"Kenapa kau membawa nya?" ucap Zin melihat Seok yang bersama M/n "apa salah?" tanya M/n kepada zin "tidak, maksud ku kenapa kau membawa nya?"
"Dia teman ku. Apa aku perlu alasan yang kuat." Zin menatap M/n sembari menggaruk tengkuknya, entah kenapa ia merasa sedikit tak enak saja "ya sudahlah." Zin pun bodo amat dan langsung pergi ke tempat pusat permainan hiburan. Di tempat M/n dan Zin bertemu pertama kalinya.
"Kau cuman ingin memainkan story zombie itu hah?" ucap M/n melipat kedua tangannya didepan dada melihat Zin yang sudah siap untuk memainkan game Arcade yang satu ini "apa, Salah? Jika tak suka pergi sana." usir Zin membuat M/n memijat pangkal hidungnya.
"yang benar saja bocah ini." M/n menghela nafas "aku pergi dulu." Zin memegang tangan M/n mencegahnya untuk pergi "hey, aku hanya bercanda. Kenapa kau seserius itu?"
"Apaan sih?!" M/n menepis lengannya Zin kasar "aku hanya ingin menukar uang receh, aku tak punya sialan." M/n menatap Zin tajam dan pergi. Seok melirik Zin yang langsung di sambut dengan tatapan horor oleh pria bermarga Lee itu "apa liat-liat?"
Setelah menukarkan uang kertas dengan uang recehan. M/n langsung memasukkan beberapa koin kedalam mesin Arcade itu "pegang dengan benar." ucap M/n melihat Zin yang salah dalam pegang memegangnya itu.
"pantas saja payah, kau memegangnya jangan disitu." M/n menarik tangan Zin dan meletakkannya di tempat yang seharusnya "pegang yang benar, kalo mau menang setidaknya kaki jangan seperti itu."
M/n terus menjelaskan bagaimana membidik para zombie yang ada dengan benar dan baik. Zin membuat M/n sedikit kesal, karena bocah itu sendari tadi tembakannya banyak meleset ga ada yang bener.
'ohh, jadi ini alasannya kenapa adikku emosi terus saat melatih ku.' batin M/n mulai tertawa kikuk yang mengingat dulu ia juga di ajarin seperti ini. Tapi M/n lebih parah.
M/n membenarkan kaki zin dengan kasar. M/n menendang kaki zin secukupnya kebelakang dan satu kaki lain yang ia tendang dengan sengaja "hey! Apa-apaan kau?" ucap zin kesal "ingat ya, jangan bikin aku pusing."
"udah, Serah. sebenarnya ga ada gunanya juga si posisi tadi." Zin yang mendengar itu memukul kepala M/n keras "sialan!"
"Satu ronde." ucap M/n membuat Zin tersenyum miring "kau yang akan kalah." ucap Zin penuh keyakinan "benar kah?" terlihat sekali sekarang dua remaja itu saling menatap dengan sengit. Seok hanya diam karena merasa cukup melihat saja.
---
Sekornya M/n lebih tinggi dari pada punya Zin, membuat Zin berdecak dan terus meminta tanding ulang "Seok, mau main?" tawar M/n membuat zin berteriak karena ucapannya diabaikan seperti angin lalu.
"hey! Kau takut?!" ucap Zin yang hanya di anggap angin lalu lagi oleh M/n. M/n duduk di belakang mereka melihat dua orang itu bermain "apa alasan mu untuk minta diajari? Kau cukup bagus untuk pemula."
"Aku hanya ingin memperlihatkan kepada mijin kalo aku jago." M/n mengangguk paham "kenapa kau tiba-tiba bicara begitu?" ucap Zin bingung mendengar kata-kata M/n yang dibilang cukup sedikit ramah. M/n tersenyum tipis "hehe, untuk diperlihatkan sama orang kau sayang ya? Jujur. Aku iri."
"Iri?" ujar Seok bingung, Zin ikut bingung "ada orang yang mengajariku bermain game. Tapi aku payah, ya sial. Tapi saat aku sudah jago. Dia malah menghilang."
"M/n," M/n menatap seok "aku mengganggap mu teman kok." Zin memukul kepala seok "bukan itu yang dia maksud!" seok mengelus kepalanya bingung dengan tatapan polos "hah? Terus, apa?" M/n terkekeh singkat "astaga, kau mengira aku kesepian?"
"Bagaimana setelah ini kita beli eskrim yang ada di supermarket seberang." seok mengangguk setuju, Zin awalnya menolak karena beralasan tak mau eskrim. Tapi saat mendengar kata "aku yang traktir deh." Zin langsung iya.
---
setelah sudah menghabiskan eskrim nya Zin pun berpamitan untuk pulang, sekarang tersisa M/n dan Seok "kalo begitu, aku pamit dulu ya." ucap Seok kepada M/n, M/n hanya mengangguk "oh iya, kau bekerja seok?" tanya M/n membuat Seok menatap nya kaget.
"ah, ke-kenapa kau menanyakan itu?" ucap seok sembari menggaruk tengkuknya "Aku hanya minta maaf. Soalnya aku akan merasa bersalah jika kau melewatkan pekerjaan paruh waktumu."
M/n tersenyum lalu membuang stik eskrim nya "hehe, kebanyakan teman ku biasanya kerja paruh waktu. Jadi aku menanyakan nya kepada mu." Seok terdiam, lalu membalas senyum M/n "ah, tak apa." M/n menaikkan aslinya "jadi kau beneran kerja?"
"Ti-Tidak." M/n hanya tertawa mendengar Seok yang tampak gugup "sudahlah, jangan terlalu gugup begitu. Aku teman mu." M/n pun berpamitan lebih dulu, dan pergi meninggalkan Seok yang memperhatikan punggungnya pemuda itu dari jauh.
"Ah, ngantuk nya." M/n menguap merasa ngantuk, padahal rumahnya masih jauh. Motornya di tempat bengkel karena rusak, sial emang "huh?" M/n berhenti di depan sebuah mobil hitam yang terparkir di tepian jalan
"aku merasa kenal dengan mobil ini." M/n pun yang merasa kepo melihat kanan kiri memastikan tak ada orang, takutnya malah di kira maling mobil kan jadi masalah.
M/n menatap ke dalam mobil, tak lama kaca mobil itu turun, membuat M/n membeku "apa-apaan bocah ini." M/n kaget melihat wajahnya jonggun.
"Kau?" jonggun tersenyum miring melihat M/n "apa kau ingin mencuri mobil orang hah?" M/n menatap jonggun datar "itu tidak lucu."
"Kau mau kemana? Dimana motor mu yang kau banggakan itu." ujar jonggun membuat M/n mengingat beberapa hari lalu. Ia mengebut seperti orang di kejar rentenir "apa urusan mu."
"Tumpangan." M/n menatap jonggun dengan datar. Ia tau, jonggun sedang mengejek nya "tidak, tidak sudi."
"Aku benar-benar menawarkan tumpangan."
"Ah, yang benerr?"
"Nada suara mu menyebalkan sekali."
"Kau yang menyebalkan sialan!"
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
TBC
ᅠ
Maaf ya kalo ada typo 😓Alur byrtzxkk hehe 🗿🙏🏻
Kalau SUKA cerita author mohon di vote ya!
Terimakasih!
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐒𝐌 𝐓𝐇𝐄 𝐃𝐍𝐄𝐂!!
Fanfiction❝ gw M/n! ❞ Jika kalian bertanya seberapa tampan nya M/n maka jawabannya adalah sangat lah tampan, pemuda yang memiliki alis tebal dan rahang yang tegas ini sudah pasti dikejar sama para wanita manapun. M/n, seorang pria dari indonesia yang pulang k...