[Long chapter. Up to 5k words]
"Everything will be happy in the end. If it's not happy, then it's not the end."
-^-^-
-Fira & Gilang Wedding-
Gue menghela napas lega saat mendengar Gilang sukses mengucapkan akad nikah tanpa cela. Mata gue langsung tertarik melirik Fira di sebelah gue, matanya terlihat berkaca-kaca. Dia pasti bahagia banget. Dia langsung berhambur memeluk mamanya --Tante Irna, yang ada di sisi kanannya lalu memeluk gue di sebelah kirinya.
Hanya ucapan syukur yang bisa gue rapal dalam hati saat melihat Fira menghampiri Gilang di meja akad. Mereka berdua memang cocok banget. Fira langsung mencium tangan Gilang sebagai baktinya menjadi seorang istri. Ayah Fira yang ada di depan Gilang tersenyum lega. Semuanya bahagia. Gue juga, akhirnya sahabat gue yang kepo abis dan hobi menginterogasi dapet tambatan hatinya.
Sakinah mawadah wa rahmah...
-^-^-
"Kai, bisa bantu tante?" kata Tante Irna saat melihat gue keluar dari kamar hotel. Gue yang udah bersiap untuk private party kali ini memang berniat membantu apa aja yang bisa gue lakuin.
"Bisa, Tan. Apa masih ada yang belum selesai?"
"Coba kamu ke kamar Fira, ya. Cek dia udah selesai apa belum, soalnya semuanya udah nunggu," ujarnya terlihat sedikit gelisah.
Gue mengangguk. "Oh oke, Tante tenang aja, ya...," kata gue sambil tersenyum mencoba menenangkan wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda ini. Dia langsung berbalik dan tenggelam dalam kesibukan mengurusi hal lain.
Setelah akad, Fira menggelar private party yang dikhususkan untuk keluarga, kerabat dan teman-teman terdekatnya. Gilang dan Fira sepakat menyewa sebuah hotel di kawasan pegunungan Bandung untuk acaranya kali ini. Acara puncaknya tetap akan dilangsungkan di Jakarta, tapi gue nggak yakin bisa hadir juga. Ya nggak kerasa aja, gue udah terlalu lama cuti.
Gue sampai di depan pintu kamar hotel yang terlihat berbeda karna dihiasi karangan bunga mawar. Gue jadi sedikit ragu buat memasukinya.
Gue mencoba mengetuknya. "Fir?"
"Masuk aja, Kai." Terdengar suara dari dalam. Salah satu jaminan kalo dia nggak keberatan gue masuk.
Kamar ini keren juga. Dimana-mana dihiasi ornamen yang serba-serbi bunga mawar. Sampai aroma ruangan ini mirip di taman bunga mawar. Gue sedikit terkagum tapi segera sadar saat Fira terlihat kesusahan membenarkan gaunnya.
"Lo belum selesai?" Gue mencoba membantu merapikan bagian belakang gaun pengantinnya.
Dia masih berkaca. "Sedikit lagi, kok," ujarnya pelan. "Lo di sini aja, temenin gue. Dari tadi gue sendirian," lanjutnya membuat gue mengurungkan niat buat ninggalin dia yang lagi sibuk dandan.
"Tante Irna bilang tadi semuanya udah nunggu loh, Fir. Gilang di mana?"
"Iya, dia juga lagi siap-siap kok," katanya sambil belum beralih menatapku. Dia masih sibuk dengan alat-alat make up-nya. Pertanyaan paling mendasar yang gue belum tau jawabannya, kenapa Fira nggak nyewa tukang make up aja coba? Jadi dia nggak perlu repot sendiri gini. Tapi apapun jawabannya mungkin nggak akan jadi terlalu penting lagi untuk sekarang.
Gue masih memperhatikannya. "Nggak nyangka ya, sekarang lo udah jadi Nyonya Bramantyo, Fir," kata gue sambil tersenyum. "Padahal si Gelang, kan, dulu kakak kelas kita, nggak kenal sama lo juga. Tiba-tiba ketemu lagi dan sekarang jadi suami." Gue nggak bisa menahan diri lagi untuk nggak terkekeh. Akhirnya Fira ikut tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Extraordinary Flat Story
Short StorySebuah kisah sederhana, gue sebagai pengagum rahasia. Bukan pengecut, meskipun nggak punya sama sekali keberanian buat mengungkapkan semuanya. Cuma mampu melihatnya dari kejauhan. Hanya dengan kehadirannya, gue udah merasa bahagia. Cukup bertatapan...