11

807 78 7
                                    

Dalam perjalanan pulang. Langkah Ahza terhenti saat melihat orang sedang latihan memanah.

"Hmm, kapan ya aku bisa latihan seperti mereka? pengen banget jadi atlet pemanah, " batin Ahza sembari berjalan agar bisa melihat lebih dekat.

"Hai," sapa seseorang tiba-tiba.

Sapaan itu seketika langsung membuyarkan lamunan Ahza.

"Iya? " sahut Ahza dengan nada sedikit kaget.

"Perkenalkan saya Galang! Saya salah satu pelatih pemanah di sini! " ucap laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Aku Ahza!" sahut Ahza singkat.

"Saya perhatiin sepertinya kamu tertarik dengan dunia panahan ini?"

"Hmm iya, sebenarnya aku ingin jadi atlet memanah! " sahut Ahza tanpa melihat wajah Galang.

"Terus kenapa ga gabung? kebetulan kami menerima siapapun yang ingin belajar memanah bersama kami loh! " titah Galang sambil tersenyum tipis.

"Nanti deh, belum ada uang! " sahut Ahza datar.

"Ya emang lumayan sih biayanya buat memanah ini, karena harga busur dan anak panah itu mahal,"

"Itu sebabnya sekarang aku mulai nabung, biar bisa gabung! " sahut Ahza sambil tersenyum tipis.

"Bagus, semangat nabungnya,kami menunggu mu wahai calon atlet baru!" ucap Galang menyemangati.

"Terimakasih, kalau begitu aku pamit dulu! " pamit Ahza tanpa menatap wajah Galang.

Ahza kembali melanjutkan langkahnya yang sebentar lagi sampai di rumahnya.

"Assalamu'alaikum!" salam Ahza saat sampai di rumah.

"Tumben pintunya di kunci? ibu juga kemana ya? kelihatannya rumah kosong, " batin Ahza kebingungan.

"Ada surat?" batin Ahza saat melihat ada surat di bawah pintu.

Karena penasaran Ahza pun membuka surat itu, dan ternyata surat itu dari Yasinta. Dalam surat itu Yasinta memberitahu Ahza bahwa kunci rumah ada di bawah pot tanaman. Tanpa berlama-lama Ahza pun langsung mengambil kunci itu di bawah pot, setelahnya membuka pintu.

"Tumben banget, biasanya ibu ga pernah pergi kalau jam segini? " batin Ahza saat sudah masuk ke dalam rumah.

"Sudahlah, mungkin ibu ada urusan, " batin Ahza lagi setelah itu langsung masuk ke dalam kamar.

Ahza mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian gamis dan kerudung yang menutupi dada, karena setelah Ahza makan Ahza keluar lagi untuk bekerja.

"Taruh di bawah pot lagi deh kuncinya, biar ibu ga kesulitan carinya! " titah Ahza kemudian langsung meletakkan kunci rumah di bawah pot.

"Kasian ya, baru pulang sekolah eh sekarang udah harus pergi lagi untuk kerja, " ucap salah satu ibu-ibu yang sedang berkumpul di sebuah warung saat melihat Ahza lewat di hadapan mereka.

"Pantesan bodoh, orang dia ga pernah sempat untuk belajar! " sahut ibu-ibu yang lain.

"Iya ya? kalau itu anak saya mah pasti bakal saya marahin! " sahut ibu-ibu yang lain sembari tertawa.

"Sabar Za, sabar! " batin Ahza saat mendengar ucapan ibu-ibu sambil menghela nafas.

Kumpulan ibu-ibu itu memang selalu menghina Ahza.Bukan hanya Ahza, tapi juga Yasinta selalu mendapatkan hinaan dari para ibu-ibu julid itu.

Daripada Ahza kepancing emosi. Ahza langsung pergi dari sana.

Ahza sudah sampai di tempat kerjanya. Setelah menaruh tas kecil Ahza langsung mengerjakan pekerjaannya.

"Jangan lelet dong kerjanya!" tegas reken kerja Ahza.

"Iya ka, " sahut Ahza singkat.

"Makanya kalau kerja tuh pakai celana, biar lebih gampang dan bisa melayani pelanggan dengan cepat! " sahut rekan kerja Ahza yang lain.

"Aku kan udah izin sama pa bos kalau aku pakai gamis, pa bos ga keberatan kok! " sahut Ahza datar.

"Berani ya lu ngejawab! Sini ikut gua!" tegas rekan kerja Ahza sambil menarik paksa tangan Ahza.

"Plakkk"

Sebuah tamparan tepat mendarat di pipi Ahza.

"Ini hukuman karena lu berani jawab gua! " tegas rekan kerja Ahza saat mereka berada di tempat sunyi.

"M-maaf ka," sahut Ahza tertunduk sembari menangis.

"Awas lu kalau ngejawab gua lagi! Gua akan lakuin lebih dari ini! " tegas rekan kerja Ahza setelah itu dia pun pergi meninggalkan Ahza.

Ahza langsung ambruk ke tanah. Ahza menangis sejadi-jadinya sambil menahan rasa sakit bekas tamparan.

"Apa salah ku? aku hanya menjawab sesuai dengan fakta! " batin Ahza yang masih menangis.

"Dunia kerja ternyata kejam yah! "

"Tapi kamu ga boleh nyerah Za! Ada keluarga yang harus kamu angkat derajatnya dan impian mu yang harus kamu capai! " batin Ahza sambil kembali berdiri dan menghapus air matanya.

Ahza pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya agar tidak ketahuan kalau dia habis nangis. Setelahnya Ahza kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Heh, cuci piring! " suruh rekan kerja Ahza bernama Heda.

"Tapi ka, pekerjaan aku sudah selesai!" sahut Ahza sambil tertunduk.

"Berani ngebantah?" tanya Heda dengan datar.

"Engga ka, aku akan kerjain!" sahut Ahza menurut.

"Gitu dong!"

Ahza pun langsung mencuci piringnya hingga selesai. Setelah selesai Ahza pun langsung pulang.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, "

Suara azan maghrib sudah berkumandang. Ahza pun langsung pergi ke mesjid yang tidak terlalu jauh dari posisinya sekarang.

"Ya Allah! Hamba mohon beri hamba kesabaran dan kelapangan hati agar hamba selalu kuat dalam menghadapi segala ujian mu! Aamiin Ya Rabbal Alamin,"ucap Ahza berdoa seusai melaksanakan sholat maghrib.

Ahza melepaskan mukena nya kemudian meletakkannya kembali ke tempat asal.

"Assalamu'alaikum! " salam Ahza saat sudah sampai di rumah.

"Wa'alaikumussalam, bersih-bersih dulu gih, habis itu makan malam!" suruh Yasinta sembari memegang kepala Ahza yang sedang menyalami dirinya.

"Bu sepertinya aku ga makan dulu ya! Aku capek mau istrahat! " titah Ahza sembari tersenyum.

"Kamu gapapa nak?" tanya Rashif yang baru keluar dari kamar.

"Gapapa pa," sahut Ahza sambil menyalami ayahnya itu.

"Yasudah, kalau kamu cape istrahat aja! " titah Yasinta dengan lembut.

"Iya bu, "

Setelah itu Ahza pun langsung pergi ke kamarnya dan langsung beristirahat.    

       Siapa yang mau punya rekan kerja seperti itu?aku sih ga mau ya wkwk

             Ahza sabar banget><

           HAPPY READING GUYS

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA MANIS>U

                    SEE YOU 👀

Jalan Menuju ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang