Anthima bagian 2

1 0 0
                                    

Janji sudah ku-ikrarkan, berkelana dengan kekuatan terkutuk ini aku membawa nama keluargaku. Adikku, semoga kau mampu memimpin di sana.

"Amon, kenapa kau tidak datang?"

Tatap malaikat itu sambil menggendong bayi di genggamannya. Seorang laki-laki yang memakai jubah hitam menutupi kepala sampai lutut itu berbalik, memperlihatkan sosok hitam bertanduk merah.

"Apakah adikku sudah mati?" Tanya laki-laki itu datar.

"Ya... Kenapa kau tidak menyelamatkannya?!" Ucap Asriel mulai terbawa suasana.

"Bukankah aku sudah dilupakan. Atau kau mau menyalahkan orang yang tidak terikat apapun dan menjatuhinya hukuman atas kesalahan yang tidak dia perbuat?" 

Asriel hanya bisa menggigit lidah, dengan wajah sedih dia menatap ke arah belakang, seakan melihat sosok mereka berdua yang bahagia ada di sini. Amon seketika menampakkan mata merah menyalanya, dia tersenyum sembari meihat bayi itu.

"Anak ini, mempunyai kutukan," Amon mengerutkan dahinya.

"Ya... tapi aku sudah berjanji pada Bianca, aku akan menjadi pelindungnya."

Amon seketika menyerang Asriel. Asriel yang terkejut hanya bisa mematung, tangan Amon dengan kuku lamcip setajam belati menembus sampai ke belakang kepala Asriel.

"Ck, iblis sialan."

"Apa?! Ramiel sudah mengejar kita," Asriel lamgsung berlari menuju ke belakang Amon.

Tangan Amon menembus tengkorak iblis rendahan itu, tubuhnya langsung terdiam tak memberontak. Asriel yang tepat di belakang Amon mengeluarkan mata biru kristalnya.

"Mereka datang, Amon!" Menggertakkan gigi.

"Cih, lakukan rencananya."

"Apakah kau yakin? Aku tak bisa kehilangan teman la..."

Belum juga Asriel menyelesaikan perkataannya, Amon langsung menatapnya tajam penuh amarah.

"Lakukan!"

Asriel yang tak bisa melawan hanya bisa mengangguk, setelah beberapa detik persiapan, Ramiel pun datang dengan algojo besarnya. Amon tanpa basa-basi langsung melakukan penyambutan.

Iblis itu dengan sigap menangkis cakaran Amon, tapi pedang itu malah terbelah menjadi dua. Tak ambil diam, Amon langsung melaju, sempat tangan iblis itu memegang kaki kanannya, tapi responnya tak begitu cepat. Cakarnya sudah sampai mengiris tenggorokannya. Tubuhnya langsung berdiri lemas, melepaskan kaki Amon. Melompat jauh ke belakang, Amon tersenyum.

"Haha, inikah kekuatan raja iblis keempat, Mammon?"

Walau kepalanya hampir lepas, Mammon dengan cepat meregenerasi daging yang telah tersayat.

"Hoo, kekuatan penetrasi yang mengerikan. Kamu, Amon bukan?"

Dari balik bayang-bayang keluar sosok hitam yang berhenti di balik pohon, tidak menampakkan sosoknya.

"Akhirnya, musuh yang kuat! Majulah  kalian!"

Aku terbangun dengan cahaya remang-remang menyinari wajahku, kulihat rumah yang sudah runtuh ini dan kasur yang setengah terbakar. Dinding yang runtuh membuatku bisa melihat ke arah luar, terlihat pemandangan yang sama seperti hari sebelumnya.

"Sudah bangun, Anthima?"

Kulihat diriku yang terduduk di luar sambil menatap diriku, dirinya terlihat begitu indah dengan cahaya matahari pagi yang menyinari.

"Oh, iya..."

"Ada apa? Kamu terlihat murung."

"Kamu... seorang malaikat bukan?"

Lowermost RevoltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang