Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Pernah denger, kan? Hari ini, gue udah sah pake seragam putih abu-abu. Dan otomatis gue menempati sekolah baru yang cukup jadi dambaan di kota ini. SMA 06 Kartika Jaya.
Kalo kebanyakan orang bakalan nyeritain tentang masa MOS yang berakhir dengan ketemu senior cakep, lain banget sama gue. Gue justru ketemu sama banyak senior yang galaknya ngelebihin macan. Bahkan di akhir acara MOS ketika mereka baru ramah sama junior-nya, disaat itu juga gue malah ngiranya mereka cuma fake smile doang. Pribadi asli mereka ya pas judes-judesin junior kaya gue ini. Tapi untungnya, gue sukses ngelewatin cobaan pertama itu.
Oke, salah satu poin pentingnya adalah senior gue nggak ada yang cakep dan gue nggak akan naksir sama mereka. Semuanya pasti bakalan flat. Karena gue tau cerita hidup gue bukanlah sebuah novel romance, film romantis ataupun cerita yang sweet seperti yang pernah gue baca. Cerita gue ya mungkin bakal kaya gini-gini aja, flat.
^-^-^
Gue berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih sepi. Wajar, karena ini belum waktu istirahat atau jam pulang. Meskipun masih tergolong anak baru, tapi gue tetep santai berkeliaran di jam pelajaran kaya gini dengan maksud tertentu pastinya. Pandangan gue menyapu sekilas semua ruangan yang gue lewati, hanya buat memastikan gue nggak bakal kebablasan buat masuk ke ruang guru. Kebetulan gue dapet tugas buat jemput guru mata pelajaran selanjutnya padahal gue juga belum tau sama sekali wujud gurunya yang mana.
Langkah gue terhenti ketika mata gue menangkap sebuah tulisan 'office' yang tergantung di atas pintu. Samar-samar telinga gue juga menangkap suara yang sepertinya cuma dimiliki sama orang dewasa alias bukan murid. Tanpa mikir lagi gue langsung membuka pintu itu perlahan dan sepersekian detik kemudian banyak pasang mata bersamaan memandang ke arah gue.
"Permisi. Saya mau ketemu Bu Olivia," ujar gue gugup. Nggak terarah ngomong ke siapa pastinya sampai kemudian ada salah satu guru yang mengacungkan jarinya ke salah satu wanita berjilbab di bagian dalam ruangan.
Otomatis gue menurut ke arah tunjukannya. "Makasih, bu...," ujar gue kemudian dengan senyuman lega sambil masih menunduk gugup menghampiri Bu Olivia yang masih keliatan sibuk berbicara sama salah satu murid. Wanita yang masih tergolong muda itu melirik gue sekilas sambil memberi isyarat gue harus nunggu sebentar.
Gue hanya bisa menurut sambil sedikit mendengar pembicaraannya dengan salah satu muridnya yang terlihat seperti senior itu. Jelas dia bukan seangkatan sama gue, terlebih sikapnya yang udah keliatan akrab banget sama Bu Olivia. Mereka hanya sedang berdiskusi ringan tentang tugas kimia yang sudah diberikan Bu Olivia.
Gue hanya jadi pendengar, tapi kemudian buru-buru beralih perhatian saat senior ini nggak sengaja menangkap gue yang lagi ikutan mendengarkan. Dan dia keliatan nggak senang dari tatapannya barusan. Akhirnya gue nunduk dan berusaha untuk nggak tergoda lagi buat dengerin omongan mereka.
Gue masih baru disini, males aja cari ribut sama senior macam ini.
Senior gue ini kebetulan cowok. Dan kayanya juga judes sama kaya pas gue MOS meskipun dia bukan panitia MOS, seinget gue. Apa senior nggak ada yang ramah disini, hah? Tatapannya bener-bener sinis menurut gue. Apa pembicaraannya sepenting itu sampe gue juga nggak boleh denger? Perasaan Bu Olivia juga biasa aja, deh.
"Kamu kelas X IPA 1, kan? Sekarang pelajaran saya?" tanya Bu Olivia membuat gue sedikit tergagap. Gue baru menyadari kalo senior itu udah pergi daritadi.
"Iya, Bu. Ibu sudah ditunggu di kelas sekarang."
^-^-^
Gue nggak ngerti kenapa sekian banyak senior yang pernah gue temui di sekolah ini, nggak ada yang bener-bener make me dzing at the first sight. Ya memang sih, tujuan gue kan sekolah, bukan mau cari pacar atau gebetan.
Tapi kalo gue mencari seseorang buat dijadiin idola, nggak salah kan?
Ketauan banget deh jomblonya.
Gue lagi di perpus. Sendirian. Sebenernya gue juga nggak tau pasti lagi nyari apa di sini. Tujuan utama gue ke sini cuma numpang ngadem karna ruangan ini dilengkapi AC dan menghindari keramaian. Yap, gue agak anti sama keramaian.
Nggak jauh dari tempat gue duduk, gue ngeliat segerombolan senior yang lagi diskusi serius di sana. Beberapa ada yang gue pernah liat sebelumnya --sebagai panitia MOS. Dan gue baru nyadar kalo salah satu diantara mereka ada senior cowok yang waktu itu gue liat di ruang guru.
Senior cowok itu. Gue nggak tau namanya siapa. Gue baru liat dia dua kali sama sekarang. Dan di awal pertemuan, dia malah melempari gue dengan tatapan sinis disaat gue nggak tau apa salah gue. Ngeselin.
Semoga nantinya gue nggak akan berurusan sama orang itu.
---
Cerita macam apa ini wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Extraordinary Flat Story
Short StorySebuah kisah sederhana, gue sebagai pengagum rahasia. Bukan pengecut, meskipun nggak punya sama sekali keberanian buat mengungkapkan semuanya. Cuma mampu melihatnya dari kejauhan. Hanya dengan kehadirannya, gue udah merasa bahagia. Cukup bertatapan...