3. Dia dan dia (lagi)

656 105 38
                                    

Sepasang mata meneduhkan itu masih aja bergentayangan di pikiran gue. Seketika senior yang waktu itu menatap gue sinis berubah jadi seseorang yang membuat gue penasaran abis.

Siapa sih dia?

Iya, dia. Dia yang nggak gue tau namanya siapa. Dia yang nggak gue kenal gimananya. Dia yang nggak gue tau kelas berapa. Tapi dia seketika bisa menyita perhatian gue tanpa gue sadari.

Dia bisa membuat gue terkesan tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Dan untuk hal itu, nggak semua orang bisa melakukannya.

Dia semakin sering berlalu-lalang di depan mata gue saat gue masih dalam area sekolah. Gue akui, sekolah ini cukup luas tapi kenapa gue selalu ngeliat dia di semua tempat, sih?

-^-^-

Fira tiba-tiba menarik gue ke lapangan futsal untuk menonton pertandingan antara kelas gue dan kelas XII. Jujur gue sedikit keberatan, karena di sana pasti ramai. Tapi semuanya udah terlanjur, gue dan Fira udah ada diantara para supporter sekarang.

"Tunggu di sini dulu, ya. Gue mau beli minum oke," ujarnya kemudian lalu beranjak meninggalkan gue sendirian di tengah keramaian.

Gue berusaha mencegah. "Fir, gue nggak mau sendirian," kata gue berusaha membuat dia mengurungkan niatnya. Tapi terlambat karena dia telah menghilang di balik kerumunan.

Di sinilah gue sekarang. Diantara para supporter yang berisik dan yang paling mengganggu gue ya karna di sini banyak orang. Terlalu ramai dan itu bikin gue nggak nyaman. Bagi gue, jadi kerasa banget sendiriannya.

Gue mencoba mulai terfokus ke tim futsal yang telah bersiap di lapangan. Dimulai dari tim kelas gue yang udah nggak asing lagi buat gue dan tim kelas senior yang langsung memicu tepuk tangan meriah dari para supporter.

Dan gue melihat dia sebagai salah satu anggota tim senior. Iya, dia lagi dan lagi. Si senior itu. Tapi anehnya, pandangan gue nggak bisa lepas dari dia. Entah kenapa mata ini selalu ikut kemanapun dia berjalan. Gue nggak tau siapa dia, tapi dia berhasil mengalihkan perhatian gue.

Gue terlalu fokus sama dia sampai nggak sadar kalo Fira udah balik lagi sambil bawa minuman. Ketika dia menyodorkan sebotol teh manis, gue baru beralih perhatian.

"Lo ngeliatin siapa, sih?" tanyanya penasaran sambil mengikuti arah pandangan gue. "Gebetan baru?" lanjutnya keheranan.

Gebetan baru?

Gue hampir mau kesedak rasanya saat kalimat terakhir Fira menggema di dalam kepala gue. Seketika gue bingung antara harus mengingkari itu atau malah mengakuinya. Karna gue ragu apakah dia pantes dianggep gebetan atau enggak disaat gue justru sama sekali nggak kenal dia.

Gue menanggapinya dengan terkekeh paksa. "Mana ada gebetan baru, sih," respon gue sekenanya. Beruntungnya Fira langsung diam dan tidak menyelidik lebih lanjut.

Sambil kembali fokus ke pertandingan, entah kenapa otak gue justru terus memerintahkan mata gue untuk memandanginya lagi dan lagi. Gue yakin, gue akan hafal setiap detail wajahnya, mungkin. Meskipun pengamatan ini cuma dari kejauhan.

Dan akhirnya gue menyadari rasa penasaran ini beranjak berubah jadi rasa yang aneh.

-^-^-

Kantin belum terlalu ramai. Kesempatan banget buat gue nongkrong bareng Fira di sana. Diluar dugaan gue, gue juga liat dia di sana. Duduk menikmati makanan sambil bercanda bareng temen-temennya.

Entah kenapa mata ini selalu tertarik memandangnya. Bahkan ketika gue beralih, dia kaya magnet yang menarik tatapan gue buat balik lagi ke dia. Gue cuma takut bakalan mengundang kecurigaan Fira. Dan bakalan bikin cowok itu kepedean.

[✓] Extraordinary Flat StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang