Sekali lagi Alvian menghela nafas dengan gusar, mungkin menjadi helaan nafas yang terakhir sebelum keberangkatannya meninggalkan negara ini beserta kekasihnya atau lebih tepatnya calon istrinya, Gracia Belvania Daren. Alvian menatap lekat pada gadis yang amat ia cintai itu. Gadis yang akan menjadi teman hidupnya dalam kurun waktu tiga bulan lagi. Sebenarnya ia tidak rela harus pergi meninggalkan gadis itu. Dalam rentan waktu satu hari saja ia tidak bertemu dengan gadisnya. Alvian sudah seperti mau gila karena merindukan Grace. Apa lagi dengan selang waktu seminggu, ia tidak bisa bertemu calon istrinya. Akan seperti apa Alvian jadinya? Ia dan Grace akan berada di negara yang berbeda, ia tidak akan bisa melihat wajah cantik itu, dan yang terpenting ia tidak bisa melihat senyum menawan yang selalu dirindukannya untuk waktu yang sangat panjang bagi Alvian. Hanya dengan membayangkan seminggu suntuk itu saja, sudah berhasil membuat Alvian gusar. Andai ia bisa menolak tugas ini, tentu akan Alvian lakukan. Namun sayang, tak ada yang bisa di lakukannya selain melaksanakan perintah dari sang Ayah.
"Aku pasti akan sangat merindukanmu," ujar Alvian. Masih dengan memandang lekat-lekat gadis di depannya.
"Kupikir aku pun pasti demikian," balas Grace. Alvian maju untuk menghilangkan jarak di antara keduanya. Kemudian menarik tubuh gadisnya dalam rengkuhannya. Alvian mendekap Grace erat seolah tidak ada lagi hari esok untuk memeluk Grace. Grace pun melakukan hal yang sama, ia mengeratkan lingkaran tangan nya pada tubuh Alvian dan membenamkan kepalanya pada dada bidang calon suaminya itu. Grace menarik nafas dalam-dalam menghirup aroma parfum Alvian yang sangat ia sukai.
"Jaga dirimu baik-baik. Saat aku kembali, aku tidak ingin melihat ada setitik saja goresan di tubuhmu. Kau tidak boleh ceroboh selama aku pergi!"
Dalam pelukan Alvian, Grace mengerucutkan bibirnya, sebal dengan ucapan Alvian yang menganggap dirinya seperti anak kecil. Tapi Grace senang, karena itu sudah membuktikan betapa Alvian selalu berusaha menjaganya. Grace mengangguk tegas, akan berusaha menyanggupi perintah Alvian meski ia sendiri tak janji. Alvian melepaskan pelukannya agar dapat melihat kembali wajah Grace.
"Kau harus sering-sering mengabariku," pinta Grace memandang Alvian penuh cinta. Alvian tersenyum seraya mengelus lembut pipi Grace.
"Begitu juga kau. Kau harus melaporkan semua kegiatanmu setiap harinya. Apa yang kau lakukan, kau makan pukul berapa, apa yang kau makan, tempat apa saja yang kau datangi, siapa saja yang kau temui. Semuanya. Kau harus melaporkan semuanya padaku, mengerti Nyonya Vegard?" Grace tersenyum senang mendengar panggilan Alvian untuk dirinya.
"Aku mengerti tuan Alvian Vegard," Keduanya saling melempar senyum.
Pemberitahuan akan keberangkatan pesawat Alvian sudah terdengar yang artinya Alvian harus segera pergi. Grace memandang dengan tatapan sedihnya pada Alvian.
"Sampai jumpa seminggu lagi," papar Grace.
"Aku akan berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaanku disana. Aku mencintaimu," lalu Alvian memajukan wajahnya lalu mendaratkan bibirnya tepat pada bibir Grace dan melumatnya lembut. Tak berapa lama, Alvian melepas tautan bibirnya dari Grace lalu mengusap penuh cinta bibir Grace yang tadi di lumatnya.
"Aku pergi. Jaga dirimu baik-baik untukku,"
***
Satu hari, dua hari, tiga hari hingga lima hari berlalu yang terasa berat di lalui Grace tanpa Alvian. Sama halnya dengan Alvian. Lima hari berada di Jepang sangat membosankan tanpa Grace. Jika saja Grace berada di samping Alvian menemaninya, tentu satu minggunya di negeri sakura akan menjadi lebih indah. Alvian memandangi layar ponselnya dimana disana gambar dirinya bersama seorang gadis cantik tengah tersenyum bahagia. Itu foto dirinya dan Grace. Sungguh, Alvian sangat merindukan Grace. Ia ingin melihat wajah itu secara langsung, melihat senyum itu bukan hanya dari layar ponsel. Ingin sekali Alvian menghubungi gadisnya itu, mendengar suaranya. Tapi itu tidak memungkinkan, saat ini ia tengah menghadiri pertemuan dengan pihak perusahaan Jepang dan itu hanya akan menjatuhkan reputasinya jika ia nekat menghubungi gadisnya. Menghubungi seseorang saat meeting berlangsung, amat tidak sopan bukan? Sementara itu, sudah kesekian kali Grace melirik ponselnya berharap mendapat video call dari orang yang sangat dirindukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
عاطفيةAku tetap bertahan demi kita. Aku tetap menanti demi semua waktu yang pernah kita lalui. Aku tetap berharap demi cinta yang kita miliki. Aku tetap berjuang demi janji yang pernah kita ucapkan. Dan aku tetap menjaga cinta ini sampai aku tidak bisa m...