali, berhenti tepat menatap bayi itu, mulutnya mengeluarkan air liur kehausan, siap untuk menyantap. Aron yang tahu niat jahatnya, segera menendang iblis itu tepat di matanya.

"Cepat, tapi tidak begitu cepat," Memegang kaki Aron.

Tangannya memegang kaki Aron, tangan satunya melepaskan kepalanya membuat tubuh Aron terbalik mengarah ke tanah. Tangannya mengangkat tubuh Aron ke atas kepala, siap membantingnya berulang-ulang.

Duar! Duar! Duar!

"Hoo, masih hidup."

Kepala Aron kembali dipegangnya, mengangkat tubuhnya tepat ke atas langit. Kepalanya menengadah tepat ke atas, mengarah ke punggung Aron.

"Ada kata terakhir?"

"Hiduplah!" Teriak Aron.

Aron tepat melempar bayi itu ke atas langit, tersulut amarah karena merasa di remehkan. Dia menarik tangannya lebar-lebar, Aron sempat menjerit kesakitan, namun kesakitan itu kian menghilang bersamaan dengan tubuhnya yang terkoyak menjadi dua. Lidahnya berdansa-dansa di bawah derasnya guyuran darah dan daging, matanya tepat menuju ke arah bayi yang jatuh mengarah ke mulutnya.

Crash!

Kilatan cahaya putih tepat menyelamatkan bayi itu, bersamaan dengan kilatan cahaya, kepala iblis itu melesat ke bawah tanah, jatuh. Sesosok laki-laki dewasa berarmor lengkap berwarna putih cerah dan sayap bagaikan malaikat terhenti di tanah sambil memeluk bayi yang dia selamatkan.

Lowermost RevoltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang