Perasaan aneh (3)

205 24 0
                                    

SINA POV

Aku terbangun pukul 2 malam karena merasa angin dingin merasuki tubuhku. Ah, aku ketiduran mungkin, rasanya kepalaku sangat sakit. aku mengingat terakhir kali orang tua ku bertengkar hingga akhirnya aku menutup mata ku. aku cukup pintar untuk menyadari bahwa aku bukan ketiduran namun rasanya ada sensasi aneh yang bergejolak dalam diriku. mengapa belakangan ini sangat banyak konflik di sekitar ku? aku bahkan jadi tidak nyaman untuk melakukan apapun. Sudahlah aku mau lanjut tidur saja. "Itachi, kali ini mimpi indah ya di mimpi ku" gumamku. "hm" kudengar gumaman seseorang. aku terkejut langsung membuka mata, sepertinya barusan ada seseorang yang bergumam didekat ku. Aku menoleh kesana kemari tak menemukan apapun, hanya adik ku yang tertidur dikasur. Hey hey Yuni (adikku) seorang perempuan dan yang kudengar tadi adalah suara pria. Ah mungkin hanya perasaan ku saja, aku kembali menutup mata.

POV end

Pagi hari Sina bangun dengan semangat, tak ada mimpi buruk yang menghantui ku. Rasa lelah ditubuhku juga rasanya lenyap begitu saja. "ah terimakasih itachi, kau benar-benar muncul sebagai mimpi indah" gumamnya.

Dia berangkat ke sekolah dengan riang dan terus tersenyum. "mengapa rasanya hatiku sangat hangat ya?" katanya.

Dikelas Sina terlihat mengotak atik PC untuk mengerjakan tugas praktiknya. Tak sengaja siku Sina tergores penutup PC yang agak tajam dan mengeluarkan darah. Dia ijin ke kamar mandi untuk membersihkannya.

Di kamar mandi

Sina berdiri didepan cermin dan sebuah wastafel. "Luka seperti ini membuat ku De Javu saja" gumamnya. Setelah selesai ia kembali ke kelas.

Sebuah suara mengejutkan Sina dari dalam kamar mandi, itu suara Reva. Dari suaranya terdengar seperti meminta tolong. "Reva?" tanya Sina sambil mengetuk pintu. Tiba-tiba saja pintu itu terbuka, Terlihat sosok Reva penuh dengan luka sayat dan ada gunting yang menancap di dadanya. Sina kaget dengan yang dia lihat, Perasaan kaget,takut,syok menjadi satu.

"Rev kamu kenapa?" tanya Sina

"Dia...licik" ucap Reva dengan suara yang sudah terputus-putus. Sina yang sedari awal menahan tubuh Reva untuk tak terjatuh langsung menurunkan Reva untuk mencari pertolongan. Dia kembali dengan guru-guru yang langsung terkejut dengan pemandangan didepannya.

Sejak hari itu Reva dinyatakan meninggal, tak ada yang tau siapa yang membunuhnya. saat kejadian kamar mandi sedang sepi sekali dan tak ada cctv disekitarnya. Dugaan terkuat mengacuh pada Sina. Berkali-kali guru-guru bertanya kepada Sina dan berkali-kali pula Sina menjelaskan kejadiannya. Orang tua Reva tak terima dengan kematian anaknya dan mengancam akan melaporkan polisi jika tak ada yang mengaku. Pada puncaknya, guru BK mengirimkan surat panggilan untuk orang tua Sina.

Sina yang baru sampai didepan rumah langsung terpental karena langsung menjadi sasaran empuk tamparan ibunya. Dia bangkit dan kaget, ada ayahnya dan adiknya yang terdiam di ruang tamu. "apa?" suara Sina meninggi.

"apa? liat perbuatan kamu? membuat malu" Bentak ibunya.

"apa? perbuatan apa?" Sina yang tak tau apapun lantas membentak balik ibunya.

"PLAK!" tamparan keras membuat Sina jatuh mundur beberapa langkah. Sina kaget bukan main, ayahnya yang selama ini menyayanginya menamparnya dengan keras.

"kamu pembunuh!" Bentak ayahnya.

"pembunuh?" Dari sini Sina baru menyadari apa yang terjadi.

"tidak ini tak seperti yang diceritakan orang-orang. aku tidak membunuh siapapun" jelas Sina

"tapi semua orang tau kamu yang terakhir bertemu Reva. semua teman juga tau kau yang terakhir bermusuhan dengan Reva" Bentak Syifa dari dalam rumah Sina.

"hah? Syifa?" Sina semakin tercengang.

"Besok kami akan pergi ke sekolah dan meminta maaf kepada keluarga Reva. memohonlah agar mereka tak memenjarakanmu" Ucap ayahnya lalu pergi.

"kau bodoh dan tidak berguna, kenapa kau hidup? kau mempermalukan ku" Bentak ibunya.

Tak lama Syifa berpamitan pulang setelah mengantar surat dan menceritakan semuanya. Sina masih terduduk didepan teras. Berusaha mencerna semua kejadian beberapa hari ini. Ia sudah tak bisa tidur semenjak kejadian yang ditimpa Reva, ia takut kejadian yang sama menimpanya.

Nafasnya terhenti sejenak, sesak. Perlahan sesak itu berubah menjadi perih didekitar dadanya. Dan tak lama..
Bruk!! Sina pingsan didepan rumahnya.

Sina Pov

Mata ku terasa sangat ngilu saat terbuka, cahaya ini kenapa terang sekali?

POV END

"Selain bodoh dia tak berguna dan merepotkan, mengapa juga aku harus punya anak sepertinya" suara ibunya sudah terdengar bahkan sebelum Sina membuka matanya.

"Nnggh" Sina mencoba duduk meski pandangannya belum terbuka sempurna.

"Sudahlah ayo tinggalkan dia. Biar mereka yang mengurusnya" suara ayahnya sayup-sayup terdengar.

Begitu cahaya ruangan benar-benar terlihat jelas, Sina baru menyadari bahwa keluarganya telah meninggalkannya.
Sina tak ambil pusing mungkin mereka akan datang lagi nanti, dia merabah bajunya mencari ponselnya.

"Kamu pasti mencari ini" ucap seorang pria sambil menunjukan hp Sina.

"Kenapa ada di anda? Anda siapa?" Sina melongo
"Saya Kakak dari orang yang kamu bunuh"

Deg!

"Kakaknya Reva?" Gumam Sina

"Yap ternyata kamu cukup sadar telah membunuh adikku" jawab orang itu lagi.

"Saya gak bunuh siapapun, sekarang mana hp saya" Jawab Sina agak tegas

"Buku dulu hp mu, saya mau lihat isinya. Saya mau cari bukti kalo kamu yang bunuh adik saya" Ucap orang itu

"Saya gak bunuh siapapun, itu juga hp saya privasi saya" suara Sina meninggi

"Dan reva adik saya, keluarga saya" ucap orang itu.

"Huhhhh sudahlah sini biar kubuka liat saja sepuasnya tak akan ada yang aneh" Sina menghela nafas melihat orang didepannya itu.

1 menit
2 menit
5 menit

"Sudah belum? Kau ini lama sekali" rengek Sina
"Berisik kau cebol, nih ku kembalikan" ucapnya kemudian keluar ruangan

"Hahhhhh kenapa aku harus di rumah sakit segala" Sina mengeluh sambil membuka hp nya lagi

Ia menatap wallpaper itachi yang tersenyum, "ne itachi, kau ingin aku berbuat apa? Aku sudah pusing dengan semuanya. Setelah berusaha melupakan kejadian itu sekarang kejadian lebih buruk terjadi. Rasanya aku ingin ikut ke dunia mu saja"

"Andai saja saat itu aku tak selamat mungkin aku sekarang sedang bahagia bersamamu di alam kita" gumamnya

"Alam mana? Dengan siapa?" Ucap seorang pria yang berjalan mendekati tempat tidur Sina.
"Om siapa?ayahnya Reva ya? Aku minta maaf ya om, andai aku lebih cepet sadar kalo ada Reva disana" ucap Sina

"Sudahlah, saya sudah menyuruh orang untuk mendalami kasus ini. Kamu cepatlah sembuh lalu kembali ke rumah" Ucapnya sembari mengelus kepala Sina.

"Kembali ya?" Gumam nya

Lelaki itu keluar dari ruangan dan berbicara dengan pria yang tak lain kakaknya Reva tadi.

Sina tak ambil pusing lalu mematikan ponsel dan tidur






Bertemu dengan dia yang tak nyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang