04

1K 88 6
                                    

Jam pulang sudah tiba. Seluruh santriwati berhamburan menuju parkiran.

Saat Ahza, Felisha, dan Qianzy berjalan santai di koridor. Tiba-tiba salah satu kaka kelas Ahza dengan sengaja menabrak punggung Ahza sehingga membuat Ahza terjatuh ke lantai.

"Akhhh! "

Ahza meringis.

"Upps! Kasian, " ucap kaka kelas Ahza sembari cengar cengir kemudian langsung meninggalkan Ahza.

"Woy! Udah bikin anak orang jatuh bukannya minta maaf malah kabur! " teriak Felisha dengan kesal.

"Udah-udah Sha, biarin aja! " sahut Ahza sembari berdiri di bantu oleh Qianzy.

"Kamu sih, kalau di gitu in diam mulu, kan jadinya mereka semena-mena sama kamu! " cetus Felisha sembari melipat tangannya di dada.

"Udah lah, aku gapapa kok! Istighfar kamu Sha! " sahut Ahza sembari menepuk punggung Felisha.

"Kamu mau ikut aku aja ga pulang? " tawar Felisha kepada Ahza.

"Engga, aku jalan aja! " tolak Ahza dengan secara halus.

"Ikut aja lah, ini harinya panas loh Za!"titah Qianzy kepada Ahza.

"Gapapa, aku jalan aja, yaudah aku duluan ya! Assalamu'alaikum," pamit Ahza sembari tersenyum.

"Wa'alaikumussalam, " sahut Felisha dan Qianzy serentak.

Di tengah-tengah perjalanan Ahza menuju rumah. Tiba-tiba gelang Ahza di tarik paksa jambret.

"TOLONG! JAMBRET! " teriak Ahza sambil mengejar jambret itu.

"Tolong! " teriak Ahza sambil menangis.

"Gelang ku! " batin Ahza pasrah karena sudah tidak bisa mengejar jambret itu.

"Itu gelang pemberian ibu," titah Ahza sambil tersungkur ke tanah dan menangis.

Ahza terus menangis di jalan itu. Tiba-tiba hujan turun, namun tak kunjung membuat Ahza beranjak dari sana. Ahza membiarkan dirinya kehujanan sambil menangis.

"Maafin aku bu, maaf ga bisa jaga gelang ibu! " ucap Ahza tersedu-sedu.

"Bunda, bukan kah itu Ahza? " tanya gus Al yang kebetulan lewat jalan dimana Ahza berada.

"Ah iya, ya ampun! Kenapa dia? kita samperin nak! " suruh bunda dengan raut khawatir.

"Iya bun," gus Al pun kembali menjalankan mobilnya dan berhenti tepat di hadapan Ahza.

Bunda Okta langsung turun dari mobil menggunakan payung.

"Nak, kamu kenapa? kenapa hujan-hujanan gini? " tanya bunda Okta kepada Ahza.

Bunda Oktaviana merupakan bunda gus Al alias istri dari pemilik Pesantren Nurul Huda. Wanita paruh baya yang memiliki paras cantik, baik, berhati lembut, dan selalu ramah kepada seluruh anak didiknya.

"Bunda! " sahut Ahza yang nangisnya semakin kejer.

"Kenapa? ayo masuk mobil, bunda anterin ke rumah ya! " titah bunda Okta sembari membantu Ahza berdiri.

"Sini bunda payungnya biar Al yang pegang! " ucap gus Al sembari mengambil payung dari tangan bundanya dan memayungi bunda Okta beserta Ahza sampai masuk ke dalam mobil.

"Ahza, kamu kenapa? " tanya bunda Okta lagi saat sudah berada dalam mobil.

"Bunda, gelang Ahza di jambret, Ahza ga mempermasalahkan nilai gelang itu, tapi itu gelang pemberian ibu aku satu-satunya bunda! " jelas Ahza yang tetap menangis.

"Ya ampun, sabar ya Ahza!" sahut bunda Okta menenangkan Ahza.

Melihat Ahza begitu histeris karena kehilangan gelang membuat Gus Al ikut terbawa suasana dan ikut merasakan sedih atas kejadian yang menimpa Ahza.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di rumah Ahza. Ahza pun langsung turun dari mobil bunda Okta. Sebelum Ahza masuk dirinya sempat berterimakasih kepada bunda Okta dan Gus Al.

"Assalamu'alaikum! " salam Ahza dengan nada lesu.

"Wa'alaikumussalam! "

"Ya ampun, kamu kehujanan? yaudah buruan mandi dan ganti pakaiannya! Nanti kamu demam nak," suruh Yasinta kepada Ahza.

"Ibu, maafin Ahza! " titah Ahza tertunduk sembari menangis.

"Maaf kenapa nak? " tanya Yasinta bingung.

"G-gelang pemberian ibu di jambret," jelas Ahza dengan tangisnya yang semakin pecah.

"Ya ampun, tapi kamu gapapa kan?mungkin rezeki kamu buat pakai gelang itu cuman sampai sini, gapapa ya! Ikhlasin aja, in syaa Allah nanti pasti ada gantinya! " sahut Yasinta sembari memeluk Ahza.

"Maaf aku ga bisa jaga gelangnya bu! " ucap Ahza meminta maaf.

"Tidak apa sayang! Udah, sekarang kamu mandi ya! " suruh Yasinta sembari tersenyum. Ahza pun langsung menganggukkan kepalanya.

Waktu ashar sudah tiba. Ahza pun bergegas mengambil air wudhu setelah itu shalat. Seusai shalat dan berdoa Ahza menyempatkan waktu untuk tadarus Al Quran.

"Bu, apa yang bisa aku bantu? " tawar Ahza seusai dirinya tadarus.

"Cuci piring aja ya!" titah Yasinta sembari tetap fokus memasak.

"Baik bu," sahut Ahza kemudian langsung mencuci piring.

Ahza dan ibu nya sudah selesai dengan pekerjaan mereka Masing-masing. Mereka duduk di kursi kayu sambil melihat TV menunggu waktu maghrib dan ayahnya Ahza pulang.

"Assalamu'alaikum! " salam Rashif kepada sang istri dan anak kesayangannya itu.

"Wa'alaikumussalam, pa!" sahut Ahza sembari menyalami tangan Rashif.

"Wa'alaikumussalam,yaudah sana bersih-bersih dulu, sebentar lagi azan maghrib! " suruh Yasinta sembari menyalami tangan suaminya.

"Iya bu,"

Seusai Rashif membersihkan dirinya. Azan maghrib pun tiba. Mereka pun sholat berjamaah di ruang tamu.

Ahza menyalami tangan ayahnya seusai mereka sholat di susul oleh Yasinta yang ikut menyalami tangan Rashif.

"Yaudah, yok kita makan! " ajak Yasinta sembari melipat mukena nya.

"Iya bu,"

Ahza, Yasinta, dan Rashif sudah berada di meja makan kecil yang mereka miliki. Yasinta pun langsung mengambilkan nasi dan lauk untuk suaminya dan Ahza. Setelah itu mereka makan bersama.

"Sini bu, biar aku yang cuci piring! " ucap Ahza setelah mereka makan.

"Makasih ya nak," sahut Yasinta sembari tersenyum.

Ahza pun langsung mencuci piringnya. Setelah selesai Ahza langsung ke kamarnya. Hari ini Ahza tidak sempat belajar di siang hari, itu sebabnya Ahza belajar di malam hari.

                Happy Reading Guys

Jangan lupa vote dan komennya manis>u

Jalan Menuju ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang