Bab 2

126 5 0
                                    

Alvian menoleh ke arah pintu dimana di sana seorang gadis bergaun warna tosca baru saja memasuki ruangan ia di rawat. Alicia, gadis itu tersenyum seraya menatap Alvian. Alicia melangkah mendekat menuju tempat tidur.

"Kata dokter hari ini kau sudah boleh pulang. Berhubung kau tidak bisa mengingat apa pun dan aku sendiri tidak tau harus mengantarmu kemana, jadi untuk sementara kau bisa tinggal di rumahku." Alvian menatap datar pada gadis itu.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Alvian agak ragu. Terlihat Alicia menarik nafas sesaat dan berucap,

"Tentu saja tidak. Aku malah senang bisa membantumu,"

Dalam perjalanan Alvian menuju rumah gadis bernama Alicia itu diselimuti oleh keheningan. Alicia sibuk berkutat pada setir mobil sementara Alvian sibuk merenung atas peristiwa kecelakaan yang berhasil merampas ingatannya. Hingga tanpa disadari pria itu mobil yang ditumpanginya telah terhenti di halaman sebuah rumah. Walaupun tidak begitu mewah namun terlihat rumah itu dapat menawarkan kenyaman bagi penghuninya. Alvian turun dari mobil lalu menghampiri Alicia yang tengah sibuk mencari sesuatu di dalam tasnya. Setelah benda itu di dapatnya, langsung Alicia memasukkan kunci tersebut pada lubang pintu.

"Selamat datang di rumahku. Semoga kerasan selama tinggal disini," ujar Alicia seraya melebarkan pintu memberi kode agar Alvian masuk.

"Kau tinggal sendirian?" Ini menjadi pertanyaan kedua yang dilontarkan Alvian pada Alicia sejak awal pertemuan mereka. Karena sebelumnya Alicia-lah yang terus-terusan bertanya.

"Sebenarnya ini adalah rumah nenekku. Namun sudah satu tahun terakhir rumah ini kosong sejak nenekku meninggal. Dan aku hanya sesekali datang kesini untuk berlibur. Tapi siapa sangka liburanku kali ini mempertemukan ku dengan seorang pria amnesia,"

Alicia tersenyum kecil mengingat insiden dirinya yang hampir menabrak Alvian. Setelah meletakkan tas pada sofa panjang, dirinya ikut mengambil posisi pada sofa. Sedangkan Alvian terlihat sedang meneliti setiap sudut ruang tamu rumah tersebut.

"Jika kau hanya datang kesini untuk liburan lalu sebenarnya dimana kau tinggal?" Pertanyaan ketiga dari Alvian.

"Aku tinggal di Indonesia,"

***

Jordy menatap sedih pada gadis disisinya. Gadis itu hanya diam termenung pasca pencarian kekasihnya yang tidak menghasilkan sesuatu yang dapat memberikan tanda-tanda keberadaan Alvian. Usaha mereka mencari keberadaan Alvian terbilang gagal. Karena hingga detik ini tidak satu pun dari mereka yang dapat menemukan Alvian bahkan orang-orang yang ditugaskan Jordy pun tidak membuahkan hasil. Dengan keberadaan Alvian yang tidak diketahui sukses mengubah Grace dalam sekejap waktu. Tak jarang gadis itu menangis dalam kediamannya, memikirkan kemungkinkan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada calon suaminya. Entah bagaimana jadinya jika kemungkinan buruk itu benar terjadi pada Alvian. Bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya? Pertanyaan itu, yang Grace sendiri tidak tau jawabannya.

"Grace, kau tidak boleh terlalu memikirkannya. Aku yakin, kita pasti bisa menemukan Alvian. Jika perlu aku bisa menyuruh orang-orangku untuk menyelusuri setiap jengkal kota Tokyo. Kau tenang saja," kata Jordy berusaha menenangkan Grace.

"Bagaimana bisa aku tidak memikirkannya? Sampai sekarang aku tidak tau apa dia masih hidup, dimana dia berada. Aku tidak tau. Kau memintaku untuk tenang? Bagaimana bisa? Aku tidak bisa tenang Jordy! Aku takut! Bagaimana kalau aku tidak akan pernah bertemu lagi dengannya? Apa yang harus ku lakukan jika itu terjadi?" Tak terasa volume Grace meningkat ketika melontarkan kalimatnya.

"Kau tidak boleh berbicara seperti itu. Aku yakin Alvian masih hidup dan dia pasti baik-baik saja. Sekarang lebih baik kau istirahatlah. Jangan sampai dirimu sakit."

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang