Bab 3

128 3 0
                                    

"Grace ada apa?" Jordy dengan penuh kebingungan mengikuti pandangan mata Grace.

"Alvian," ulang Grace untuk kali keduanya. Jordy mendengar nama itu keluar dari bibir Grace. Pandangan Jordy meneliti satu per satu dari sekian banyak orang yang berlalu lalang.

"Kau pasti berhalusinasi. Tidak ada Alvian disini. Kau--" kalimat Jordy belum terselesaikan. Tapi Grace sudah lebih dulu bergerak mendekati arah pandangannya berpusat.

"Grace!" Panggil Jordy disertai pergerakan pria itu yang berusaha menyusul Grace. Sementara di tengah kerumunan manusia disana, Grace menoleh kanan-kirinya. Ia yakin dengan apa yang dilihatnya meski itu berlangsung bahkan kurang dari satu menit. Tapi Grace meyakini penglihatannya tidak salah, sebab ia hafal benar bentuk tubuh prianya.

"Grace hentikan. Dia tidak mungkin ada disini. Kau pasti hanya salah lihat."

Jordy menahan lengan Grace agar gadis itu berhenti. Namun sebaliknya Grace menghentakkan tangan Jordy dari lengannya dan menatap sinis pria itu.

"Aku yakin tadi itu Alvian. Aku tidak mungkin salah mengenali tunanganku sendiri! Jordy lepas! Biarkan aku mencari Alvian jika memang kau tidak mau membantu mencarinya,"

Grace bergerak cepat meneliti hampir satu per satu orang yang terjangkau oleh indera penglihatannya. Seperti Grace yang tidak mau menyerah, begitu juga Jordy. Pria itu tidak menyerah. Jordy berusaha meraih lengannya Grace.

"Grace sadarlah! Dia bukan Alvian! Kalau benar dia Alvian, dia pasti sudah menemuimu. Tapi lihat, dia belum menampakkan wajahnya di depanmu hingga detik ini. Sadarlah Grace!" Bentakkan Jordy tak tertahankan lagi. Seketika tubuh Grace mematung karena penuturan Jordy tadi. Gadis itu terdiam. Tidak ada yang dilakukannya lagi selain berdiri bagai patung bernyawa. Kata-kata Jordy barusan menghempaskan Grace ke alam sadar. Benar, kalimat Jordy benar. Jika yang dilihat tadi itu benar Alvian lalu mengapa hingga detik ini pria itu belum menemuinya. Grace merutuki kebodohannya.

"Ayo lebih baik kita pulang." Jordy merangkul Grace agar gadis itu bergerak dari keterdiamannya.

"Maaf tadi aku membentakmu,"

***

Sementara itu di tempat yang sama, gadis bernama Alicia itu dengan semangatnya menarik lengan pria yang berjalan bersisian dengannya. Alicia tidak sabar ingin menaiki permainan yang menjadi favoritnya. Tidak enak hati jika menolak, Ando, pria itu hanya dapat memasrahkan tubuhnya di seret kemana pun langkah gadis disampingnya melaju. Satu per satu permainan sudah hampir mereka coba, rasa lelah tak dapat di hindari. Mereka memilih beristirahat seraya menikmati minuman yang di beli Ando.

"Kau sering datang kesini?" Ando bersuara memulai percakapan.

"Hanya sesekali jika aku sedang butuh refreshing. Tidakkah kau merasa tempat ini sangat mutakhir menghilangkan penat?" Ando hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu menatap lurus arah depannya, mengamati banyaknya orang disana.

"Ah lelahnya tapi aku sangat senang hari ini. Setidaknya hari ini aku menghabiskan hariku di temani seseorang." Papar Alicia disertai gerakan kepalanya menoleh pada pria yang duduk disampingnya. Hal yang sama juga dilakukan pria yang mengidentitaskan dirinya sebagai Ando dan kemudian bertanya,

"Kau biasanya sendiri?" Alicia menjawab dengan deheman singkat. Mata mereka masih menatap satu sama lainnya.

"Aku bukan orang yang pandai bergaul. Malah bisa di katakan aku orang yang tertutup. Aku tidak mudah dekat dengan seseorang apa lagi untuk berteman." Ungkap gadis itu.

"Tapi kenapa kau mau dekat denganku padahal kan kita baru mengenal? Dan bahkan kau mau menampungku," sahut Ando.

"Entahlah aku sendiri tidak mengerti. Yang jelas saat pertama kali melihatmu, aku tau kau orang baik. Dan hebatnya aku bisa merasa nyaman saat bersamamu," papar Alicia di ikuti senyum riang di wajahnya.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang