Bab 7

110 8 0
                                    

Seminggu berlalu. Setiap hari yang Grace lalui terasa begitu menyakitkan. Masih teringat jelas di kepala Grace bagaimana Alvian meninggalkannya. Pria itu lebih memilih gadis lain dibanding dirinya. Cukup menyadarkan Grace bahwa tak seharusnya ia terus bertahan. Seharusnya sudah dari awal ia menyerah, lalu belajar menerima dan merelakan. Jika memang dengan melepaskan Alvian, dapat membuat pria itu bahagia. Grace lakukan. Gadis itu menyerah. Walau pasti sulit tapi Grace lakukan demi pria yang dicintainya. Semua mimpi-mimpi membahagiakan itu segera harus Grace kubur dalam-dalam sebab ia tidak ingin terluka lagi. Cintanya sudah berakhir. Dan seperti inilah ending-nya. Alvian yang ia kira adalah miliknya, namun ternyata salah. Alvian bukan miliknya juga bukan untuknya. Mungkin ini memang takdirnya. Dan mungkin juga dari awal ini semua salahnya yang berusaha menentang takdir.

Di lihatnya angka berwarna merah di atas pintu lift sudah menunjukkan lantai yang ditujunya. Tiba juga akhirnya. Ia bergegas keluar dari lift lalu berjalan menelusuri lorong apartemen tersebut. Sampai di depan sebuah pintu, Grace langsung saja mengetuknya. Tak lama pintu terbuka, Jordy dengan muka bantalnya menyambut Grace. Gadis itu langsung menyerbu masuk ke dalam apartemen Jordy tanpa menunggu di persilahkan pemiliknya.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan sepagi ini di apartemenku?" Tanya Jordy malas setelah menutup pintu.

"Aku ingin kau temani aku jalan-jalan hari ini. Dan tadi kau bilang ini masih pagi? Sadarlah ini sudah jam sebelas siang tuan Jordy si tukang tidur,"

"Sudah sana mandi, aku menunggumu disini." Sambung Grace dengan gerakan tangan mengusir agar Jordy segera memasuki kamar mandi.

"Apartemenku menjadi sangat berisik hanya karena kedatangan seorang tamu sepertimu," gerutu Jordy sambil melangkah menuju kamar mandi. Sementara Jordy mandi, ia bisa bersantai sebentar di apartemen Jordy. Sudah begitu lama Grace tidak mendatangi tempat tinggal Jordy ini. Terakhir kali ia datang kesini mungkin setahun lalu itu pun hanya mengantar Alvian membawakan sesuatu untuk Jordy. Alvian tidak pernah suka jika dirinya terlalu dekat dengan Jordy, sekalipun Jordy adalah sahabatnya sendiri. Mengingat perasaan yang Jordy miliki untuk Grace. Alvian akan marah seandainya tau jika Grace menemui Jordy tanpa seijinnya. Tapi saat ini tentu tidak akan ada yang marah sekalipun ia menginap di tempat Jordy. Sudah tidak ada lagi yang akan bersikap posesif terhadap Grace. Sekarang ini ia bukan lagi milik seseorang, ia bukan lagi tunangan seseorang, ia bukan lagi calon istri seseorang. Ia hanya gadis single yang batal menikah. Grace tersenyum kecut mengingat semua itu. Pikirannya melayang jauh. Ingatannya masih tidak bisa lepas dari Alvian. Tapi Grace tetap akan berusaha mengubur semua ingatannya tentang pria itu. Biarkan aku melupakannya, tuhan. Doanya dalam hati.

Grace melirik jam pada layar ponsel. Ini sudah hampir setengah jam ia menunggu Jordy yang berada di kamar mandi. Apa yang biasa dilakukan pria ketika mandi, mengapa bisa selama ini? Grace berdiri dari sofa panjang yang di dudukinya, bermaksud memanggil Jordy yang tidak kunjung keluar. Tapi langkahnya tertahan melihat sesuatu berwarna gold di single sofa. Di dorong rasa penasaran, Grace meraih sesuatu itu yang ternyata adalah kartu undangan. Ia membukanya. Dan apa yang dilihatnya mampu melumpuhkan suluruh fungsi saraf ditubuhnya. Di kertas undangan itu tertera jelas nama yang amat ia hafal. Alvian Vegard. Dunia seolah-olah berhenti berputar dan seluruh indera di tubuhnya seakan kehilangan fungsi. Matanya sudah tak dapat menatap sekitar, hanya terpaku memandangi rangkaian huruf membentuk nama Alvian Vegard dan Alicia. Telinganya pun tidak dapat lagi mendengar apa pun hingga kehadiran Jordy bahkan tak di sadarinya. Sungguh, ini menjadi surprise paling mengejutkan dalam hidupnya.

"Grace," panggil Jordy. Grace mendongak untuk menatap Jordy.

"Aku, aku pulang," dengan tergagap Grace berusaha berkata-kata di iringi pergerakan nya untuk keluar dari apartemen Jordy. Gadis itu melangkah terburu-buru menuju lift. Jordy berusaha mengejarnya dan Grace mengetahui hal itu, ia berbalik menatap Jordy.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang