Kemunculan Neraka 2

1 0 0
                                    

"Kamu terlalu berlebihan, hipnotismu terlalu kuat. Bagaimana kalau anak itu menjadi cacat?" 

"Tenang saja, aku hanya mencoba mengeluarkan jati dirinya," tersenyum lebar.

Disaat cinta dan kepercayaanku tumbuh, disitulah aku harus memilih, antara dirimu atau tuanku.

"Erwin, jelaskan!"

"Bisakah kamu diam David?" Tatap Erwin dingin sambil membaca buku.

"Kamu tidak seperti dirimu yang biasanya, kenapa kamu membawa pulang iblis?!" Ucap David mondar-mandir tidak jelas.

"Aku bilang diam!" Bentak Erwin.

Seketika seluruh ruangan menjadi hening, David yang mondar-mandir seketika langkahnya terhenti sambil menatap Erwin, mengernyitkan dahi. Iblis kecil yang daritadi berdiri di samping Erwin hanya terdiam. Melihat temannya David dengan tatapan itu membuat hati Erwin kesal. Erwin berdiri, menghampiri David yang tak jauh dari dirinya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"Kau ingin bertarung?!" Tatap Erwin.

"Jangan sok keras Erwin, jika aku menang melawanmu, kamu harus telanjang di depan semua orang," Balas David tak kenal takut.

"Ayo! Siapa takut, jika aku menang, biarkan gadis ini tinggal."

"Anu, bi-bisakah kalian tidak saling bertengkar karena aku?" Ucap iblis itu dengan nada ketakutan.

David dan Erwin langsung menatap ke arah gadis itu, membuat dirinya terkejut dan mundur perlahan. Menghela napas panjang, Erwin terduduk di sofa.

"Kau benar, maafkan aku David, a-aku hanya bingung, bagaimana jika dia ditangkap dan dibunuh. Aku tidak takut disalahkan, tapi jika dia bertemu denganmu, aku tidak bisa memperkirakannya," ucap Erwin sambil tertunduk penuh pikiran.

David hanya bisa tersenyum kecil melihat tingkah temannya itu, menyusul Erwin dan duduk disampingnya. Tangan David menggapai secangkir teh yang ada di atas meja depannya.

"Tidak apa Erwin, aku tahu kamu melakukan hal yang benar bagimu. Kalau boleh tanya, bagaimana kau bertemu dengan gadis ini?"

"Hahhh, baiklah. Akan aku ceritakan semua dari awal."

Erwin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan David mendengarkan ceritanya dengan penuh perhatian. Perpustakaan terisi suara Erwin yang berlangsung cukup lama. David mengangguk sekali, kemudian melihat ke arah gadis itu dengan tatapan serius.

"Terima kasih Erwin telah bercerita, sekarang bisakah kamu sebutkan namamu?," ucap David lembut.

"Namaku? Na-Namaku? A-Aura," ucap gadis itu terbata-bata.

"Aura? Nama yang bagus, bagaimana kalau kutambahkan menjadi Aurora?" Usul Erwin dengan mata berkaca-kaca.

"O-Oh! Emmm...," bingung Aura sambil memalingkan pandangan.

David menyikut pelan Erwin. Erwin langsung menoleh ke arah David. Menggelengkan kepala pelan, David menatap dengan tatapan kecewa.

"Baiklah Aura, bisakah kamu bercerita dari awal menurut pandanganmu?"

"Kalian sedang apa?" Tanya Elona yang tiba-tiba muncul, berdiri di belakang mereka.

Erwin dan David terkejut bukan main, seketika pandangan mereka langsung menoleh ke belakang.

"Elona! Se-Sejak kapan kau ada disini?" Ucap Erwin berkeringat.

"Aku kesepian, ah! Bukankah namamu tadi Aura?" Elona berjalan menghampiri Aura.

Aura sempat mundur beberapa langkah karena ketakutan, tapi Elona tidak peduli wajah ketakutan gadis itu, tangannya yang mungil langsung meraih telapak kecil dingin iblis itu. Dengan senyum manisnya, dia membuat Aura merasa tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lowermost RevoltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang