16

702 56 0
                                    

Ahza serta kedua sahabatnya itu sudah sampai di rumah Ahza. Sesudah menyalami Yasinta mereka langsung masuk ke kamar Ahza.

"Bapa udah ga ada, kayaknya udah ga bisa lanjutin sekolah lagi deh, ga mungkin kan aku sekolah sedangkan ibu bekerja gantiin bapa, " batin Ahza sambil ngelamun.

"Za, kita ada cemilan nih, mau ga? " tawar Felisha kepada Ahza.

Karena tidak ada jawaban dari Ahza, Felisha pun memanggilnya sekali lagi.

"Ahza! Hello, " Felisha melambaikan tangannya di hadapan wajah Ahza.

"Iya, kenapa? " sahut Ahza yang sudah tersadar dari lamunannya.

"Mikirin apa sih? " celetuk Qianzy yang sejak tadi memperhatikan Ahza.

"Iya, mikirin apa sih? Sampai ngelamun gitu, " sahut Felisha mengiyakan perkataan Qianzy.

"Gapapa kok, " sahut Ahza sembari tersenyum.

Mereka bertiga asyik bermain dan makan cemilan bersama sampai tidak ke rasa waktu sudah menunjukkan jam 15.00.

"Udah jam 15.00 nih Za, kita pamit dulu ya! " pamit Felisha dan Qianzy.

"Iya, hati-hati! " sahut Ahza sembari mengantar mereka ke depan rumah.

"Assalamu'alaikum, " salam Felisha dan Qianzy sembari melambaikan tangan kepada Ahza.

"Wa'alaikumussalam, " sahut Ahza yang ikut membalas lambaian mereka berdua.

Ahza kembali masuk ke rumahnya. Ahza menghampiri ibunya yang sedang asyik melihat TV.

"Bu, Ahza mau bicara! "

"Boleh, mau bicara apa? " sahut Yasinta dengan raut penasaran.

"Aku berhenti sekolah ya bu, biar aku fokus kerja aja, ga mungkin kan? Kalau hanya ibu yang harus bekerja?" ucap Ahza dengan raut serius.

"Tapi sayang nak, ibu aja yang bekerja, "

"Engga bu, aku ga mungkin biarin ibu bekerja sendirian, bahkan kalau bisa aku aja yang kerja, ibu di rumah aja! " sahut Ahza dengan sedikit tersenyum.

"Tapi kamu gapapa? " tanya Yasinta dengan raut sedih.

"Gapapa bu, izinin ya bu? "

"Yasudah, kalau memang itu keputusan mu, " sahut Yasinta sembari menampakkan senyumnya yang hangat itu.

Jam sudah menunjuk pukul 16.00. Ahza merasa suntuk di rumah, akhirnya ia meminta izin kepada ibunya untuk jalan-jalan sore.

"Bu, aku pamit dulu ya! " pamit Ahza menyalami ibunya.

"Hati-hati! " sahut Yasinta dengan nada lembut.

Ahza berniat ingin pergi ke taman deket rumahnya karena di sana suasananya adem kalau sore hari. Namun saat di perjalanan Ahza melihat orang-orang yang sedang latihan memanah. Senyum Ahza yang manis itu terukir sempurna di bibirnya saat melihat mereka.

Ahza yang tadinya ingin ke taman memutuskan untuk melihat mereka yang sedang latihan memanah saja. Meskipun hanya melihat dari depan gerbang Ahza tetap merasa senang.

"Loh, Ahza? " batin seorang laki-laki yang berada di belakang Ahza.

"Ahza! " panggil laki-laki itu.

"Iya, kenapa? " sahut Ahza spontan. Saat memalingkan wajahnya Ahza kaget karena ternyata laki-laki itu adalah Arya.

"Kamu ngapain di sini? "

"Cuman liat mereka lagi latihan aja, " sahut Ahza sambil tersenyum canggung.

"Kenapa tidak masuk? "

"Engga, takut ganggu! Kamu sendiri ngapain di sini? " tanya Ahza heran.

"Masuk dulu yok! Nanti juga kamu bakal tahu, " ucap Arya mengajak Ahza masuk.

"Gapapa? " tanya Ahza canggung.

"Ya, ayok masuk! " Arya mempersilahkan.

"Apa dia pelatih di sini juga? " batin Ahza bertanya-tanya.

"Assalamu'alaikum, " salam Arya kepada Galang dan Nalesha yang tengah beristirahat.

"Wa'alaikumussalam, eh mas Arya, " sahut Galang ramah begitu juga dengan Nalesha.

"Ahza kok kamu bisa sama mas Arya?" tanya Nalesha sembari mengangkat alisnya sebelah.

"Kalian udah kenal ternyata, saat saya ingin masuk ke sini saya tidak sengaja melihat Ahza yang sedang melihat kalian latihan, jadinya saya ajak masuk," jelas Arya kepada Galang dan Nalesha.

"Oh gitu, Ahza kenalin mas Arya ketua dari club memanah ini, dan dia juga pemilik tempat ini, " ucap Nalesha memperkenalkan Arya.

"Oh gitu, aku kira ketuanya ka Galang, " sahut Ahza canggung.

"Yasudah, saya mau mempersiapkan alat panah saya dulu ya! Kamu kalau masih ingin lihat, lihatnya di sini aja! " titah Arya sembari sedikit tersenyum.

"Iya, " sahut Ahza singkat.

Arya masuk ke sebuah ruangan yang memang khusus untuk Arya saja. Di dalam sana banyak busur, anak panah, dan perlengkapan memanah milik Arya.

Beberapa menit kemudian. Arya keluar dari ruangan itu dengan menggunakan atribut memanah lengkap. Ahza yang melihat sempat terkagum, karena Arya begitu gagah saat menggunakan atribut memanah yang lengkap.

"Eh, astaghfirullah Ahza, ga boleh gitu! " batin Ahza sambil geleng-geleng kepala.

"Kenapa kamu Za? " tanya Nalesha yang melihat Ahza menggelengkan kepalanya.

"Hah, eh, gapapa kok! " sahut Ahza gelagapan karena malu.

Ahza melihat Arya, Nalesha, dan Galang memanah bersamaan di tempat duduk yang ada di bawah pohon. Ahza sangat terkagum melihat ketiganya begitu lincah memainkan panahan dan banyak anak panah yang masuk ke dalam target padahal jaraknya 40 meter.

"Ma Syaa Allah, hebat banget mereka!" batin Ahza dengan mata berbinar-binar sembari tersenyum.

"Ahza! " panggil Arya yang sudah ada di samping Ahza, namun Ahza tidak menyadari itu karena saking terpana nya melihat mereka.

"Loh, bukannya tadi di sana ya? " ucap Ahza dengan nada kaget melihat Arya sudah ada di sampingnya.

"Kamu aja yang ga nyadar, btw mau main? " tawar Arya sembari menyerahkan busur ke tangan Ahza.

"Eh, tapi aku belum bisa, " ucap Ahza sambil memegang busur itu.

"Coba dulu, nih pakai alat pengaman biar ga luka, " suruh Arya sembari meletakkan alat pengaman di samping Ahza.

"Tapi kalau rusak gimana? Ini kan mahal, " titah Ahza ragu-ragu.

"Kenapa emang? Ga akan saya marahin juga kalau rusak, " sahut Arya sembari tersenyum.

Karena penasaran akhirnya Ahza mau mencoba. Sebelum Ahza mencoba ia memakai alat pengaman terlebih dahulu.

                    Kiw Ahza🤭

                Happy Reading Guys

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen.

                See you manis 👀


Jalan Menuju ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang