Pagi yang cerah. Walaupun kenyataannya agak sedikit mendung tapi bagi gue hari ini tetep cerah. Bahkan mata gue yang sedikit sembab karena kurang tidur pun nggak berpengaruh apa-apa kali ini. Gue bener-bener lagi ngerasa happy sekarang.
Semalam gue bergadang. Awalnya cuma penasaran, tapi berbuah manis juga. Efek udah tau si senior itu kelas berapa, gue jadi nyari akun facebook-nya di antara pertemanan senior gue yang lain. Gue baru inget, kebetulan ada salah satu senior gue di ekskul yang satu kelas sama dia. Beruntunglah, akhirnya gue menemukan akunnya. Walaupun gue masih nggak ada keberanian buat sekedar ngeklik ikon 'add friend'.
Namanya keren, pake banget. Bahkan nggak ketebak sama gue sebelumnya. Dan gue patut bangga, kan, karna akhirnya gue tau namanya pake usaha gue sendiri.
Gue memutuskan untuk menyebutnya, Ironman. Super hero keren gue. Meskipun gue lebih suka sama Spiderman tapi lebih pantes aja kalo dia gue panggil Ironman. Alasan yang nggak masuk akal mungkin, tapi biarlah. Haha.
My Ironman.
Yap, gue akui setelah menemukan akunnya gue melanjutkan aktivitas gue dengan nge-stalk dia. Dan gue dengan mudah bisa membaca sambil menyimpulkan kepribadiannya hanya dari beberapa statusnya.
Humoris. Hangat. Berwibawa. Berpikiran luas. Pinter. Selalu up to date sama apa yang sedang terjadi.
Perfect!
Gue mengaguminya. Iya, ini udah lebih dari sekedar tertarik. Akhirnya gue beneran mengakui juga. Gue nge-fans sama dia. Tapi gue tetep berharap perasaan ini bakalan sekedar mengagumi aja.
Meskipun jauh di dalam hati gue, ada harapan-harapan kecil. Suatu saat gue bisa kenal sama dia. Gue bisa berteman deket. Gue jadi orang yang ada di deket dia dan tau banyak hal tentang dia. Dan siapa tau kita bisa...
Eh tunggu, apa gue bilang? Kita. Hah.
Pikiran gue pasti udah mulai ngelantur kemana-mana. Satu hal yang pasti, gue sangat menyakini kalo mengagumi itu beda banget sama menyukai. Jangan pernah disamakan walaupun keduanya hampir serupa. Dan gue sekarang? Cuma mengagumi. Belum sampai menyukai. Iya, belum.
Kita nggak pernah tau ke depannya, kan?
-^-^-
Terik matahari terasa menyengat kulit. Tapi itu nggak ngaruh buat gue. Gue tetep masih semangat jepret sana-sini sambil keliling area sekolah. Untungnya si Inong masih setia menemani gue.
Lapangan basket masih jadi favorit gue. Kejadian lalu ketika gue ngeliat si senior itu di sini dan nggak sengaja malah kefoto sama gue itu kembali terputar di otak gue. Seulas senyum seketika tercipta gitu aja. Lucu juga, nggak nyangka orang itu sekarang jadi idola gue.
Kali ini beda. Takdir memang nggak pernah terulang. Semuanya pasti bakalan beda. Gue harap Ironman gue ada di sini kaya kemaren. Tapi nyatanya harapan terkadang nggak sesuai sama kenyataan. Dan mau nggak mau kita harus menerima itu, kan. Lapangan ini kosong.
Gue duduk di bawah salah satu pohon rindang. Lama-lama sinar matahari bisa aja dengan gampangnya bikin kulit gue keling, kan. Gue memutuskan buat istirahat sebentar sambil mengamati foto-foto favorit gue. Yap, salah satunya foto dia waktu itu.
Suasana ini sangat menyenangkan buat gue. Semilir angin di bawah rindangnya pohon dan ketenangan suasana. Tapi semuanya sedikit terusik ketika derapan langkah kaki dan suara bola basket yang memantul membuat gue beralih perhatian.
Anak basket a.k.a yang punya lapangan mulai beraktivitas di sini. Gue menghela nafas berat, baru aja gue istirahat udah mau terusir aja. Memang sih, mereka nggak akan terang-terangan ngusir gue tapi tetep aja gue harus sadar diri, kan. Nyatanya gue memang nggak ada kepentingan lagi di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Extraordinary Flat Story
Short StorySebuah kisah sederhana, gue sebagai pengagum rahasia. Bukan pengecut, meskipun nggak punya sama sekali keberanian buat mengungkapkan semuanya. Cuma mampu melihatnya dari kejauhan. Hanya dengan kehadirannya, gue udah merasa bahagia. Cukup bertatapan...