Saat jam pulang, bukannya langsung ke rumah Ahza malah mampir ke makam ayahnya. Ahza benar-benar tidak tahu harus cerita ke siapa lagi selain ayahnya.
"Assalamu'alaikum, pa! " salam Ahza sembari mendudukkan dirinya di samping makam sang ayah.
"Bapa pasti udah bahagia di sana ya pa? "
"Kenapa orang-orang jahat ke aku pa?"
"Apa salah ku ke mereka? "
"Uang bonus aku di ambil paksa pa, padahal itu untuk kebutuhan aku dan ibu, aku juga ingin nabung pakai uang itu, kalau seperti ini, apa aku masih bisa buat capai impian ku pa? " ucap Ahza bercerita dan tanpa ia sadari air matanya mulai menetes.
"Aku kangen pa, aku pengen di peluk bapa, "
"Aku kangen saat aku terpuruk seperti ini, bapa selalu meluk dan nguatin aku pa, " air bening itu terus keluar dari mata Ahza.
Ahza terus menerus menangis di sana sambil memeluk batu nisan sang ayah.
Langit sore yang begitu cerah, tiba-tiba berubah menjadi mendung saat Ahza menangis. Langit seakan-akan ikut merasakan kesedihan Ahza.
"Pa, aku pamit dulu ya! " pamit Ahza yang menyadari langitnya sudah mendung.
Untung hujannya turun saat Ahza sudah sampai di rumah, kalau tidak Ahza pasti terjebak hujan.
"Assalamu'alaikum, bu! " salam Ahza lesu sambil menyalami ibunya.
"Wa'alaikumussalam, nak kok mata kamu sembab? Kamu habis nangis? " tanya Yasinta yang menyadari mata Ahza sembab.
"Gapapa bu, Ahza mau istirahat dulu ya! " pamit Ahza yang langsung pergi ke kamarnya.
Ahza terduduk di pinggir kasur sembari memeluk bantal. Pikiran Ahza sekarang benar-benar berkecamuk. Ahza kembali ragu akan dirinya sendiri yang bisa mencapai impiannya.
"Pasti bisa kok Za, ayo bangkit! " ucap Ahza menyemangati dirinya sendiri.
"Allahu Akbar Allahu Akbar, "
Suara azan maghrib sudah berkumandang. Ahza langsung mengambil wudhu dan mengerjakan sholat. Selain sholat itu kewajiban sholat juga mampu membuat hati tenang, itu sebabnya Ahza ingin bersegera melaksanakan sholat.
"Huaaa, kok ngantuk ya? " batin Ahza sambil menguap seusai dirinya mengerjakan sholat.
"Tidur sebentar aja kali ya? Terus nanti isya bangun lagi, " batin Ahza lagi sembari merebahkan dirinya di kasur.
Saat Ahza memejamkan matanya. Ahza langsung merasa dirinya ada di sebuah tempat, tapi tidak tahu tempat apa, di sana Ahza hanya bisa melihat cahaya putih yang sangat silau.
"Jangan menyerah nak, apapun rintangannya jalani saja! " suara itu tiba-tiba saja muncul.
Ahza langsung mencari di mana sumber suara itu, namun, Ahza tidak menemukan sumbernya.
"Yakinin diri kamu sendiri, kalau kamu bisa! Bapa tahu rintangan mu sekarang sangat sulit, tapi percayalah hasil dari kamu melewati rintangan ini tak sebanding dengan rintangan itu! "
"Percaya lah, Tuhan tidak akan menguji hambanya melampaui batas kemampuan hamba itu sendiri, "
"Semangat terus ya nak! Bapa akan selalu jaga kamu dari atas, "
"BAPA! " teriak Ahza yang langsung terbangun dari tidurnya.
Yasinta yang mendengar Ahza berteriak suntak langsung panik, dan segera menghampiri Ahza.
"Ada apa nak? " tanya Yasinta sembari memeluk tubuh anaknya itu.
"Aku mimpi bapa bu, " sahut Ahza yang sudah menangis di pelukan Yasinta.
"Pasti kamu lagi kangen sama bapa ya? Yasudah, wudhu dulu yok! Sekalian sholat isya ini udah azan, " suruh Yasinta dengan nada lembut.
"Iya bu, " sahut Ahza singkat. Lalu beranjak ke kamar mandi.
Ahza sudah selesai melaksanakan sholat isya. Yasinta pun sudah tidak ada lagi di kamar Ahza.
Ahza kembali merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian akhirnya Ahza tertidur lelap.
********
Cuaca pagi ini tidak terlalu cerah, juga tidak terlalu mendung. Karena hari ini cafe libur. Ahza pun memutuskan untuk jalan-jalan pagi."Ahza, " panggil seorang laki-laki dari arah belakang.
Ahza yang mendengar namanya di panggil suntak membalikkan badannya.
"Ka Arya, ka Galang, ka Nalesha, " ucap Ahza sembari tersenyum tipis.
"Ngapain kamu Za? " tanya Nalesha sembari menghampiri Ahza.
"Cuman jalan-jalan pagi aja ka, " sahut Ahza sembari tersenyum canggung.
"Latihan lagi yok! Mumpung masih pagi, " ajak Nalesha antusias.
"Hehe, kayaknya liat kalian aja deh, " sahut Ahza yang tidak mau ngerusakin anak panah Arya lagi.
"Kenapa? Takut rusak? Lagian kalau rusak juga ga akan saya marahin atau ganti rugi kok! " celetuk Arya sembari tersenyum.
"Tenang aja Za, mas Arya juga sering kok matahin anak panahnya, " timpal Galang terkekeh kecil.
"Udah, ayok ikut kita! " ajak Nalesha sambil merangkul Ahza.
Nalesha membawa Ahza ke tempat di mana seluruh anak panah dan busur yang rusak di letakkan.
Ahza seketika langsung terbelalak saat melihat begitu banyak anak panah yang rusak, bahkan ada busur yang belah dua.
"Sebanyak ini? " tanya Ahza dengan nada syok.
"Iya, ini hasil dari kita bertiga, " sahut Nalesha sambil terkekeh.
"Tapi di antara kita bertiga, mas Arya yang paling banyak ngerusak, itu busur yang belah dua bekas di pakai mas Arya tau Za, " timpal Galang tertawa kecil.
"Makanya saat kamu ngerusak anak panahnya dia santuy banget, orang dia lebih parah ngerusak, " celetuk Nalesha sembari tersenyum kepada Arya.
"Dalam memanah anak panah yang rusak, ataupun alat lain yang rusak udah biasa, jadi bawa santai aja! " ucap Arya kepada Ahza.
"Yaudah, sekarang yok latihan lagi! Kemarin itu udah bagus loh, " puji Nalesha sembari tersenyum.
Setelah memakai semua pengaman. Ahza pun kembali berlatih bersama Nalesha.
Di sini ada yang pernah nyoba memanah ga?Kalau aku memang pemanah guys, walaupun bukan atlet mhwhehe><
Happy Reading Guys
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen>u
See you 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Menuju Impian
Teen FictionFollow ig rp;@gus_alvrndra @Ahza_rumaisaaaa @qianzynaaa @Felishaazrine Kisah seorang gadis bernama Ahza Rumaisa yang ingin mencapai impiannya dan membahagiakan kedua orang tuanya. Ah...