🍁 Adegan Kesepuluh

1.4K 175 92
                                    

Tidak sedikit orang yang membenci hidupnya sendiri, sementara dimata orang lain dia memiliki kehidupan yang sangat sempurna.

***


Hidupnya yang dulu bebas sudah berakhir, kini Wang Zihao—yang telah berusia 27 tahun— bagai lumba-lumba yang hidup dalam kolam penuh jaring yang mengelilinginya di mana air tempatnya bernapas bersentuhan langsung dengan laut lepas. Sesak.

Jas hitam mewah, jam tangan berkilau berlapis emas yang menghias pergelangan tangan kirinya, rambut hitamnya ditata rapi, Wang Zihao semakin terlihat menawan dengan dasi mewah berwarna hitam desain khusus dari designer kenamaan Paris yang tampak serasi dengan warna matanya.

Berbeda dengan penampilannya yang serba menarik, sorot mata laki-laki itu justru menampakkan rasa kemuakkan tersendiri. Di kelilingi orang-orang yang memiliki relasi bisnis dengan keluarganya, Zihao lebih memilih menyingkir dari mereka semua dengan segelas campagne ditangannya.

"Aku tahu kau cuma terpaksa menikah denganku, tapi setidaknya pura-pura lah bahagia sedikit saja, Wang Zihao," sindir Shen Xiaoting yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Zihao, "kau pikir di sini yang terpaksa cuma kamu?" Pakaian perempuan itu adalah gaun selutut serba putih dengan hiasan dikerah bajunya yang menonjolkan bentuk dada dan pundaknya yang cantik.

Zihao melirik calon istrinya malas. Wajah perempuan itu sangat cantik, terlebih ketika rambut hitam panjangnya digerai seperti ini, tapi entah kenapa dia justru selalu merasa kesal setiap kali melihatnya. "Kenapa kau menghampiriku?" tanyanya judes.

Tiba-tiba Xiaoting memasang senyum diwajahnya. "Oh iya, adik angkatku yang sudah lama tak pulang ke rumah akhirnya akan pulang, beramah-tamah lah dengannya meski pun kau sangat terpaksa melakukannya." Perempuan itu menyentuh dada Zihao dengan jari telunjuknya, terlihat kukunya yang memakai nail art merah jambu dan putih berkilau sangat cantik.

"Adik?" beo Zihao, “kau punya adik angkat?”

"Iya, namanya Bang Yedam, dia akan datang bersama suaminya," jelas Xiaoting. Dia bermain-main dengan jas Zihao, berpura-pura seperti tengah merapikannya.

"Suami?" beo Zihao lagi. Dengan sadar dia menepis tangan Xiaoting.

Xiaoting memutar matanya malas, dia meniup jarinya lalu bersedekap tangan. "Yah, kau nanti juga akan bertemu sendiri dengan mereka."

Ya, bukan hal aneh pada zaman sekarang memiliki pasangan sesama jenis, tetapi Zihao tak mengira itu akan terjadi juga pada keluarga calon pasangannya.

Zihao menyesap campagne-nya sambil melirik Xiaoting. Perempuan itu sangat cantik dan seksi, benar-benar tipe idealnya, setidaknya itu dulu, sebelumnya dia jatuh dalam pesona tak berdasar Keita. Ahh, omong-omong soal Keita, seberapa keras usahanya untuk mencarinya, Zihao sama sekali tak berhasil menemukan jejak laki-laki itu yang kini keberadaannya bagai ditelan bumi.

Pernah suatu hari Keita ditemukan tak sengaja melintas di belakang reporter yang sedang menyiarkan berita festival secara live di California, jadi Zihao langsung pergi ke tempat tersebut dan mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari sosok tersebut, namun ketika sosok yang dikiranya Keita itu akhirnya ketemu, ternyata dia hanya seseorang yang sedikit memiliki kemiripan dengan sang pujaan hatinya.

Zihao amat kecewa tentu saja, harapannya yang mulai tumbuh lenyap dalam sekejap.

Zihao tertawa pelan dengan pandangan mata kosong, sampai-sampai Xiaoting yang awalnya hendak pergi meninggalkannya ke tempat lain menoleh bingung.

Dia ini sudah mau bertunangan dengan orang lain, tapi yang dia pikirkan justru seseorang yang tidak jelas apakah masih hidup atau kah ... sebaliknya?

Zihao mengusap wajahnya lelah. “Ah, sial. Aku perlu ke psikiater.”

LAST SCENE | Wang Zihao x KeitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang