🍁 Adegan Ketujuh

1.2K 196 65
                                    

Beberapa orang memilih berbohong bukan karena takut jujur, tapi yang dia takutkan adalah reaksi dari orang-orang setelah mendengar kejujurannya. Karena tidak semua kejujuran berbuah manis.

***


Selama beberapa detik pandangan mata Zihao terkunci pada perut Keita, laki-laki itu seperti merasa geli sekaligus penasaran. Tapi tujuan utama Zihao mencari Keita hingga menghampirinya langsung seperti ini hanya untuk memastikan satu hal.

"Jawab aku. Yang diperutmu itu bukan anakku, 'kan?" Zihao menunjuk perut Keita dengan pandangan tajamnya.

Keita hampir pingsan ketika Zihao tahu apa yang sedang disembunyikannya rapat-rapat.

“Kok, diam? Bisu, ya? Biasanya juga jerit-jerit keenakan kalau lagi sama —”

"Bukan, kok!" Secepat kilat Keita menjawabnya, tetapi siapa pun juga tahu tentang gestur bohongnya.

Zihao memicingkan matanya. "Jadi, benar ... bahwa yang ada di dalam sana adalah anakku?" Zihao berjalan mendekati Keita, pada tiap langkah Zihao membuat Keita mengambil langkah mundur. "Kenapa kau menyembunyikannya dariku, Keita? Apa kau memiliki rencana terselubung untuk menjatuhkan keluargaku? Begitu, ya, caramu balas dendam?"

Keita menggeleng. "Apaan, sih? Padahal, kan, aku bilang bukan! Kenapa malah membuat asumsi sendiri?"

“Soalnya aku tahu kamu sedang membohongiku.” Zihao memegang kedua pundak Keita.

Akibatnya Kaita keringat dingin.
Apakah Zihao datang untuk memintanya membunuh bayinya?
Apakah Zihao datang untuk mengancamnya?
Apakah Zihao datang untuk ... tiba-tiba perutnya terasa kram, Keita memegangi perutnya yang sudah membesar dengan tangan gemetaran.

"Tolong jangan menggangguku lagi, Zi-Zihao. Ku mohon."

Zihao melepaskan tangannya dari pundak Keita, dia memperhatikan laki-laki itu sambil diam.

Apakah dia semenakutkan itu bagi Keita? Hingga terpancar ketakutan dari sorot matanya?

Wang Zihao —yang biasanya memiliki hati sekeras batu— kini malah tak sampai hati untuk melihat pemandangan di hadapannya.

Dia paham bahwa apa yang dia lakukan dulu begitu kejam hingga membuat masa depan Keita hancur dengan hadirnya janin itu dalam perutnya, tetapi tak bisakah dia mendapatkan kesempatan untuk memperbaikinya? Mungkin ...? Ini adil atau malah tidak adil? Adil baginya tapi tidak adil untuk Keita?

Tapi kalau bersamanya yang memiliki harta berlimpah pasti masa depan Keita akan sangat terjamin bukan?

Teman-temannya bilang mustahil bagi Zihao untuk berubah, karena sekali bajingan pasti selamanya akan menjadi bajingan. Tapi bagaimana jika dia ingin melawan takdir?

Siswa yang seumur-umur tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri itu akhirnya membuat keputusan yang dapat mengubah hidupnya hanya dalam waktu singkat.

"Bisakah kau memberiku kesempatan kedua untuk menebus dosa-dosaku, Keita?" Zihao mengembuskan napas pelan, dia lalu berlutut di hadapan Keita yang masih syok melihat tindakannya.

Tatapan Zihao kali ini terlihat begitu berbeda —sangat tulus, sampai rasanya seperti orang lain — hingga mendobrak pertahanan diri Keita untuk segera memaafkannya.

Sayangnya, hati Keita tidak semudah itu luluh. Jawaban yang Zihao dapat justru diluar dugaannya.

"Tolong jangan sakiti aku lagi,” jawab Keita waktu itu. Dari suaranya yang bergetar, tersimpan trauma mendalam yang telah Zihao torehkan.

LAST SCENE | Wang Zihao x KeitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang