Day 12

521 71 8
                                    

HARI kedua belas Ramadhan.

Sesuai kurikulum Ramadhan ala Rasulullah, daily playlist on Ramadhan yang dibuat setiap sahur untuk merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan per hari segera kububuhi tanda ceklis untuk kegiatan yang telah selesai dilakukan.

Hari ini ada 5 kegiatan besar yang akan dilakukan. Pukul enam hingga delapan tadi kami tadabbur alam bersama Aya di lahan luas yang masih asri dengan pepohonan rindang tidak jauh dari pondok. Kegiatan ini bertujuan untuk merenungi segala yang tercipta di bumi agar Mazaya dapat diantarkan pada pengetahuan dan pembuktian akan keberadaan Allah dan kemahakuasaan-Nya, serta melatih Aya bersahabat dengan alam sekitar. Sengaja kegiatan ini dilakukan pagi agar Kak Fathar bisa menyesuaikan dengan jadwal mengajarnya yang full di kampus hingga sore hari ini. Kegiatan lainnya yang kami catat: untuk Kak Fathar hanya mengajar, sedangkan aku hari ini akan menyelesaikan bab 1 Fathul Izar, khatam di juz 12 khusus hari ini dengan cara cicilan dua halaman per selesai sholat, membuatkan Mazaya ayam gulung zucchini untuk menu bergizi buka puasanya siang nanti, satu sisanya menunggu paket buku cerita Mazaya seri bahasa Inggris dan set panci yang katanya akan datang hari ini. Jadi tidak ada rencana ke mana-mana selain di rumah saja.

"Mazaya, ibu minta zucchininya dong, Nak," pintaku, memanggilnya yang dari tadi membawa lari satu per satu sayur kembaran timun kaya air tersebut.

"Mazaya? Sayang?"

Panggilku kembali, ayam suwirnya yang ditumis dengan bawang bombay dan bawang putih sudah menyerap kering, sisa digulung selapis zucchini sebelum dipanggang dengan taburan keju mozarela. Princessku membawanya bermain masak-masakan di luar.

"Princess Mazaya, masak apa, Nak?" susulku menghampirinya segera.

"Macyak cayul untuk ibu," balasnya sambil mengaduk-aduk wadah berisi sayurnya.

"Wah! Enak banget kayanya nih, ibu boleh minta sayurnya juga nggak? Ibu kehabisan di pasar soalnya, boleh nggak ibu minta?"

"Boleh. Ibu mau belapa, Bu?"

"Tiga kayanya cukup," jawabku dengan aturan harus ikut menyesuaikan dunia Aya.

"Makasih anak ibu yang baik. Nanti kalau udah selesai masaknya, ibu bagi masakannya ke Aya juga, nanti cobain ayam gulung zucchininya ibu khusus untuk anak yang sholihah dan baik,"

"Maacih, Bu,"

"Sama-sama. Lanjut main lagi ya, ibu panggan masakan ibu dulu," kataku membawa segera timun italianya setelah pipi gemasnya kucium lalu pergi menuju dapur menyelesaikan masakanku.

Selain ayam gulungku, menu yang masih kadang kuberikan kepada Princess Aya setiap pekannya adalah salad buah. Persis dengan takjil favoritku. Setidak-tidaknya kami membekali Aya dengan makanan dari olahan tangan ibunya sendiri, less-waste serta dipahamkan mengenai sampah sebagai perhatian penting untuk ditanggapi secara bijak.

Beres dua kegiatan besar kujalankan, sampai Aya kupastikan lahap memakan menu berbuka tengah harinya, mainan Mazaya perlu untuk segera kubereskan juga, setelah ini anakku sudah waktunya book-time. Kami duduk di kursi berdua dengan sebuah buku bergambar berjudul Ashabul Kahfi.

"They ran because scared to army, Ibu?" tanyanya dengan nada penasarannya yang lugu dan belum begitu jelas.

"Yeah, they ran so far till found this cave. What they said? Rabbana atina milladunka rahmah wa hayyi'lana min amrina rosyada,"

"Suddenly, they slept. Allah sent to be drowsy for them,"

Kuterangkan sesuai gambar yang tertera bagaimana pemuda Ashabul Kahfi bersama anjingnya yang dikejar bala tentara dikarenakan menyelisih agama kerajaan pada masa itu, mereka berlari hingga menemukan sebuah gua untuk mereka jadikan tempat persembunyian.

Ramadhan Tale 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang