Bab 9

99 3 0
                                    

Grace memekik bahagia ketika mengetahui Alvian mengajaknya ke pantai. Seperti seorang bocah yang baru pertama kali ke pantai, berlaku pula pada Grace. Saat ini ia tengah berlari-lari di bibir pantai dengan deburan ombak yang menerjang kakinya secara berkala. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah cantiknya. Grace berteriak pada Alvian di tengah kencang angin yang membuat suaranya teredam. Angin bertiup dengan kencangnya hingga mampu menerbangkan rambut Grace bahkan gaun yang dipakai gadis itu. Alvian melepaskan sepatu hitamnya dan menempatkannya di sebelah heels milik Grace. Pria itu berlari agar segera tiba di tempat gadisnya.

"Hei kau!" Alvian menyentak tidak terima ketika Grace menyipratkan air laut pada tubuhnya. Mendengar ucapan tak terima dari Alvian, membuat Grace malah semakin banyak mencipratkan air. Alhasil, kemeja putih yang di kenakan Alvian menjadi basah seluruhnya, hingga dapat memperlihatkan otot-otot tubuhnya di balik kemeja. Tentu Alvian tidak hanya diam, ia segera menggendong tubuh Grace. Grace meronta dalam pelukan Alvian, berusaha melepaskan diri dari pelukan prianya. Sebab Grace tau apa yang akan Alvian lakukan. Dan benar saja, tidak sampai satu detik selanjutnya, Grace sudah dapat merasakan dinginnya air laut di sekujur tubuhnya. Grace menjerit kesal menyadari tubuhnya sudah dalam keadaan basah kuyup.

"Kau menyebalkan," Jeritan kesal itu hanya dibalas tawa mengejek oleh Alvian. Tawanya semakin pecah, saat tau Grace akan mulai mengejar. Alvian berusaha menghindari kejaran kekasihnya. Sia-sia saja usaha Grace mengejar Alvian, bagaimana pun Grace seorang wanita yang tidak mungkin mengalahkan kemampuan pria. Kesal karena usahanya yang juga tidak membuahkan hasil, Grace merengek layaknya anak kecil.

"Kau curang!"

Berhenti mengejar Alvian, gadis itu duduk sembarang di pasir putih. Nafasnya menjadi tersengal-sengal.

"Bukankah kau yang memulainya duluan?" Alvian menghampiri Grace, berjongkok di sisi gadisnya. Dan itu adalah sebuah kesempatan bagi Grace, ia menyipratkan air tepat di wajah prianya. Membuat lidah Alvian harus merasakan asinnya air laut. Dilihatnya, Grace sudah menghilang dari sampingnya. Gadis itu berlari menjauhi Alvian, tentu tak hanya diam yang dilakukan Alvian. Ia bergegas mengejar. Bukan hal yang sulit untuk menangkap gadis itu. Alvian lantas memeluk pinggang Grace dari belakang. Di tengah usaha Grace meronta, Alvian mengeratkan pelukannya. Lalu membawa tubuh gadisnya mengarah ombak yang datang.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Matahari sudah berada di ujung barat, dan sinarnya yang kian menguning. Pusat tata surya itu nampak begitu besar dilihat dari sisi pantai. Grace menyukai pemandangan itu, sangat menyukai. Itulah yang menjadi alasan Alvian membawa Grace mengunjungi pantai. Menyaksikan matahari terbenam, itu tujuan utama Alvian sebab pria itu tau betul betapa gadisnya sangat menyukai pemandangan tersebut.

"Wah indahnya. Terima kasih sudah membawaku ke sini," Grace tersenyum pada pria di sampingnya. Alvian menjulurkan tangannya, mengusap rambut basah gadis yang sangat ia cintai itu.

"Apa pun akan ku lakukan untuk membuatmu bahagia," senyum Grace semakin melebar. Sungguh, ia merasa amat sangat bangga pada dirinya. Bisa memiliki pria sesempurna Alvian, menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya.

"Terima kasih sudah memberikan banyak kebahagiaan untukku," Grace mengecup bibir Alvian sekilas. Sebagai ucapan terima kasih, mungkin.

"Masih akan ada banyak kebahagiaan yang akan kita lalui bersama, calon istriku." Kini giliran Alvian yang mengecup bibir Grace tapi tidak sekilas. Alvian hanya meletakkan saja bibirnya tanpa upaya melumatnya. Pria itu masih ingat dengan posisi mereka yang berada di tempat umum. Lain cerita jika mereka berada di ruang kantor Alvian, ia tidak akan ragu-ragu mencium kekasihnya seperti beberapa waktu lalu. Setelah Alvian menjauhkan bibirnya, Grace berucap.

"Tadi kau bilang aku calon istrimu. Apa aku pernah mengatakan aku ingin menikah dan menjadi istrimu?" Kening Alvian mengerut, sedikit heran. Tapi selanjutnya ide untuk menjahili gadisnya terlintas.

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang